Persib Bandung memiliki segudang pemain hebat yang mengukir sejarah di masa lampau. Salah satunya bahkan mendapatkan sorotan media asing dan mendapat julukan The Flying Horse atau Si Kuda Terbang.
Sosok itu bernama Aang Witarsa, pria kelahiran 12 Maret 1930. Karena kepiawaiannya dalam berlari, ia menjadi andalan Maung Bandung di era 1950-an. 'Hidup-matinya' demi Persib terbukti saat memutuskan pensiun dari dunia sepak bola, ia lalu menjadi pelatih Persib.
Baca juga: Air Mata Kecewa Bobotoh di Si Jalak Harupat |
Dikutip dari laman persib.co.id, Aang Witarsa berposisi sebagai penyerang, larinya cepat, spesialisasinya di sektor sayap. Jika kini, posisinya sama dengan Febri Hariyadi. Karena tersohor dengan kecepatannya tersebut, pemain ini dijuluki Si Kuda Terbang atau The Flying Horse oleh media asing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Witarsa menjadi pemain Persib pertama yang mendapatkan panggilan Tim Nasional Indonesia. Ia menjadi bagian skuad Garuda saat bertarung di Asian Games 1950.
Waktu berlalu, kehebatan Witarsa semakin teruji. Ia kembali menjadi anggota Timnas Indonesia untuk ajang bergengsi Olimpiade 1956 di Melbourne, Australia. Salah satu prestasi terbaik yang pernah ditorehkan timnas, yakni menembus babak perempatfinal Olimpiade.
Dalam pesta olahraga dunia empat tahunan itu, Witarsa bersama timnas berhasil menahan imbang 0-0 raksasa sepakbola saat itu, Uni Soviet (kini Rusia). Sayangnya, Indonesia kalah 0-4 pada pertandingan ulangan.
Witarsa merupakan pemain seangkatan Ade Dana, Amung, Andaratna, Ganda, Freddy Timisela, Toha, Wagiman, Smith Jahja dan Leepel.
Melansir dari website p2k.stekom.ac.id (https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Aang_Witarsa), Aang Witarsa adalah pemain yang bertalenta pada zamannya. Ia merupakan ikon pemain sepak bola Persib dan Indonesia pada tahun 1950-1960an.
Julukan Kuda Terbang ini bukan datang dari dalam negeri, melainkan dari media pers Singapura yang memberikan pujian terhadapnya setelah Indonesia bertanding melawan klub asal Singapura. Tak heran jika ia menjadi kebanggaan masyarakat Bandung saat itu hingga gambarnya tertera pada pensil, penghapus, hingga penggaris saat itu.
Berkat permainan hebatnya bersama Persib pada usia 18 tahun, ia ditarik ke timnas. Bersama Anas, ia menjadi pemain Persib pertama yang memperkuat PSSI generasi pertama untuk kejuaraan Asian Games 1951. Ia juga turut membawa timnas melaju ke babak perempat final Olimpiade 1956 di Meulborne sebelum akhirnya kalah dari Uni Soviet.
Aang akhirnya memilih gantung sepatu pada tahun 1960, ia memutuskan untuk pensiun dari dunia pemain sepak bola. Berbekal dari ilmu kepelatihan yang diikutinya di Leipzig, Jerman Timur, ia didaulat sebagai pelatih Persib pada tahun 1962.
(orb/orb)