Gaya Dedi Mulyadi Necis Berjambul, Ikuti Filosofi Wayang Semar

Jawa Barat

Kenali Kandidat

Gaya Dedi Mulyadi Necis Berjambul, Ikuti Filosofi Wayang Semar

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Selasa, 12 Nov 2024 10:15 WIB
Debat Pilgub Jabar 2024.
Dedi Mulyadi (Foto: Wisma Putra/detikJaba)
Bandung -

Dalam Debat Perdana Pilgub Jabar pada Senin (11/11/2024) malam Calon Gubernur nomor urut 4, Dedi Mulyadi tampil berbeda. Biasanya, Dedi selalu mengenakan pakaian serba putih dan identik dengan ikat kepala warna putih, khas Sunda-nya.

Malam itu, ia mengenakan setelan jas berwarna putih. Didampingi Erwan yang pakai setelan jas tapi berwarna hitam, serta lengkap dengan kopiahnya. Penampilan ini juga seragam dengan para pendukungnya yang hadir dalam arena debat, semua kompak pakai setelan jas.

Rambut Dedi nampak tersisir rapi dan sebagian rambut di bagian depan dibuat jadi jambul. Rupanya, penampilan malam itu punya makna filosofis yang erat dengan tokoh pewayangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di pewayangan itu ada seorang tokoh yang dia memilih turun ke bumi, dibanding tinggal di alam langit yang disebut dengan alamnya para Dewa. Kemudian dia memilih tinggal di kampung namanya Tumaritis. Dia orang yang memiliki kualifikasi manusia atau tokoh yang sempurna dalam pewayangan itu kemudian namanya Nurah Semar Bunda Pawarengan," kata Dedi.

Ciri diri tokoh Semar, kata Dedi yakni sangat memahami Tuhan secara utuh, tetapi dalam kehidupan kesehariannya selalu dihinakan oleh Durna yang merasa paling pandita, paling mengerti ilmu pengetahuan.

ADVERTISEMENT

Semar punya ciri rambutnya berjambul ke atas satu. Dedi mengilhami tokoh tersebut dalam penampilannya malam kemarin.

"Perjalanan hidupnya walaupun tiap hari berkeringat sebagai petani, hidup di tengah-tengah masyarakat biasa, bahkan jabatannya hanya sebagai Lurah, tetapi dia manusia mulia yang tidak pernah memperlihatkan kemuliaannya. Membangun kemuliaan dirinya dibanding dengan kesombongan dalam ritualitas, dia memilih menjadi manusia yang berguna," ucap Dedi

Menurutnya, dalam tokoh wayang yang ia ilhami tersebut, merepresentasikan keinginan untuk membangun desa. Dedi juga menyertakan beberapa peribahasa Sunda dalam penjelasannya.

"Membangun desa supaya desa itu menjadi desa yang memiliki kemakmuran, gemah, ripah, repeh, rapi, ngah-nang ngah-ning, bru di juru bro di panto ngalayah di tengah imah. Buncir leuit loba duit, rea ketan rea keton," kata Dedi.

"Lalu warna bajunya itu cuma dua, hitam dengan putih sebagai lambang bagi dirinya bahwa dia berserah diri pada Tuhan. Tetapi dalam kehidupan kesehariannya, dia tunduk pada hukumnya tanah, hukumnya air, hukumnya cahaya, dan tunduk pada hukumnya angin atau udara," sambungnya.

Maka, anak Semar ada yang wajahnya berwarna merah atau tokoh wayang Cepot Astrajingga, ada yang berwarna kuning atau tokoh wayang Dawala, dan yang wajahnya berwarna putih yakni Gareng.

"Itu prinsip-prinsip yang saya sampaikan ke depan publik melalui pendekatan filosofi pakaian yang saya pakai hari ini," kata dia.

Debat Pilgub Jabar 2024.Debat Pilgub Jabar 2024. Foto: Wisma Putra/detikJabar


Saat ditanya soal apakah sudah cukup puas dengan debat malam itu, menurut Dedi debat bukan soal puas atau tidak. Menurutnya debat lekat dengan artikulasi gagasan personal pemimpin.

Malam itu ia ingin menjelaskan program sebagai wujud pengetahuannya sebagai calon pemimpin. Sebab bagi Dedi, debat bukan sekedar membawa bahan kemudian dibaca di mimbar debat.

"Kan di situ keterujian pemimpinnya tidak terlihat, karena pemimpin itu kan harus kaya akan gagasan. Ingat bahwa kita ini bukan pelaksana teknis dinas. Kita dipilih menjadi Gubernur yang harus melahirkan gagasan-gagasan besar yang itu diterjemahkan secara teknis oleh perangkat pemerintah," tuturnya.

Lalu soal keterbatasan waktu yang sempat dikeluhkan paslon lain, Dedi menganggap dirinya harus mengejar intonasi bahasa dengan waktu cepat untuk bisa menyampaikan pokok pikiran. Namun, bagi dia dalam debat menjadi ajang uji pemimpin agar berpikir otentik.

"Kalau berpikir otentik itu berpikir yang keluar dari pikirannya, yang disampaikan kepada publik. Bahan bacaan yang ada di rumah itu adalah hanya bacaan-bacaan literasi yang tidak dibawa dalam ketika ujian. Karena kalau ujian kan tidak boleh bawa catatan," kata Dedi.

Sementara Calon Wakil Gubernur nomor urut 4, Erwan Setiawan mengatakan bahwa pada debat itu bukan suatu hal yang baru dan jadi pembelajaran untuk menyampaikan kepada masyarakat secara baik program-programnya.

"Bukan hanya akan melaksanakan ketika nanti jadi Gubernur, ini sudah dilaksanakan. Begitupun saya pernah di pemerintahan. Jadi bagaimana nanti ke depan ketika kami sudah terpilih, kami pun akan terus dekat dengan masyarakat. Kami akan lebih sering di masyarakat dibanding duduk di belakang meja, itu bukan kebiasaan kami. Tapi kami lebih sering ke masyarakat selesaikan persoalan yang ada di masyarakat secara langsung," janji Erwan.

(aau/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Agenda Pilkada 2024

Peraturan KPU 2/2024 tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2024
2024
22 September 2024
Penetapan Pasangan Calon
25 September 2024- 23 November 2024
Pelaksanaan Kampanye
27 November 2024
Pelaksanaan Pemungutan Suara
27 November 2024 - 16 Desember 2024
Penghitungan Suara dan Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara

Hide Ads