Jabar X-Files: Memori Kelam dan Nestapa di GBLA

Jabar X-Files: Memori Kelam dan Nestapa di GBLA

Tim detikJabar - detikJabar
Selasa, 04 Okt 2022 08:30 WIB
Suasana Stadion GBLA saat laga Persib vs Bali United
Stadion GBLA. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Bandung -

Awan kelam kembali menyelimuti dunia sepak bola Indonesia. Ratusan orang meninggal dunia usai menyaksikan laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam.

Pemicunya terjadi karena suporter tuan rumah yang tak puas atas hasil kekalahan Arema dengan skor 2-3 atas Persebaya. Mereka tumpah ke dalam lapangan, lalu terjadilah kericuhan yang tak terhindarkan.

Suporter dan pihak kepolisian akhirnya bentrok di lapangan. Sedetik kemudian, massa yang tak puas dengan hasil laga itu makin tak terkendali turun ke lapangan. Polisi lalu mengambil tindakan dengan melepaskan tembakan gas air mata. Tembakan juga dilepaskan ke arah tribune penonton.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena adanya gas air mata yang dilepaskan polisi, kepanikan melanda suporter di tribune. Para penonton yang panik, lalu berdesak-desakan keluar dari dalam stadion.

Nahas setelah itu, korban jiwa mulai berjatuhan. Jumlah korban meninggal dalam peristiwa ini sempat simpang siur, ada yang menyebut 127 orang, 129 orang, 130 orang dan 174 orang.

ADVERTISEMENT

Tapi semuanya merujuk pada gambaran umum yang sama, semuanya di atas 100 orang. Jumlah ini jadi salah satu korban terbanyak yang meninggal dalam dunia sepak bola Indonesia.

Jauh sebelum pecahnya tragedi Kanjuruhan, nestapa suporter yang meninggal ketika menyaksikan pertandingan sepakbola juga terjadi di Bandung, Jawa Barat. Dari catatan detikJabar, ada 4 suporter meninggal yang didominasi faktor fanatisme para kelompok suporter itu sendiri.

Keempatnya meninggal dunia dalam 6 tahun terakhir. Berbagai pihak sempat membuka ruang dialog untuk para suporter supaya kejadian ini tak terulang, namun ujung-ujungnya semua hanya menjadi wacana belaka. Berikut ini rangkumannya:

Ricko Andrean

Nama pertama yang kehilangan nyawa di Stadion GBLA adalah Ricko Andrean. Ia menjadi sasaran amukan para oknum Bobotoh setelah mencoba melindungi seseorang yang diduga merupakan suporter Persija Jakarta. Namun nahasnya, Nahas, Ricko yang juga merupakan Bobotoh malah dituding sebagai suporter Persija.

Insiden maut ini terjadi pada Sabtu, 22 Juli 2017. Saat itu, digelar duel klasik nan sarat gengsi antara Persib Bandung melawan Persija Jakarta.

Saat itu, terjadi Ricko mencoba melindungi seorang yang diduga suporter Persija Jakarta yang tengah dipukuli oknum Bobotoh. Nahas, Ricko yang merupakan Bobotoh dituding sebagai suporter Persija.

Ricko kemudian jadi bulan-bulanan keganasan oknum Bobotoh di lokasi. Ia dihajar habis-habisan. Sempat dibawa ke RS Santo Yusup Bandung untuk mendapat pertolongan. Pria 22 tahun itu kemudian meninggal setelah empat hari dirawat!

Di mata keluarganya, Ricko merupakan pemuda yang begitu mencintai Persib. Hampir setiap pertandingan 'Maung Bandung' Ricko selalu menyempatkan hadir.

"Setiap pertandingan Persib kalau lagi main di Bandung pasti datang. Ke luar kota juga sering ikut. Jadi salah salah disangka suporter lawan," kata salah satu kakak Ricko, Ratna Djuwita (40) saat ditemui di rumah duka Jalan Tamim Abdul Syukur, Cicadas, Kota Bandung, Kamis, 27 Jul 2017.

