Saat Tarian Kelelawar Tidak Lagi Riuh di Gua Lalay

Kabupaten Sukabumi

Saat Tarian Kelelawar Tidak Lagi Riuh di Gua Lalay

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Selasa, 20 Sep 2022 22:30 WIB
Gua Lalay Sukabumi
Gua Lalay Sukabumi (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Warga setempat menyebutnya dengan nama Gua Lalay, sebuah lubang besar menganga dengan panjang tidak kurang dari 20 meter dan lebar atau tinggi sekitar 15 meter. Konon kawasan ini adalah salah satu spot wisata unggulan di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.

Banyak yang berubah dari kawasan ini, salah satunya adalah berkurangnya putaran sore kelelawar yang sejak dulu menjadi habitat penguasa kawasan tersebut putaran mirip tarian itu menjadi daya tarik tersendiri di kawasan itu.

Soal ini bahkan pernah menjadi pertanyaan Bupati Sukabumi, Marwan Hamami ketika membuka sebuah kegiatan di Pendopo Palabuhanratu belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu ketika mancing (di laut), Gua lalay itu terlihat dari kawasan (Vihara) Dewi Kwan Im di pesisir Pantai Loji. Berbeda dengan sekarang, putaran Lalay (kelelawar) juga dulu banyak, sekarang sedikit," kata Bupati Marwan pada Minggu (18/9) kemarin.

Putaran kelelawar ini dulunya dikenal sangat indah, biasanya para kelelawar penghuni gua keluar untuk berburu menjelang petang. Momen saat kelelawar keluar dari gua seolah membentuk formasi berbagai bentuk dan mirip putaran.

ADVERTISEMENT

"Dulu saat masih kecil memang pemandangan di tempat ini masih alami, jutaan kelelawar keluar berbarengan di saat menjelang petang. Mirip tarian, kadang seperti angin puting beliung berwarna hitam menyelimuti langit senja di kawasan ini," kata Rifal, warga Palabuhanratu kepada detikJabar, Selasa (20/9/2022).

"Kalau sekarang tidak seriuh dulu, masih terlihat banyak hanya tidak setebal dulu. Entah kenapa seperti itu, mungkin habitatnya mulai berkurang," sambungnya.

Suara decitan kelelawar terdengar riuh saat menjejakan kaki di kawasan tersebut, seketika hidung tercekat karena mencium bau amoniak mirip belerang. Menurut Rifal, itu adalah bau kotoran kelelawar. "Kalau dulu warga masih bebas mengambil kotoran untuk dijadikan pupuk. Kalau sekarang sudah tidak boleh," imbuhnya.

Sebuah menara telekomunikasi menancap di bagian atas gua, Rifal mengaku tidak tahu pasti sejak kapan menara tersebut berdiri di atas gua. Namun melihat posisinya, keberadaan menara telekomunikasi itu memang terlihat mengganggu.

Enden Suganda, warga setempat yang juga seorang pendidik di wilayah Desa Jayanti menceritakan soal Gua Lalay di tahun 1982 ia mendapat cerita bahwa dahulu kawasan Gua Lalay bukan daratan namun berada dekat dengan lautan.

"Orang tua suka menceritakan di Goa Lalay itu dulu bukan daratan tapi lautan. Entah tahun berapa gitu ya lautan di sini. Ombak dari laut sampai di sini, hingga kemudian menjadi daratan. Kalau dulu sering dipakai persembunyian orangtua jaman dulu ketika ada penjajah," kata Enden.

Selain itu, di tahun 80 an kawasan Gua Lalay sering dipakai untuk shooting Film yang dibintangi Barry Prima. "Sekitar tahun 1987 sering ada shooting film kolosal bintangnya Barry Prima, film-film silat," ujar Enden.




(sya/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads