Penamaan sebuah desa biasanya diambil dari kisah dan cerita dalam pembentukan wilayah tersebut. Hal itu juga konon terjadi pada satu desa yang cukup unik, yaitu Desa Kasmaran yang berada di Kecamatan Widasari, Kabupaten Indramayu.
Konon, Desa Kasmaran ini kental dengan sejarah perseteruan antara Pangeran Darma dan Raja Sumedang Larang. Beberapa sumber menyebutkan peristiwa itu terjadi sekitar abad ke-16 Masehi.
Meski tidak mengetahui secara pasti, namun warga setempat mengaku sangat lumrah akan cerita tersebut. Konon diceritakan, Pangeran Darma menewaskan putra mahkota kerajaan Sumedang Larang dalam laga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kaur Pemerintahan Desa Kasmaran Wartana menceritakan bahwa kerajaan Sumedang Larang meminta ganti rugi berupa wilayah kekuasaan (Tanah Lea atau Lelea Indramayu) kepada kerajaan Cirebon atas meninggalnya putra mahkota. Hal itu disepakati untuk mengurangi ketegangan antar dua belah pihak.
"Pastinya sih tidak tau, tapi denger-denger Pangeran Darma itu menyipat (menyamar) jadi wanita cantik untuk memikat Raja Sumedang Larang," kata Wartana.
Kabar kecantikan wanita (samaran Pangeran Darma) terdengar hingga kediaman Raja. Bahkan, Raja Sumedang Larang terpikat dan hendak menikahi wanita cantik tersebut yang tak lain merupakan Pangeran Darma.
"Ada yang menyebut, kata Kasmaran ini berasal dari peristiwa terpikatnya Raja Sumedang Larang terhadap wanita samaran dari Pangeran Darma itu, istilahnya lagi kasmaran," Kata Wartana saat menjelaskan asal usul Desa Kasmaran.
Wartana melanjutkan, wanita cantik itu sepakat menikah dengan Raja. Namun, ia meminta agar Raja menyarahkan tanah wilayah Lelea sebagai maharnya.
"Nah, pas patok sudah ditandatangani lah, Pangeran Darma kabur dan nyebrangi SungaiCipelang. Saat itu, Pangeran Darma kembali berubah wujud menjadi lelaki sejati dan disaksikan sang Raja. Istilahnya Kesamaran," jelas Wartana saat menyebut versi lain asal usul nama desa Kasmaran.
Jejak Batas Wilayah Sumedang-Indramayu
Selain ragam versi dalam penamaan Desa Kasmaran. Di Desa ini pun masih terdapat satu tanda, atau jejak batas wilayah yang diduga sudah ada sejak zaman dulu.
Patok berbentuk prisma segitiga empat ini berada di area persawahan desa Kasmaran. Ukurannya sekitar 80 meter persegi dengan tinggi sekitar 1 meter. Namun, patok ini merupakan versi terbaru atau sudah direnovasi.
![]() |
"Dulu patok itu hanya setinggi 2 jengkal tangan, dan bahannya dari tumpukan batu bata mirip tanda pedukuhan zaman dulu," kata Wartana.
Patok ini, dikabarkan merupakan tapal batas antara wilayah Sumedang Larang dengan Indramayu. "Sudah ada sebelum direbut kembali sama Pangeran Darma kayaknya," lanjut Wartana.
Keunikan Lain dari Desa Kasmaran
Sejarah perebutan wilayah dengan menggunakan intrik penyamaran itu seolah membekas. Bahkan, Wartana bercerita, percaya tidak percaya, fenomena 'terpikat' sering dialami oleh pendatang baik laki-laki maupun perempuan.
"Punten, sampai sekarang kejadian pikat memikat itu masih terjadi. Pendatang khususnya lanang wadon (laki-laki/perempuan) bisa terpikat warga setempat. Bahkan, istilah kasarnya sampai tergila-gila," kata Wartana.
Uniknya lagi, Wartana menjelaskan bahwa jumlah penduduk di Desa Kasmaran sejak sebelum kemerdekaan (sekitar tahun 1930an) tidak lebih dari 2000 jiwa. Hal itu lantaran, mayoritas warga yang baru berkeluarga memilih tinggal di wilayah pasangannya.