Kematian Ricko mengundang kecaman dari banyak pihak. Mulai dari para Bobotoh, operator liga PT LIB hingga Menpora saat itu Imam Nahrawi turut berduka atas insiden tersebut. Doa dan dukungan untuk keluarga Ricko pun mengalir saat jasadnya dikebumikan.

Ridwan Kamil yang saat itu menjabat Wali Kota Bandung juga berharap Bobotoh dan Jak Mania bisa segera berdamai. Ia tak ingin perseturuan antara suporter ini kembali memakan korban jiwa.

"Kita berharap tidak terjadi lagi hal seperti ini. Mudah-mudahan Ricko ini yang terakhir. Saya (juga) harapannya bobotoh dan Jak Mania bisa berdamai," kata pria yang akrab disapa Emil, di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Kota Bandung, Jumat (28/7/2017).

Seorang Bobotoh pengeroyok Ricko lalu ditangkap polisi. Pelaku adalah Wugi F Rojak yang terbilang masih muda dan berusia 19 tahun. Sementara, 4 pelaku lainnya saat itu dinyatakan masih buron.

Setelah tragedi yang merenggut nyawa Ricko di GBLA, gaung perdamaian antarsuporter sepak bola Tanah Air kembali disuarakan. Terutama untuk Bobotoh, suporter Persib Bandung dengan The Jakmania, suporter Persija Jakarta. Namun wacana sulit terwujud hingga kini.

Haringga Sirla

Setahun setelah tragedi yang merenggut nyawa Ricko Andrean, nyawa seorang suporter di GBLA kembali melayang. Dia adalah Haringga Sirla, suporter Persija Jakarta.

Tragedi ini terjadi pada 23 September 2018 sekitar pukul 13.00 WIB, atau sebelum laga dimulai. Saat itu, Persib Bandung menjamu Persija Jakarta di GBLA pada Liga 1 Indonesia.

Haringga diketahui nekat seorang diri datang ke Stadion GBLA untuk menyaksikan laga tim kesayangannya. Padahal, saat itu pendukung Persija dilarang datang ke Stadion GBLA. Hal itu tidak terlepas dari tensi panas suporter Persib dan Persija yang bergesekan sudah cukup lama.

Kehadiran Haringga kemudian terendus melalui penelusuran di media sosial soal kehadirannya di markas Persib. Sial tak bisa dihindari, Haringga terciduk ada di Stadion GBLA dan berujung jadi korban penganiayaan. Haringga tewas!

Kematia Haringga pun meninggalkan duka yang mendalam bagi sang ibunda, Mirah (55). Ia tak kuasa menahan kepedihan saat melihat video pengeroyokan anaknya tersebar di media sosial. Bahkan, ia sempat pingsan.

"Pas saya lihat videonya ternyata benar anak saya. Saya langsung pingsan," kata Mirah saat ditemui detikcom di rumah duka, Desa Kebulen, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Senin (24/9/2018).

Air mata Mirah kembali menetes saat menyambut kedatangan jasad anaknya. Raut wajah Mirah nampak murung saat menghantarkan jenazah Haringga ke tempat perisitirahatan yang terakhir di TPU Buyut Kebulen Indramayu.

Aksi keji oknum Bobotoh yang tega mengeroyok anaknya hingga tewas masih terekam di pikiran Mirah. "Seperti binatang. Anak saya diseret-seret, kepalanya dipukul berkali-kali sampai hancur. Saya tak terima, ya Allah," ucap Mirah usai pemakaman Haringga.

Dia mendesak agar polisi mengusut tuntas kasus yang menewaskan anaknya itu. Mirah menuntut para pelakunya dihukum setimpal. "Hukum yang setimpal. Kalau dikeroyok, hanya luka saja mungkin saya masih menerima. Tapi, ini sampai meninggal, ya Allah," ujar Mirah menangis.

Mirah tak pernah melarang Haringga mengidolakan Persija. Bahkan, Mirah selalu mengizinkan Haringga menonton pertandingan Persija, baik di Gelora Bung Karno (GBK) maupun di luar kota.

"Sejak dulu suka nonton di Senayan. Sudah biasa juga ke luar kota. Saya kaget, bisa sampai seperti ini," katanya.

