Adu Kuat Tokoh Kunci Tim Pemenangan 4 Paslon di Pilgub Jabar 2024

Jawa Barat

Kenali Kandidat

Adu Kuat Tokoh Kunci Tim Pemenangan 4 Paslon di Pilgub Jabar 2024

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Selasa, 01 Okt 2024 13:30 WIB
Ilustrasi Pemilu
Ilustrasi Pemilu. Foto: Fuad Hasim/detikcom
Bandung -

Masing-masing calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2024 punya partai pengusung dan tokoh kuncinya dalam tim pemenangan. Nama-nama ini bisa jadi senjata untuk memperkuat strategi, agar terpilih memimpin Jawa Barat.

Lalu, bagaimana potensi kemenangan keempatnya jika dilihat dari kekuatan 'prajurit' kemenangan? detikJabar berbincang dengan pengamat komunikasi politik dan dosen Universitas Islam Bandung (Unisba) Muhammad E Fuady tentang kekuatan tim kemenangan dari empat kandidat yang berlaga.

Acep-Gita

Barisan tim pemenangan paslon nomor 01 Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwinatarina (Gita KDI) didominasi elite PKB dan tokoh pesantren. Sejumlah nama bergelar kiai haji (KH) masuk dalam barisan juru kampanye seperti Habib Syarief Muhammad, KH Sofyan Yahya, KH Abubakar, KH Yahya Abdul Aziz, KH M Syaefullah Amin, dan lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Susunan tim pemenangan dengan slogan Jabar Bahagia itu dipimpin Ketua DPW PKB Jabar Syaiful Huda. Selain Huda, tentu beberapa tokoh PKB dan Nadhlatul Ulama (NU) juga ada di dalamnya seperti Cucun Syamsul Rizal hingga selebritis kader PKB, Tomy Kurniawan.

Fuad menilai tokoh kunci di barisan ini memperkuat basis pendukung Acep dan Gita. Tapi PR-nya menurut Fuad, adalah bagaimana mereka dalam waktu dua bulan juga bisa menggaet segmentasi di luar pesantren.

ADVERTISEMENT

"Ya kalau dari PKB ini kan memang banyak ke ranah pesantren ya, jadi arahnya masih ke sana. Acep memang dari basis nahdliyin, jadi bisa memanfaatkan jaringan pesantren karena kantong pesantren di Jabar juga banyak. Tapi ya mereka harus bisa menyasar di luar pesantren," tutur Fuad.

Pasangan ini dinilai belum merepresentasikan kelompok lain, jadi kemungkinan hanya dapat suara besar di jaringan pesantren. Popularitas Gita atau mungkin kader PKB lainnya, Tomy Kurniawan yang dulu dikenal sebagai pesinetron, mau tak mau diandalkan oleh tim Acep-Gita.

Nama populer memang dianggap lebih mudah memasarkan di waktu kampanye yang sempit. Namun, harus diakui bahwa jaringan PKB belum terlalu besar.

"Kalau yang terlihat di publik itu kan tokoh-tokoh homogen, yang kalangan pesantren. Harusnya banyak juga dari selain pesantren," kata Fuad.

"Lalu kan koalisinya hanya satu partai, beda dengan Dedi atau Syaikhu, miripnya dengan Jeje (PDIP). Tapi kan Jeje pernah berlaga di berbagai daerah, kalo Acep tidak. Lebih ke memiliki nama besar sebagai seorang kiai. Kita belum bisa menilai sebelum debat antar cagub-cawagub, dan kampanyenya," imbuhnya.

Jeje-Ronal

Sementara itu, Fuad juga memberikan pandangannya terhadap PDI Perjuangan yang mengawinkan Jeje Wiradinata dengan Ronal Surapradja. Fuad mengibaratkan PDI Perjuangan sebagai lone wolf, atau serigala yang menyendiri. Barisan ini sebetulnya punya basis yang kuat, tapi punya lawan barisan sangat besar.

