Nomor urut 4 pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2024 didapatkan pasangan calon Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan. Nomor ini sekaligus menjadi nomor pamungkas. Pilgub Jabar 2024 diramaikan oleh empat pasangan calon.
Dedi Mulyadi merupakan politisi senior Partai Golkar yang kemudian berlabuh di Partai Gerindra. Pernah menjabat Bupati Purwakarta dua periode, Dedi Mulyadi dikenal dengan ciri khasnya yang lekat dengan nuansa Sunda. Dia juga tampak banyak mengambil pelajaran dari kearifan lokal dan nilai-nilai tradisional lainnya untuk disesuaikan pada masyarakat modern saat ini.
Sebagai seorang politisi, Dedi Mulyadi piawai dalam memanfaatkan media sosial yang membuat namanya semakin populer. Indonesia Indicator bahkan menobatkan Dedi Mulyadi ke dalam 10 tokoh politik Indonesia paling berpengaruh di media sosial. Dedi juga aktif menulis. Dia pernah menerbitkan sejumlah buku, di antaranya yang berjudul 'Ciri Sabumi, Cara Sadesa'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Pilgub Jabar 2024, Dedi berpasangan dengan cawagub Erwan Setiawan. Sebelumnya, Erwan merupakan politisi Partai Demokrat yang kini berlabuh di Partai Golkar.
Erwan merupakan putra sulung Bos Persib Bandung, Umuh Muchtar. Sempat akan maju sebagai Bupati Sumedang pada Pilkada 2024 ini, Erwan malah direkomendasikan untuk jadi cawagub bagi Dedi Mulyadi. Bagaimana profil dan visi-misi keduanya?
Profil Dedi Mulyadi
Dedi Mulyadi lahir di Kabupaten Subang, Jawa Barat pada 11 April 1971. Ayahnya Sahlin Ahmad Suryana merupakan pensiunan Tentara Prajurit Kader yang berkiprah sampai usia 28 tahun saja, sementara ibunya, Karsiti meski tak pernah sekolah, dia pernah menjadi aktivis Palang Merah Indonesia.
Dari 9 bersaudara, Dedi Mulyadi adalah bungsunya. Semasa remaja, dia sering terlibat membantu orang tuanya mengolah sawah, mencangkul, hingga tanam mundur (tandur) padi.
Sawah, padi, dan lumpur tempat tanaman itu tumbuh sangat lekat dengan Dedi Mulyadi. Dan itu menjadi landasan utama mengapa dia hingga kini begitu lekat dengan kebudayaan Sunda. Padi adalah bagian dari Sunda. Orang Sunda tidak hidup tanpa padi.
Meski anak petani, Dedi tak lupa sekolah. Dia bercita-cita tinggi untuk sekolah sampai universitas. Dia sudah diterima di Fakultas Hukum, Unpad. Namun ketiadaan biaya membuatnya batal masuk universitas bergengsi itu. Dedi akhirnya masuk ke Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Purnawarman di Purwakarta.
Di tempat itu, dia mulai aktif baik di Senat Mahasiswa maupun di dalam organisasi ekstra, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Pada tahun 1994, Dedi Mulyadi ditahbiskan sebagai Ketua HMI Cabang Purwakarta.
Aktivismenya tidak kendur. Dia aktif juga di organisasi buruh, Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) dan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), masing-masing pada 1997 dan 1998.
Dedi lulus kuliah tahun 1999, namun setahun sebelum lulus, dia menikah dengan Sri Muliawati yang kemudian meninggal dunia ketika anak mereka Maulana Akbar Ahmad Habibie berumur 3 bulan.
Aktivisme yang disenangi Dedi di masa mudanya ini kemudian membawanya menjadi legislator. Tahun 1999-2004, Dedi lewat partai Golkar terpilih sebagai Anggota DPRD Purwakarta. Namun, masa kerja itu tak selesai.
Dedi ditarik untuk mendampingi Lily Hambali pada Pilkada 2003. Keduanya terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Purwakarta untuk periode 2003-2008.
Partai Golkar semakin percaya kepada Dedi. Dia lalu diangkat sebagai Ketua DPD Golkar Purwakarta untuk masa kepemimpinan 2004-2007.
Pada Pilkada 2008 di Purwakarta, Dedi mencalonkan diri menjadi bupati dan menang. Ketika itu, dia berpasangan dengan Dudung B Supardi.
Usai masa jabatan 2008-2013, Dedi kembali mencalonkan diri sebagai petahana bersama wakilnya, Koswara untuk Pilkada 2013. Dia menang lagi dan kembali memimpin Purwakarta untuk periode 2013-2018.
Perjalanan karier politiknya semakin moncer ketika dia terpilih secara aklamasi menjadi Ketua DPD Golkar Jawa Barat pada 2016. Dia menggantikan Yance atau Irianto Mahfud Sidik Syafiuddin yang ketika itu tersandung dugaan korupsi lahan.
Dedi Mulyadi pernah nyalon Gubernur Jabar pada 2018 berpasangan dengan Deddy Mizwar, namun pasangan ini kalah. Dedi kemudian nyaleg pada 2019 dan menang.
Pada 2023, Dedi Mulyadi mengakhiri hubungannya dengan Partai Golkar. Dia kemudian bergabung dengan Partai Gerindra hingga kini dia dicalonkan menjadi Gubernur Jawa Barat pada Pilgub 2024.
Profil Erwan Setiawan
Erwan Setiawan adalah mantan Wakil Bupati Sumedang periode 2018-2023. Dia hendak maju sebagai bupati pada Pilkada Sumedang 2024 ini. Sejak Pileg berlangsung, dia terus menyusun kekuatan, hingga tercipta rencana koalisi besar.
Namun, koalisi besar untuk Pilkada Sumedang 2024 harus ditinggalkan sebab dia direkomendasikan untuk menjadi cawagub mendampingi Dedi Mulyadi di Pilgub Jabar 2024.
Erwan Setiawan lahir di Bandung pada 29 Juli 1970. Ayah-ibunya adalah pasangan Umuh Muchtar dan Hj Pipin Muchtar.
Umuh Muchtar sudah senang dengan Persib Bandung sejak muda, sejak Erwan belum lahir. Di kemudian hari, Umuh menjadi salah satu pemegang saham di klub tersebut dan berkiprah sebagai manajer Persib Bandung hingga sekarang.
Bagi Erwan, Umuh adalah guru utama politiknya. Sebaliknya, Umuh juga terlihat kuat keinginannya membuat Erwan Setiawan berhasil dalam dunia politik.
Erwan menghabiskan masa kecil hingga dewasa di Bandung. Dia bersekolah di SD Santo Yusup (lulus 1983); lalu sekolah di SMP BPI 1 (lulus 1986); dan lanjut ke SMA BPI 1 (lulus 1989).
Usai SMA, Erwan Setiawan berkuliah di Politeknik Industri dan Niaga Bandung (lulus 1996); kemudian melanjutkan studi di Fakultas Ekonomi, Universitas Langlangbuana (lulus 2008).
Di sela-sela mengenyam pendidikan, Erwan Setiawan juga merintis usaha. Dia mendirikan CV Ganeca Kiara dan menjadi direkturnya hingga kini.
Dalam politik, Erwan punya pengalaman yang cukup. Karier politiknya dimulai dengan menjadi kader Partai Demokrat. Lewat partai itu, dia mencalonkan diri pada Pemilihan Legislatif 2009 dan menang.
Dia dilantik menjadi Anggota DPRD Kota Bandung Periode 2009-2014. Dia pun ditunjuk menjadi Ketua DPRD Kota Bandung.
Menjelang masa akhir jabatannya sebagai dewan, dia bertarung di Pilkada Kota Bandung 2013. Saat itu, dia berpasangan dengan Siswandi. Namun, takdir belum memihak. Pasangan Ridwan Kamil-Oded M Danial adalah pemenangnya.
Pada 2014-2019, Erwan kembali ke DPRD. Dia terpilih kembali sebagai Anggota DPRD Kota Bandung dan duduk di Komisi C, hingga setahun sebelum jabatannya beres, ada pinangan dari Sumedang.
Pada 2018, Dony Ahmad Munir, politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menggandengnya untuk menjadi calon Wakil Bupati Sumedang dan menang. Pasangan ini memimpin pada periode 2018-2023. Covid-19 melanda, dan masa kepemimpinan itu terganggu fokusnya dengan pemulihan warga dari wabah tersebut.
Pada saat menjadi Wabup Sumedang, Erwan Setiawan berseberangan paham dengan Partai Demokrat, pemicunya adalah Musda Partai Demokrat Jawa Barat. Sehingga dia memutuskan untuk keluar. Sebentar tak berpartai, Erwan kemudian santer disebut-sebut masuk Partai Golkar. Isu itu kemudian nyata, Erwan menjadi kader Partai Golkar.
Menghadapi Pilpres dan Pileg 2024, Erwan diminta untuk menjadi Tim Kampanye Daerah (TKD) Pemenangan Prabowo-Gibran. Di Sumedang, pasangan presiden dan wakil presiden itu menang telak. Partai Golkar juga meraih 10 kursi di DPRD Sumedang dan menjadi partai pemenang Pileg Sumedang 2024.
Dengan basis 10 kursi itu, tadinya Erwan akan mencalonkan diri sebagai Bupati Sumedang. Namun, ketika tengah ramai menjalin komunikasi politik di Sumedang, Erwan mendapat kunjungan dari Dedi Mulyadi.
Kunjungan itu jauh sebelum ada pernyataan Erwan direkomendasikan nyalon wakil gubernur pada Pilgub Jabar 2024. Ending-nya, Dedi-Erwan nyalon gubernur dan wakil gubernur di Pilgub Jabar 2024.
Visi-Misi Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan
![]() |
Dedi-Erwan memiliki tagline 'Jabar Istimewa' dengan visi 'Berpijak pada latar belakang, gambaran umum Provinsi Jawa Barat, permasalahan-permasalahan dan isu strategis Provinsi Jawa Barat'.
Pasangan yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM), yakni Partai Golkar, Gerindra, PAN, Demokrat, PSI, Partai Buruh, Perindo, Gelora, PBB, Garuda, PKN. Pasangan ini punya 4 misi yaitu:
1. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang berkarakter, cerdas, berpengetahuan, bertaqwa dan profesional pada bidang tugasnya masing-masing.
2. Mengembangkan ekonomi kerakyatan berbasis sumber daya lokal, berdaulat, berkelanjutan, berdaya saing tinggi dengan memanfaatkan ragam teknologi masa kini.
3. Mengurangi disparitas pembangunan utara-selatan dengan mendorong masuknya investasi dan pemerataan penyediaan sarana dan prasarana.
4. Pendidikan, kesehatan, perekonomian dan lingkungan hidup yang proporsional memperkuat transformasi birokrasi yang berorientasi terhadap mutu pelayanan publik yang bermartabat, efektif, efisien menjunjung tinggi prinsip- prinsip pemerintahan yang bersih (clean governance).
(iqk/iqk)