Di mata keluarga, lanjut Mirah, Haringga dikenal sebagai sosok yang mudah bergaul dan tak gampang emosian. Sahabat Haringga dari Jakarta pun hadir pada prosesi pemakamannya yang digelar di Indramayu.

"Pelaku harus ditangkap semua yang terlibat. Dihukum seberat-beratnya," kata Mirah.

Polisi lalu menangkap total 14 tersangka pengeroyokan Haringga Sirla. Seiring perjalanannya, mereka lalu divonis hakim dan menjalani hukuman tahanan penjara.

Ironisnya, 7 tersangka pengeroyokan ada yang masih berusia di bawah umur. Mereka adalah ST (17), DN (16), SH (16), AR (15), TD (17), AF (16) dan NFS (16). Sedangkan yang lain yaitu Aditya Anggara (19), Goni Abdulrahman (20), Dadang Supriatna (19), Budiman (41), Cepi (20), Joko Susilo (32) dan Aldiansyah (21).

Setelah tragedi ini, wacana perdamaian antarsuporter, terutama Bobotoh dan The Jakmania kembali digaungkan. Namun keinginan tersebut tak semudah membalikan telapak tangan. Kedua kelompok suporter yang memang telah berseteru sejak lama, masih sulit disatukan, bahkan hingga sekarang.

Ahmad Solihin dan Sopiana Yusuf

Yang terbaru, sebelum terjadinya tragedi Kanjuruhan, Malang, nestapa suporter juga menimpa dua Bobotoh, Ahmad Solihin dan Sopiyana Yusuf. Keduanya meninggal dunia di Stadion GBLA pada 17 Juni 2022, saat hendak menyaksikan pertandingan Persib melawan Persebaya Surabaya pada Piala Presiden 2022.

Laga ini sendiri memang menyedot animo para Bobotoh. Selain sama-sama berstatus tim besar, suporter Persib dan Persebaya terkenal bersahabat.

Saat Persebaya bermain melawan Persib di Bandung, Bonek kerap datang untuk mendukung di stadion. Bobotoh pun kerap memberi sambutan hangat. Begitu juga jika Persib bermain di Surabaya, Bonek kerap menyambut mereka dengan sangat baik.

Namun, laga besar dan penuh persahabatan ini tercoreng dengan melayangnya dua nyawa sekaligus. Saat itu, animo suporter datang ke stadion begitu besar.

Banyak penonton yang tak punya tiket memaksakan diri datang demi bisa menyaksikan duel Persib vs Persebaya. Suporter yang datang jauh lebih banyak dari jumlah tiket yang terjual.

Akibatnya, penonton banyak yang berdesakan. Mereka yang tak punya tiket pun mencoba merangsek masuk. Saat itulah insiden terjadi. Dua Bobotoh bernama Ahmad Solihin dan Sopiana Yufuf terjebak dalam himpitan.

Keduanya akhirnya meregang nyawa meski sempat berusaha diberi pertolongan di rumah sakit. Ahmad Solihin sendiri merupakan Bobotoh asal Cibaduyut, Kota Bandung. Sementara Sopiana Yusuf adalah Bobotoh asal Bogor.

Menurut keterangan Polda Jabar, kematian suporter terjadi lantaran desak-desakan di pintu masuk GBLA. Panitia cuma menyediakan 15 ribu tiket, tapi stadion penuh dengan estimasi mencapai 40 ribu orang.

Tewasnya 2 bobotoh di GBLA saat itu pun direspons Ketua Uum PSSI Mochamad Iriawan. Pihaknya meminta kepada semua yang terlibat dalam penyelenggaraan Piala Presiden 2022 agar lebih maksimal dan sigap dalam pelaksanaan pertandingan.

"Kami ikut berbelasungkawa atas meninggalnya dua sahabat kita di Bandung. Bagi keluarga yang ditinggalkan agar diberikan kekuatan dan ketabahan. Mudah-mudahan kejadian yang sama tidak akan terulang lagi," kata Mochamad Iriawan.

Halaman 2 dari 3
(ral/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads