Debat kedua Pemilihan Gubernur Jawa Barat berlangsung menarik dengan tema utama toleransi beragama. Pasangan calon (paslon) Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie dan Acep Adang-Gitalis Dwi Natarina saling adu gagasan mengenai solusi untuk mengatasi potensi konflik berbasis agama di Jawa Barat.
Ahmad Syaikhu memulai sesi tanya jawab dengan mempertanyakan strategi Acep-Gitalis dalam menangani konflik agama jika mereka terpilih memimpin Jawa Barat.
"Bagaimana cara Anda berdua memastikan bahwa potensi konflik berbasis agama dapat dikelola dengan baik?" tanyanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gitalis Dwi Natarina menjawab dengan menekankan pentingnya pendidikan toleransi dan perlindungan hukum bagi kelompok minoritas. "Kami akan membuat kebijakan penguatan toleransi agama di sekolah dan tempat ibadah. Pendidikan toleransi harus masuk ke dalam kurikulum sejak dini," kata Gita.
Ia juga menyebut pentingnya memperkuat peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dalam mediasi konflik dan mempromosikan toleransi antarumat beragama.
"Selain itu, perlindungan hukum bagi agama minoritas harus dijamin oleh pemerintah," ucap Gita.
Menanggapi pernyataan Gita, Cawagub Ilham Habibie berpendapat bahwa langkah-langkah tersebut belum cukup tanpa adanya keberpihakan yang jelas dari kepala daerah. "Menurut kami, kebijakan seperti itu bagus, tetapi tidak cukup. Political will dari kepala daerah sangat diperlukan untuk menetapkan aturan main yang adil dan tegas," ujar Ilham menegaskan.
Ia juga menyoroti pentingnya faktor kepemimpinan dalam menciptakan lingkungan yang harmonis dan toleran. "Kepemimpinan yang kuat akan menentukan keberhasilan penerapan toleransi di masyarakat," kata Ilham.
Gita menilai tanggapan Ilham kurang menyimak substansi yang ia sampaikan sebelumnya. "Pada dasarnya, jawaban kami sudah mencakup kebijakan penguatan toleransi beragama. Pemerintah harus fokus menciptakan kebijakan konkret yang dapat diterapkan di lapangan, bukan sekadar pernyataan normatif," balas Gita.
Masing-masing paslon memiliki pendekatan yang berbeda dalam menangani isu toleransi beragama. Pasangan Acep-Gitalis fokus pada kebijakan pendidikan dan hukum, sementara Syaikhu-Ilham menekankan pentingnya peran kepemimpinan yang tegas dan berpihak pada masyarakat.
Dengan isu toleransi yang menjadi salah satu tantangan utama di Jawa Barat, masyarakat kini memiliki gambaran lebih jelas tentang visi dan langkah konkret dari masing-masing pasangan calon dalam menciptakan harmoni di tengah keberagaman.
Debat kedua Pilkada Provinsi Jawa Barat 2024 atau Pilgub Jabar digelar KPU di Hotel Patra Kabupaten Cirebon. Debat berlangsung pada Sabtu (16/11/2024) pukul 19.00 WIB.
Sekadar diketahui, debat diikuti oleh empat pasang calon (paslon) Gubernur dan calon Wakil Gubernur, yakni Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwinatarina (nomor urut 1), Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja (nomor urut 2), Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie (nomor urut 3), dan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan (nomor urut 4).
Paslon nomor urut 1 Acep-Gita diusul oleh PKB. Pasangan Jeje-Ronal diusul PDIP. Kemudian, pasangan Syaikhu-Ilham diusul Partai NasDem, PKS, dan PPP. Dan, pasangan Dedi-Erwan diusul oleh Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Demokrat, PAN, dan PSI.
Debat kedua Pilgub Jabar mengambil judul 'Budaya Inovatif untuk Jawa Barat yang Gemah Ripah Repeh Rapih'. Dalam debat tersebut terdapat enam sub tema, yakni, industri budaya, pariwisata, peningkatan PAD berbasis sumber daya alam, mitigasi bencana, kualitas lingkungan hidup dan toleransi beragama.
Masing-masing paslon diperbolehkan membawa 50 orang untuk masuk ke area debat publik. Hadirin dalam jumlah terbatas yang bukan merupakan undangan atau rombongan, boleh menyaksikan proses debat kedua Pilgub Jabar 2024 di luar area debat melalui layar besar yang disediakan.
(sud/sud)