Kabut tipis masih menyelimuti kawasan hutan Gunung Salak saat warga Kampung Kadubengkung, Desa Ridogalih, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi mulai meninggalkan rumah mereka. Langkah kaki puluhan warga memecah keheningan pagi itu, menyusuri jalan setapak yang licin dan berlumpur akibat hujan semalam.
Di antara rombongan, terlihat beberapa ibu menggendong anak-anak mereka, sementara yang lain membawa bekal seadanya, mereka membawa niat, ingin menyalurkan suaranya pada Pilkada Kabupaten Sukabumi dan Pemilihan Gubernur Jabar.
Perjalanan sejauh empat kilometer menuju TPS di Kampung Cikiwul ini tidaklah mudah. Mereka harus melintasi akar-akar pohon yang menjulur dan genangan air yang kerap membuat langkah mereka tersendat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jalan licin sekali, apalagi sambil bawa anak. Tapi kami tetap berangkat karena ingin memilih pemimpin yang bisa memperbaiki nasib kami," ujar Teh Oom, seorang warga Kadubengkung, sembari membenarkan posisi anaknya yang tertidur di gendongan, Rabu (27/11/2024).
![]() |
Kampung Kadubengkung adalah salah satu perkampungan yang terpencil, terletak di kaki Gunung Salak. Mayoritas warganya menggantungkan hidup dari berkebun mulai dari durian, getah karet kemudian cengkih. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kebun-kebun cengkih mereka tak lagi produktif.
"Suami saya punya beberapa pohon cengkih. Dulu hasilnya lumayan, bisa buat tambahan penghasilan. Tapi sekarang pohonnya mati, kering dari atas sampai batang," keluh Oom. Ia berharap pemimpin yang terpilih nanti bisa membawa solusi bagi perkebunan cengkih yang menjadi andalan warga.
Adom, warga lainnya, mengungkapkan bahwa pohon cengkih yang mati tak hanya mengurangi penghasilan, tetapi juga memaksa warga menebang pohon-pohon itu.
"Dulu tiap panen, kebun cengkih jadi berkah. Tapi sekarang ada hama misterius yang membuat pohon-pohon itu meranggas. Kalau ini terus dibiarkan, kami makin susah," ujarnya.
Meski penuh tantangan, perjalanan ini bukan sekadar usaha menyalurkan hak pilih. Bagi warga Kadubengkung, langkah kaki mereka membawa harapan besar. Harapan bahwa suara mereka di TPS 5 Kampung Cikiwul bisa mendatangkan pemimpin yang peduli pada nasib mereka.
Setibanya di TPS, wajah-wajah letih berubah menjadi lega. Anak-anak yang tadi rewel dalam gendongan mulai berlari-lari kecil di halaman TPS yang lebih lapang. Sementara itu, para ibu mengatur napas, menyiapkan diri untuk masuk ke bilik suara.
"Kami ingin pemimpin yang bisa perhatikan kami di pedalaman ini. Kalau kebun cengkih bisa pulih, kehidupan kami pasti lebih baik," ucap Adom sebelum masuk ke bilik suara.
(sya/yum)