Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA kembali mengeluarkan hasil surveinya untuk pilkada kabupaten Purwakarta. Pihaknya melakukan survei kepada 440 orang secara acak dengan rentang waktu 8-12 Oktober 2024.
Hasilnya, pasangan nomor urut satu Saepul Bahri Binzein (Om Zein)-Abang Ijo Hapidin memiliki elektabilitas paling tinggi dibandingkan lainnya. Pasangan nomor urut satu itu meraih 54,5%. Kemudian disusul paslon nomor urut 3, Anne Ratna Mustika-Budi Hermawan dengan 21,6%. Sementara di bawahnya, Yadi Rosmayadi- Pipin Sopian (19,1%) dan Zainal Arifin-Sonia (1,8%).
"Pengumpulan data lapangan dilakukan dari tanggal 8-12 Oktober 2024, menggunakan metodologi standar Multistage Random Sampling dengan wawancara tatap muka langsung kepada 440 responden yang dipilih secara acak dan margin of error 4,8%," ujar Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah kepada awak media, Kamis (17/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Toto menyebutkan, perolehan elektabilitas ini masih akan berubah seiring perkembangan peta politik dalam jelang pencoblosan. Ia juga menyebutkan ada dua indikator yang dapat mempengaruhi hasil ini, pertama politik uang dan badai politik
"Ini masih akan berubah, karena dua faktor tadi politik uang atau ada isu yang menerpa paslon. Kalo misalnya debat publik itu masyarakat sudah punya pilihan jadi hasilnya apa debat itu tidak akan berpengaruh besar pada penentuan pilihan," katanya.
Toto menambahkan, peluang menang yang lebih terbuka untuk pasangan Om Zein - Abang Ijo itu, antara lain, didukung oleh faktor tingginya strong supporter (pemilih militan yang sudah punya pilihan mantap) sebesar 38,0%. Angka yang cukup tinggi sebagai modal penting untuk menang.
"Di luar modal strong supporter yang sudah dimiliki, duet Om Zein-Abang Ijo harus tetap waspada, karena masih ada pemilih yang berkategori soft supporter sebesar 37,3%. Itu bisa beralih ke paslon Yadi atau pun Anne," ungkapnya.
Dijelaskan Toto, soft supporter itu adalah pemilih cair dengan kategori yang sudah punya pilihan tapi bisa berubah, dan belum punya pilihan sama sekali. Gabungan dua kategori pemilih cair itulah yang selalu disebut lahan tak bertuan. Yaitu, pemilih yang masih bisa diperebutkan oleh siapa saja.
(sud/sud)