Jupe pun menceritakan detik-detik sebelum ia menjadi penendang terakhir dan membawa Persib juara. Ketika itu, Jupe mengaku tahu betul harapan besar disematkan kepada dirinya kala itu. Doa dari rekan-rekannya di tengah lapang dan Bobotoh di tribun stadion jadi motivasi bagi Jupe.
"Begitu saya lihat ke belakang, ada yang doa nangis dan segala macam, itu yang buat saya termotivasi, kalau nggak masuk gimana. Saya harus masuk, begitupun suporter yang datang dari Bandung ke Jakabaring, luar biasa (dukungannya). Jadi mau nggak mau harus masuk," ungkap Jupe.
Jupe mengaku sempat terpikir di benaknya jika saat itu tendangannya gagal. Namun ia punya satu hal yang membuat dirinya menjadi sedikit tenang. Yakni jika ia gagal mengeksekusi bola, masih ada kesempatan Persib juara dari penendang berikutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah tahu saya penendang terakhir jadi nothing to lose aja karena motivasi saya waktu itu ya saya harus masuk. Yang menenangkan saya cuma itu, kalau nggak masuk, ada penendang berikutnya, itu aja," ujarnya.
![]() |
Menjadi penendang penalti bagi Jupe bisa dikatakan hal tak biasa. Sebab masih ada nama-nama lain seperti Firman Utina yang ketika itu bermain untuk Persib. Namun Jupe menjelaskan, pelatih Djajang 'Djanur' Nurdjaman yang memintanya langsung menjadi penendang penalti.
Kartu merah yang diterima Vladimir Vujovic di babak tambahan waktu juga jadi sebab Jupe akhirnya ditunjuk Djanur menjadi penendang terakhir.
"Waktu itu sebelum nunjuk saya, Pak Djajang tanya ke beberapa pemain, mungkin karena Vladimir kena kartu merah jadi gak nendang, kalau ada mungkin saya gak nendang," ucapnya.
"Dan beberapa pemain yang disuruh nendang waktu itu menolak semua, begitu saya ditanya Jupe nendang ya kelima, yasudah siap aja," tutup Jupe.
(bba/orb)