Dedi Mulyadi Masih Temukan Warga Jabar Terperangkap Utang Bank Emok

Dedi Mulyadi Masih Temukan Warga Jabar Terperangkap Utang Bank Emok

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Kamis, 03 Okt 2024 13:00 WIB
Cagub Jabar Dedi Mulyadi
Cagub Jabar Dedi Mulyadi. (Foto: Istimewa)
Bandung -

Calon Gubernur Jawa Barat nomor urut 4, Dedi Mulyadi mengaku mendapat temuan satu keluarga terjerat utang bank emok di Tasikmalaya. Temuan ini bukanlah satu-satunya, mengingat tahun lalu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis data utang warga Jabar yang menggunakan pinjol tembus Rp13,8 triliun.

Sementara Dinas Koperasi dan UMKM Jabar juga mencatat, ada 1,8 juta dari 6,5 juta pelaku UMKM yang terjerat bank emok atau rentenir. Melihat hal ini, apa solusi yang Demul tawarkan sebagai calon orang nomor satu di Jabar?

"Saya kan memberikan otokritik ya pada diri sendiri. Berulang-ulang kita selalu mengklaim diri bahwa provinsi kita ini provinsi religius, tetapi dari sisi sosialitas berat. Problem paling masif itu adalah mereka yang terlibat dalam pinjaman bank emok, bank keliling, atas nama koperasi yang terjadi di Tasik kemarin, itu kan sampai karena tidak punya apapun tabung gasnya, diambil, tidak bisa masak. Nah ke depan semuanya harus dibenahi, tetapi manusianya juga harus dididik," kata Demul di Lembur Pakuan Subang, Rabu (2/10/2024) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, mengubah cara berpikir manusia tidaklah mudah. Dalam kasus satu keluarga di Tasikmalaya yang ia temui bahkan, ada satu anak laki-laki berusia 17 tahun di keluarga itu yang pengangguran.

Demul melihat hal ini sebagai kebiasaan buruk yang tak bisa dibiarkan. Pola pikir masyarakat juga harus dibenahi agar tak melulu menanti bantuan, sambil membenahi kebutuhan soal wadah pinjam dana di Jabar.

ADVERTISEMENT

"Sekarang anak laki-lakinya sudah bekerja menjadi kuli bangunan dan hasil dari kuli bangunannya itu digunakan untuk membayar utang ibunya. Dan itu harus diubah ke depan. Tidak ada kalimat nganggur kalau orang mau bekerja keras. Lalu kadang warga mencoba berdagang, tapi pakai uang rentenir. Dagangan nggak laku, uang rentenir harus dibayar," katanya.

"Maka kita juga harus ubah pola perilaku. Ajining tekor asal sohor, ini harus diubah. Jawa Barat itu problem sosialnya sangat tinggi dan itu perlu pemimpin yang turun melihat. Kalau hanya nunggu laporan itu nggak bisa. Kemiskinan itu akan menjadi concern saya dan saya akan menyelesaikan miskin ekstrim itu dalam waktu satu tahun setengah," harap Demul.

Regulasi pinjaman menurut Demul, juga merupakan pelanggaran hukum. Kerugian negara menurutnya jadi sangat tinggi akibat keberadaan bank-bank gelap. Pembiaran yang terus terjadi, pemberantasan praktik ilegal yang kurang serius, menurut Demul jadi masalah utamanya.

"Seseorang meminjamkan uang terhadap orang lain dengan bunga 10%. Itu melanggar undang-undang perbankan. Lalu penjamin nggak kena pajak. Bayangin punya uang Rp1 miliar dalam 1 bulan sudah dapat untung Rp100 juta. Nah ke depan, ya ke depan jika saya gubernur nanti akan tegas. Mereka yang melakukan pinjaman ya harus terdaftar di OJK. Kenapa sih ini terus-terusan terjadi? Berarti kan tidak ada tindakan," janjinya.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads