Selain terkenal karena keindahan alam dan suasananya yang eksotis, pantai Karang Tawulan Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya memiliki potensi lain. Di bukit asri yang menghadap ke lautan lepas ini terdapat situs-situs bersejarah yang menjadi tujuan wisata minat khusus.
"Ada destinasi wisata minat khususnya, di bagian kiri bukit ada makam dan "patilasan". Jadi memang ada kalangan wisatawan yang datang untuk berziarah atau melacak sejarah," kata Iyus, petugas pengelola objek wisata pantai Karang Tawulan, akhir pekan lalu.
Satu yang paling populer adalah makam dan "patilasan" Sang Hyang Banyu Mukti atau yang dikenal dengan julukan Garuda Ngupuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu spot "patilasan" Sang Hyang Banyu Mukti di pantai Karang Tawulan adalah Batu Gedogan. Ini adalah batu yang posisi dan bentuknya tegak. Seperti patok atau masyarakat setempat menyebutnya "pancuh" atau "tutugur".
Konon batu itu adalah tempat Sang Hyang Banyu Mukti mengikatkan kuda terbangnya. Dalam bahasa Sunda sendiri, Gedogan artinya kandang kuda atau istal. "Gedogan itu tempat Garuda Ngupuk menyimpan kuda sembrani," kata Atam (60), salah seorang warga setempat.
Keberadaan istal kuda sembrani itu kemudian berdampak pada munculnya larangan atau pamali bagi warga sekitar Karang Tawulan untuk memelihara kuda. "Sejak dulu sampai sekarang tidak ada yang memelihara kuda di daerah sini. Kata orang tua dulu pamali," kata Atam.
Pernah beberapa kali ada yang memelihara kuda, tapi menurut Atam tak pernah lama. Kuda peliharaan itu mati mendadak. "Dulu ada warga pendatang memelihara kuda, tapi tak lama mati. Katanya karena diganggu oleh kuda sembrani Sang Hyang Banyu Mukti," kata Atam.
Selain itu ada juga makam Sahid Abdurahman dan Sahid Abdurohim, dua sosok ini merupakan tokoh penyebar agama Islam di wilayah pesisir selatan Jawa Barat. Makamnya yang berada di bagian kiri bukit Karang Tawulan kerap kali diziarahi wisatawan. "Makam Abdurohman dan Abdurohim ini paling banyak diziarahi, karena masih ada hubungan dengan Syeh Abdul Muhyi Pamijahan. Ya tokoh penyebar agama Islam di wilayah sini," kata Iyus.
Spot lain yang tak kalah menarik adalah Poponcol, ini adalah sebutan untuk bagian bukit yang paling menjorok ke laut. Menurut Iyus di Poponcol ini dulu sempat dibangun pos pemantauan keamanan maritim. "Pada zaman revolusi di Poponcol sempat dibangun pos pantau keamanan laut. Oleh warga disebut Saung Jangkung," kata Iyus.
Namun saat ini pos pantau tersebut sudah tidak ada karena lapuk dimakan usia. Sebagai gantinya dalam penataan atau revitalisasi yang saat ini sedang dilaksanakan, pemerintah membangun menara pandang di dekat area parkir
(dir/dir)