Uut Kuswendi, Legenda Persib di Balik Generasi Emas Persigar Garut

Uut Kuswendi, Legenda Persib di Balik Generasi Emas Persigar Garut

Hakim Ghani - detikJabar
Minggu, 27 Nov 2022 17:30 WIB
Uut Kuswendi
Uut Kuswendi (Foto: Istimewa).
Garut -

Uut Kuswendi merupakan salah satu legenda Persib Bandung yang berasal dari Garut. Selain dielu-elukan Bobotoh, nama Uut Kuswendi juga harum dan dikenang indah di kota kelahiran, usai hampir mampu membawa Persigar promosi ke Divisi Utama.

Uut Kuswendi adalah satu dari segudang talenta sepak bola berbakat asal Garut, yang menjadi legenda di klub Persib Bandung. Sebelum Zaenal Arief hingga Fitrul Dwi Rustapa menjadi idola Bobotoh masa kini, Uut Kuswendi adalah pentolan pemuda asgar (Asli Garut) yang pernah berkostum tim berjuluk Pangeran Biru.

Uut Kuswendi bermain untuk Persib selama beberapa tahun, di periode akhir tahun 1980-an, hingga awal tahun 1990-an. Kehebatan pemain yang berposisi sayap kanan ini, tak diragukan lagi. Sebab, Uut tercatat menorehkan penampilan bersama Timnas Indonesia, dan pernah membawa Persib Bandung menjadi juara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan Uut pernah menerima pujian dari pelatih kenamaan dunia Guus Hiddink. Momen tersebut terjadi di tahun 1987, kala PSV Eindhoven yang ditukangi mantan pelatih Real Madrid dan Chelsea itu, melawat ke Stadion Siliwangi untuk menghadapi Persib Bandung.

Meskipun Uut dan Persib saat itu harus kalah telak 6-0 dari Ruud Gullit cs, namun performanya membuat sang meneer terkesan. Dia mampu bermain indah, beberapa kali melewati penjagaan kapten PSV Eric Gerets hingga hampir berhasil mencetak gol kala itu.

ADVERTISEMENT

"Akang oge teu apal si eta ngomong naon. Teu ngarti bahasana (Saya juga tidak tahu dia ngomong apa. Tidak mengerti bahasanya). Tapi memang sempat menghampiri. Dikirain pemain timnas, ternyata bukan," kata Uut saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.

Meski begitu, karir gemilangnya terhenti di tahun 2000. Uut terpaksa gantung sepatu di usianya yang menginjak 35 tahun, akibat cedera pada lutut. Selain membela Persib Bandung, Uut juga diketahui pernah membela beberapa klub besar pada masanya, seperti Petrokimia Putra, serta Bandung Raya.

Usai pensiun menjadi pemain, Uut kemudian merintis karir kepelatihannya. Beberapa klub pernah ditangani, termasuk klub asal kota kelahirannya, Persigar Garut. Uut menukangi Persigar Garut di tahun 2013-an. Nama Uut, merupakan salah satu pelatih Persigar yang paling dikenal publik sepak bola Garut, selain Dede Irawan.

Hal itu bukan tanpa alasan. Tim Persigar Garut yang dinahkodai Uut pada Liga Nusantara (Liga 3) musim 2013-2014, bisa meraih prestasi terbaik mereka.

Saat itu, Persigar berhasil menembus putaran Final Liga Nusantara yang diikuti 8 tim, dan diselenggarakan di Bantul, DIY. Tapi sayang, perjuangan tim berjuluk Laskar Maung Sancang itu terhenti, usai hanya bisa menjadi juru kunci di grup B. Alhasil, Persigar gagal promosi ke Divisi Utama. Karena jatah promosi kala itu, hanya bisa didapat 6 tim terbaik.

Kendati gagal lolos ke Divisi Utama, namun tim Persigar Garut musim itu, sangat dikenang dan menjadi kebanggan, khususnya bagi Garut Mania (Garman) suporter Persigar. Sebab, prestasi Persigar lolos ke babak final Liga Nusantara, adalah yang terbaik setidaknya dalam 15 tahun terakhir.

Uut mengenang perjalanannya bersama Persigar. Dia mengatakan, Persigar kala itu hanyalah tim yang dihuni kumpulan anak muda tak berpengalaman yang punya tekad kuat dalam memenangkan setiap pertandingan.

"Semangat, disiplin masih dipakai. Pemain kompak ikut instruksi pelatih. Tidak ada yang mengeluh, semuanya disiplin. Alhamdulillah kita bisa, padahal kita dulu enggak dikasih lapangan (untuk latihan)," kata Uut.

Hal yang paling dikenangnya, kata Uut, justru terjadi di awal karirnya melatih Persigar. Sebab, kata Uut, penunjukan dirinya menjadi pelatih Persigar dadakan dan tanpa direncanakan sebelumnya.

"Awalnya saya antar anak-anak seleksi. Taunya malah saya yang jadi (pelatih). Dulu ditanya manajemen, bisa ngelatih Persigar enggak. Yasudah, saya sanggupi," ucap pria kelahiran Garut, 28 Agustus 1965 itu.

Uut menambahkan, saat ini dirinya mengaku prihatin dengan kondisi Persigar Garut. Sebab, kata dia, Persigar tak terlihat lagi keganasannya dan hanya berkutat di kasta kompetisi terbawah, itu pun hanya mampu bersaing di babak regional.

"Ciri khas permainannya hilang. Keras, ditakuti, ciri itu hilang. Sekarang gak ada apa-apanya. Manajemen juga harus mau berkorban. Dulu kita enggak dikasih lapangan, latihan jam 4 subuh. Alhamdulillah bisa jalan," ungkap Uut.

Selain Persigar, Uut juga menyoroti macetnya keran pemain bola berkualitas asal Cikajang, yang mampu bermain di kasta kompetisi tertinggi. Menurutnya, anak-anak Cikajang saat ini, loyo.

"Kalau dulu, kita latihan di kampung saja sambil nunggu kesempatan datang. Sekarang harus ke kota dulu baru mau latihan. Saya lihat juga permainannya kurang ngotot. Jangan terlalu banyak nonton, kita mah latihan sendiri saja. Yang penting belajar. Nanti, bilamana kesempatan datang, kita sudah siap," pungkas pria berjuluk Si Boseh ini.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads