Dana dan sponsor jadi masalah utama klub-klub kontestan yang mengikuti kompetisi kasta ketiga di Indonesia atau biasa disebut sebagai Liga 3. Minimnya sokongan dana dan sulitnya mencari sponsor membuat klub-klub harus jenius agar tetap bisa berjalan.
Hal itu juga yang dirasakan oleh Bandung Timur FC. Klub Liga 3 Seri 2 Jawa Barat yang berasal dari Rancaekek, Kabupaten Bandung ini harus 'hidup mandiri' tanpa memiliki banyak dana dan tanpa adanya sponsor.
Hal itu sudah mereka rasakan sejak klub ini berdiri pada 2012 lalu. Sejak berdiri, Bandung Timur tidak pernah memiliki sponsor. Mereka juga selalu kesulitan dana ketika ingin mengikuti berbagai kompetisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut diakui pemilik Bandung Timur FC, Uce Sudrajat. Uce mengatakan, meski tak memiliki banyak dana dan tanpa sponsor, namun Bandung Timur tak pernah absen dalam kompetisi yang digelar PSSI Jawa Barat mulai dari Piala Soeratin hingga Liga Nusantara yang kini bernama Liga 3.
"Aku tergerak lah dengan dana pas-pasan dana pribadi aku mendaftarkan untuk masuk ke anggota PSSI jawa barat khususnya. Alhamdulillah dengan adanya Bandung Timur sedikitnya ada wadah untuk pemain yang berpotensi yang ada di Bandung Timur," kata Uce.
"Itu Bandung Timur dengan susah payah walaupun tanpa sponsor kami dari 2012-2022 Alhamdulillah tanpa sponsor pun juga kami bisa mengikuti event yang diadakan oleh PSSI baik Soeratin U-15, U-17, Liga 3 bahkan dulu Liga Nusantara," sambungnya.
Namun tentunya Bandung Timur tetap memerlukan dana untuk operasional mulai dari bayar pemain, pelatih hingga ongkos ikut kompetisi di luar kota.
Uce menuturkan, tiap kali Bandung Timur ingin ikut kompetisi di luar Bandung, dirinya sebagai pemilik klub selalu kebingungan mencari dana operasional. Bandung Timur tidak bisa mengandalkan pemasukan dari SSB yang mereka punya.
"Waktu itu juga alhamdulillah, waktu main di Bogor, main di Cirebon, main dimana-mana setiap main ada pasti rezekinya. Uangnya dari saya sendiri, kita kan punya SSB nah dari dana SSB itu, SPP dan sebagainya saya putar-putar," ungkapnya.
Selain itu, Uce juga harus meminta bantuan dari teman-temannya untuk keperluan Bandung Timur. Ia tak malu meminjam bahkan meminta dana meski yang didapat tak seberapa.
"Saya terus terang, saya punya teman waktu SMA waktu SMP sama saya dikontak, minta bantuan. Alhamdulillah ada yang ngasih Rp 1 juta, Rp 1,5 juta, Rp 500 ribu, Rp 200 ribu, saya terima lumayan sedikit demi sedikit," ucap dia.
![]() |
Uce juga mengungkapkan, dalam sekali pertandingan, Bandung Timur harus membayar tiga pemain senior hingga pelatih. Untuk pemain senior kata dia, dibayar sebesar Rp 300 ribu per pertandingan. Begitu juga dengan pelatih.
Sementara untuk pemain lainnya, Uce hanya bisa memberi uang ala kadarnya yang ia sebut sebagai uang transport.
"(Pemain) senior Rp 300 ribu, kalau main baru dibayar ada tiga pemain senior. Sisanya itu ya dikasih uang transport aja, minimal Rp 50 ribu lah itu. Pelatih juga sama, Rp 300 ribu per pertandingan dibayarnya. Pernah protes, ya saya mampunya segitu kalau mau," jelasnya.
Uce mengaku sudah berulang kali mencoba mengajukan sponsor ke beberapa perusahaan yang ada di kawasan Bandung Timur. Namun tak sekalipun ada yang merespon dengan baik. Bahkan menurutnya, pengajuan sponsor itu hanya dianggap seperti meminta sumbangan.
"Iya, saya sudah coba dari dulu cari sponsor gitu. Ya paling dikasih segitu paling besar Rp 500 ribu, kaya minta sumbangan Agustusan. Padahal perusahaan di Bandung Timur itu banyak tapi responnya ya gitu," ujar Uce.
Uce mendirikan Bandung Timur sebagai wadah bagi para pesepakbola lokal yang mempunya potensi namun sulit untuk mencari kesempatan bisa ikut kompetisi.
"Aku merasa terpanggil terketuk hati. Kenapa aku mendirikan Bandung Timur tahun 2012. Tujuan kami mendirikan Bandung Timur ingin mewadahi yang berada di Bandung Timur yang tidak terbawa sama Persikab dan Persib," kata Uce.
Bandung Timur sendiri memiliki skuad berjumlah 23 orang ditambah 6 orang official dan tim pelatih. Mereka bermarkas di wilayah Rancaekek, Kabupaten Bandung dan memiliki dua lapangan yang digunakan untuk berlatih.
Sayangnya, kiprah Bandung Timur di Liga 3 Seri 2 Jawa Barat tahun ini terhenti di babak penyisihan grup. Mereka hanya finish di urutan ketiga Grup A dengan mengoleksi 3 poin hasil dari sekali menang dan dua kali kalah.
(bba/yum)