Hancurnya Hati Pemain Persija dan Persib

Hancurnya Hati Pemain Persija dan Persib

Bima Bagaskara - detikJabar
Minggu, 09 Okt 2022 08:30 WIB
Dedi Kusnandar (kiri) dan Tony Sucipto (kedua dari kiri) saat doa bersama di GOR Pajajaran, Kota Bandung.
Dedi Kusnandar (kiri) dan Tony Sucipto (kedua dari kiri) saat doa bersama di GOR Pajajaran, Kota Bandung. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Bandung -

Tragedi Stadion Kanjuruhan benar-benar menjadi memori kelam bagi sepak bola Indonesia. Duka mendalam dirasakan tidak hanya dari dalam negeri, namun juga dari dunia atas tragedi ini.

Peristiwa yang memakan 131 nyawa ini begitu disorot karena telah menjadi peristiwa dengan jumlah korban terbanyak kedua di dunia dalam sebuah pertandingan sepak bola.

Para pemain pun begitu merasakan pilunya tragedi Kanjuruhan, termasuk bek Persija Jakarta Tony Sucipto dan gelandang Persib Bandung Dedi Kusnandar. Kedua pemain ini bercerita saat mendengar kabar soal tragedi Kanjuruhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tony Sucipto yang hadir dalam acara doa bersama bertajuk 'Dari Kami Untuk Malang' di GOR Saparua, Kota Bandung, Sabtu (8/10/2022) malam, menceritakan bagaimana sedihnya para pemain begitu mendengar ratusan nyawa melayang dalam tragedi tersebut.

"Dengan kejadian kemarin (Kanjuruhan) yang kita rasakan sebagai pemain mungkin, jangankan (pemain) Persebaya yang main lawan Arema, kita saat latihan pun setelah kejadian itu rasanya tidak ingin main bola lagi," kata Tony.

ADVERTISEMENT

"Sampai ke situ kita berpikir, kenapa main bola sampai ada kejadian seperti itu," imbuhnya.

Tony mengungkapkan, sepak bola sejatinya adalah sesuatu yang dilakukan dengan tujuan menghibur dan bahagia. Pertandingan sepak bola menurutnya tidak sebanding dengan satu nyawa pun yang hilang.

"Main bola untuk menghibur suporter saat ke stadion," singkatnya.

Di tempat yang sama, Dedi Kusnandar mengungkapkan ia langsung menghubungi para pemain Arema begitu mengetahui kejadian mengerikan itu. Dedi bercerita, para pemain Arema baru bisa keluar dari stadion pukul 04.00 WIB dan menyaksikan langsung suporter yang tewas di ruang ganti.

"Saya sebagai pemain sangat merasakan, apalagi setelah kejadian itu saya langsung menghubungi pemain Arema dan sangat sedih mendengar cerita mereka," ungkapnya.

"Mereka (pemain Arema) pulang jam 4 subuh, melihat korban (meninggal) di ruang ganti. Walaupun saya nggak main tapi gimana rasanya itu," jelasnya.

Kejadian tersebut menurut Dedi membuat banyak pemain Arema trauma. Para pemain Singo Edan sangat merasa bersalah atas kejadian tersebut. Namun Dedi menegaskan, saat ini bukan waktunya untuk saling menyalahkan.

"Pemain (Arema) sampai trauma, nggak bisa tidur. Sampai bilang kalau bisa mereka merasa disalahkan, kenapa kalah. Kalau menang nggak mungkin sampai kejadian seperti itu. Tapi bukan saatnya saling menyalahkan," ucap Dedi.

Pemain yang akrab disapa Dado ini sangat berharap ada hikmah besar dari tragedi Kanjuruhan. Menurutnya para korban yang meninggal dunia adalah pahlawan dan meminta semua suporter untuk menjaga rivalitas hanya selama 90 menit.

"Hari ini titik awal, korban adalah pahlawan. Rivalitas hanya 90 menit, semua nonton bareng di stadion, setelah pertandingan semua bersatu untuk Indonesia," tutup Dado.

(bba/orb)


Hide Ads