Mengenal Desa Sukasari, Penghasil Bahan Baku Tembakau Mole

Kabupaten Sumedang

Mengenal Desa Sukasari, Penghasil Bahan Baku Tembakau Mole

Nur Azis - detikJabar
Selasa, 05 Jul 2022 08:01 WIB
Petani dan pengolah tembakau Desa Sukasari, Kabupaten Sumedang tengah menjemur tembakau setelah melalui proses rajang, Senin (4/7/2022). Baik buruknya kualitas tembakau ditentukan dalam proses penjemuran satu hari itu.
Foto: Petani dan pengolah tembakau Desa Sukasari, Kabupaten Sumedang tengah menjemur tembakau setelah melalui proses rajang, Senin (4/7/2022). Baik buruknya kualitas tembakau ditentukan dalam proses penjemuran satu hari itu. (Nur Azis/detikJabar).
Sumedang -

Desa Sukasari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang dikenal sebagai salah satu sentra penghasil komoditas tembakau. Desa tersebut bahkan didaulat menjadi kawasan Agrowisata kampung bako atau tembakau.

Berdasarkan data dari Kantor Desa Sukasari, jumlah penduduknya ada sekitar 5.300 jiwa atau 1.983 Kepala Keluarga (KK). Desa tersebut terdiri dari 7 Dusun, di antaranya Dusun Sukasari, Dusun Bojong, Dusun Cibogo Satu, Dusun Cibogo dua, Dusun Cisitu, Dusun Talingku dan Dusun Patenggeng.

Dari ketujuh dusun tersebut, empat di antaranya menjadi sentra atau paling banyak jumlah petani dan pengolah tembakau. Dusun Cibogi Satu, Dusun Cibogo dua, Dusun Talingku dan Dusun Patenggeng.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asep Iso (55), Sekretaris Desa Sukasari mengatakan penduduk Desa Sukasari rata-rata berprofesi sebagai petani dan mayoritasnya adalah petani tembakau.

"Di sini itu mayoritas sebagai petani ada petani padi, ada juga petani holtikultura seperti jagung manis dan petani holtikuktura lainnya, namun mayoritas sebagai petani tembakau," paparnya saat ditemui detikJabar di Kantor Desa Sukasari.

ADVERTISEMENT

Asep menyebut, data petani tembakau secara individu belum tercatatkan secara pasti. Namun secara umum, Desa Sukasari memiliki sekitar 40 kelompok tani. Dari jumlah itu, 30 kelompok di antaranya merupakan kelompok petani tembakau.

"Jadi dulu mah pisah kelompok tani tembakau itu, namun kalau sekarang disatukan dalam kelompok tani, perikanan dan peternakan, dari 40 kelompok itu, 30 di antaranya khusus kelompok tani tembakau," terangnya.

Komoditas tembakau Desa Sukasari kerap didistribusikan oleh pengepul ke berbagai daerah baik ke dalam provinsi maupun ke luar provinsi Jawa Barat.

"Tembakau Desa Sukasari awalnya dikumpulkan oleh parapengepul lalu kemudian didistribusikan ke beberapa daerah baik di Jawa Barat ataupun ke luar Jawa Barat , seperti ada yang keBengkulu, daerah lainnya diSumatera bahkan sampai ke Papua,"paparnya.

Asep menambahkan, keahlian warga Desa Sukasari dalam mengolah tembakau ini merupakan tradisi turun temurun sejak dulu kala. "Jadi pengolahan tembakau Sukasari ini mempunyai ciri khasnya tersendiri yang tidak sama dengan daerah lainnya sehingga menghasilkan cita rasa tembakau yang berbeda," ucapnya.

Sementara itu, Nadi (43), salah seorang petani tembakau di Dusun Cibogo Satu mengungkapkan dari 2.800 meter persegi atau 3.000 pohon tembakau yang dimilikinya, maksimalnya mampu menghasilkan 5 kuintal tembakau olahan murni.

"Sementara paling minimnya, itu dapat seratus ikat atau sekitar 3 kuintal," ujarnya.

Nadi menyebut, bahan baku jenis ini dihargainya Rp 25 ribu per kilogram untuk kualitas rendah dan Rp 120 ribu untuk kualitas paling tinggi. Produksi bahan baku tembakaunya untuk selanjutnya akan diolah menjadi tembakau bermerek jenis mole.

"Jadi olahan murni tembakau dari saya ini untuk selanjutnya akan diolah kembali menjadi tembakau yang bermerek jenis mole," terangnya.

Nadi menjabarkan sistem penjualan bahan baku tembakau dari Desa Sukasari ini, awalnya bermuara kepada para pengepul. Dari para pengepul, sambung Nadi, kemudian dijual kembali kepada para pengolah tembakau bermerek jenis mole yang banyak tersebar di pulau Jawa.

"Jadi tembakau murni dari desa Sukasari ini diolah menjadi tembakau bermerek jenis mole, tembakau ini didistribusikan ke para pengolah di Sumedang, Cianjur, Jawa Tengah dan daerah lainnya," terangnya.

"Setelah diolah kembali dan diberi merek, oleh para pengolah itu dipasarkan kembali ke beberapa wilayah di Indonesia," tambah dia.

Halaman 2 dari 2
(mso/mso)


Hide Ads