Qatar salah satu negara yang tak mendukung hubungan sesama sejenis. Kapten Timnas Prancis Hugo Lloris pun menyatakan tak akan memakai ban kapten motif pelangi pada Piala Dunia 2022 Qatar.
Dikutip detikSport, Lloris menghargai nilai-nilai yang dianut masyarakat Qatar. Tuan rumah Piala Dunia ini memang tidak mendukung pernikahan sesama jenis. Di Qatar, hubungan sesama jenis ini bisa dianggap sebagai tindakan kriminal.
Pandangan Qatar tentang LGBT+ itu membuat sejumlah negara Eropa yang tampil di Piala Dunia berencana memberikan dukungan untuk kaum LGBT+ dengan cara memakai ban kapten pelangi. Tapi, kapten Prancis berbeda. Federasi Sepak bola Prancis (FFF) bereaksi atas sikap kiper veteran Prancis itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
FFF lewat presiden mereka, Noel Le Graet merasa Lloris selaku kapten timnas tak perlu melakukan hal tersebut. Selain melanggar ketentuan FIFA, ia tak ingin kiper Tottenham Hotspur itu menjadi polisi moral.
Lloris sendiri berpendapat serupa. Ia hanya ingin bermain bola di lapangan. Soal apa yang terjadi di luar itu, menurutnya ada pihak-pihak lain yang lebih berkompeten untuk menanganinya.
"Sebelum melakukan sesuatu, kami perlu persetujuan FIFA, juga persetujuan dari federasi (Prancis). Jelas saya punya pendapat soal ini. Pandangan saya kira-kira mirip dengan presiden FFF," kata Lloris seperti dikutip Daily Mail.
"Saat kami berada di Prancis, ketika kami menyambut turis asing, kami ingin mereka mengikuti aturan kami, menghormati budaya kami, dan saya akan melakukan hal yang sama saat berada di Qatar. Saya boleh setuju atau tidak dengan pandangan mereka, tapi saya harus tetap menunjukkan rasa hormat," kata Lloris menambahkan.
"Terlalu banyak tekanan kepada pemain (untuk bersuara). Padahal kami ada di urutan terbawah dalam 'rantai komando'. Kalau kalian ingin menekan (Qatar), harusnya dilakukan 10 tahun lalu. Sekarang sih sudah telat," ucap Lloris.
"Kalian harus memahami bahwa untuk para pemain, ini adalah kesempatan yang hanya hadir empat tahun sekali dan kami ingin memanfaatkan kesempatan yang ada untuk sukses (menjadi juara). Fokus kami ada di lapangan. Sisanya urusan politisi. Kami hanya atlet," jelas Lloris.
Selain urusan larangan hubungan sesama jenis, Qatar juga dikritik karena dituding mengeksploitasi para pekerja saat membangun infrastruktur untuk Piala Dunia 2022. Mereka dilaporkan dibayar murah, bahkan hingga meninggal dunia akibat kondisi kerja tak layak.
Artikel ini sudah tayang di detikSport, baca selengkapnya di sini.
(sud/mso)