Disusul pasangan Syaikhu-Habibie dengan angka 13,8 persen. Sementara posisi ketiga diduduki Acep Adang-Gitalis sebesar 4,2% dan Jeje-Ronal 2,7%. Adapun partisipan yang tidak menjawab/tidak tahu sebanyak 3,6%.
"Ya saya terima kasih pada seluruh warga Jabar yang punya tekad memberi pilihan pada 27 November nanti kepada pasangan nomor urut 4 Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan. Tentu seluruh pilihan itu berdasar pada aspek rasionalitas seluruh warga Jabar, karena melakukan rangkaian kegiatan sosial sudah jadi bagian hidup saya," ucap Dedi pada detikJabar, Selasa (15/10/2024).
Meskipun dibanding dengan survei periode sebelumnya ada penurunan elektabilitas, KDM, begitu sapaannya nampak tak ambil pusing. Sebab dalam survei yang melibatkan basis 1.200 orang dari seluruh provinsi Jawa Barat itu, dilakukan dengan metode simple random sampling dengan toleransi kesalahan atau margin of error +- 2,9 % dan tingkat kepercayaan 95%.
Maka, KDM meyakini bahwa naik turunnya elektabilitas kalau hanya berkisar 2% tak akan membuatnya gentar.
"Kemudian angka 2% itu kan margin of error, jadi kalau ada perbedaan 2,5% ya belum menurun lah bukan 10% gitu. Jadi ya nggak memiliki aspek apapun. Indikator dulu kan melakukan survei setelah pendaftaran, sampai sekarang survei kan waktunya 1,5 bulan. Peningkatannya (kandidat lain) sama masing-masing 2% dalam waktu yang panjang, jadi ya nggak bisa dibandingkan," kata KDM.
![]() |
Ia juga menyoroti perolehan elektabilitas pada salah satu daerah yang menurutnya jadi angin segar. Kota itu ialah Kota Depok, salah satu daerah megapolitan yang disebut-sebut para pakar politik masuk dalam dominan basis lawan KDM.
Dalam survei Indikator di Kota Depok menunjukkan bahwa elektabilitas KDM-Erwan unggul sebanyak 61,9%. Disusul dengan Syaikhu-Ilham sebesar 26,8%, Acep-Gita 5,8%, dan Jeje-Ronal 2,8%.
"Nah yang menarik dari survei sekarang, data dari survey Pilwalkot Depok itu saya lihat calon yang pendatang baru dapat survei baik. Pun kemudian saya punya posisi yang baik yakni sampai 61%. Menurut saya Kota Depok ini luar biasa," ujar KDM.
"Kalau misal saya di Subang 92% itu biasa, Purwakarta unggul juga biasa, di Kota Bandung hampir 80% itu juga biasa karena dalam berkebudayaannya sudah paham. Tapi kalau Depok 61% itu luar biasa. Artinya dari situ ada tren merata, bagaimana pemahaman masyarakat melalui media sosial," sambungnya.
Meski elektabilitas KDM-Erwan seolah sulit untuk dikalahkan, namun Barisan Gawe Rancage sebagai tim pemenangan diwanti-wanti untuk tidak jemawa. Apalagi, jangan sampai hal ini membuat lengah para pendukung yang punya tekad untuk mencoblos KDM-Erwan akhir November nanti.
Tapi KDM nampak percaya dengan para pendukung setianya. Sambil pasangan calon nomor urut empat itu berupaya untuk terus mengkampanyekan program terbaiknya.
"Saya sih melihat apa yang saya baca seperti komentar di media sosial itu spirit orang yang datang ke TPS tinggi. Ada yang siap pulang dari Kalimantan, Brunei, Singapur, untuk memilih saya. Itu spirit karena selama ini di Jabar kan jarang ada pemimpin yang berani mengartikulasikan filosofi kebudayaan menjadi fundamen pada kesadaran manusia Sunda," tutur KDM.
"Tapi, itu jadi pemicu semuanya untuk sama-sama meningkatkan kembali sosialisasi dan penegasan mengenai komitmen pasangan Dedi-Erwan, demi menumbuhkembangkan Jabar menuju Jabar Istimewa," imbuhnya.
Saat ditanya soal strategi mematikan untuk mempertahankan elektabilitas, KDM mengaku tak memilikinya. Ia hanya berpesan agar dalam berkampanye timnya harus banyak bertahan dan bersabar.
"Strategi mematikan nggak ada lah, yang ada saya yang setiap hari dimatikan. Nggak ada sehari tanpa isu SARA. Ya saya tau lah itu, tapi kan kita sabar. Kalau seperti ini pada Barisan Gawe Rancage tinggal 45 hari lagi, senjata terbaik untuk KDM-Erwan ya hanya bertahan dan bersabar," pesannya. (aau/yum)