Paslon nomor 02 itu mengusung tagline Jabar untuk Semua. Fuad melihat tim pemenangan Jeje-Ronal akan mencerminkan wajah keindonesiaan, alias tak berpatok pada tokoh daerah atau segmen tertentu.

Meski PDI Perjuangan tak gembar-gembor komposisi tim pemenangan, tapi Fuad melihat PDIP akan mengisi tokoh kunci pemenangan Pilgub Jabar dari tokoh nasional dan Jawa barat yang nasionalis, dan beberapa yang mewakili kelompok religius.

"Paslon 02 memiliki basis yang berbanding terbalik dengan paslon 01. Pasangan Acep-Gita memiliki tim pemenangan maupun pemilih loyalnya berasal dari kelompok yang homogen, yakni kalangan pesantren atau masyarakat yang religius. Sebagai partai dengan ceruk pemilih yang memiliki ideologi nasionalis, tim pemenangan 02 harus meluaskan basis di luar pemilih tradisionalnya. Salah satunya dengan menempatkan tokoh-tokoh sepuh dan muda religius untuk meraih pemilih," kata Fuad.

Keseriusan Jeje-Ronal, menurutnya harus direpresentasikan melalui supertim pemenangan yang setara dengan paslon lain, terutama Demul-Erwan yang diprediksi masih jadi tim terkuat. Harapannya, tim pemenangan Jeje-Ronal bisa melejitkan popularitas dan elektabilitas paslon.

Sebab, selain PDIP berjuang sendirian alias tak berkoalisi, mereka mengusung tokoh yang butuh eksposur lebih. Keduanya punya rekam jejak politik yang berbeda. Jeje bisa dibilang punya segudang pengalaman karena merintis jejak politik dari bawah, sementara Ronal adalah pendatang baru dan sebelumnya dicalonkan untuk Pilwalkot Bandung.

"Nama tokoh populer, seperti Rieke Dyah Pitaloka dapat menjadi daya tarik karena dia politisi yang relatif kritis dan pernah berkontestasi di pilgub. Jadi punya pengalaman yang memadai," ucap Fuad.

Syaikhu-Ilham

Dalam Pilgub Jabar 2024 ini, sejumlah hasil survei memprediksi paslon terkuat adalah Demul-Erwan. Tapi, mereka punya pesaing terkuat yakni Syaikhu-Ilham. Baik Demul ataupun Syaikhu, adalah dua tokoh veteran Pilgub Jabar periode sebelumnya.

Tim pemenangan paslon yang memiliki slogan Jabar Asih ini pun tak gembar-gembor komposisi tim pemenangannya. Hanya satu nama ditunjuk sebagai tokoh kunci ialah Ahmad Heryawan, Gubernur Jabar 2008-2018. Menurut Fuad strategi tim ini seharusnya cukup kuat untuk melawan koalisi raksasa paslon nomor 04.

"Pada Pilgub Jabar 2008 misalnya, Agum Gumelar-Nu'man Abdul Hakim punya tim pemenangan yang begitu wah. Ternyata bisa kalah oleh Pak Aher yang publik tidak mengira akan memenangkan Pilgub. Apakah itu akan kembali terjadi di Jabar? Tidak mustahil juga bagaimana strategi 2 bulan ini bisa dilakukan oleh PKS," tutur Fuad.

Ia mengatakan, pengalaman menunjukkan bahwa dalam tiga kali Pilgub Jabar, PKS meraih suara besar. Periode lalu, jagoan PKS memang kalah dari RK-Uu, tapi awalnya survei menunjukkan mereka hanya dapat suara di bawah 10 persen. Mesin politik PKS yang cepat panas dan relawan yang militan, membuatnya bisa mengejar ketertinggalan.

"Masih ada waktu 2 bulan ini kampanye untuk meraih dukungan publik. Apalagi PKS punya sejarah mesin politiknya mudah panas. Mereka yang antihegemoni juga bisa saja memilih PKS," ucap Fuad.

Tapi jangan lupa, Fuad mengatakan, tiap paslon menghadapi persoalan masing-masing. Langkah PKS mungkin tersendat setelah plin-plan soal Pilgub Jakarta dan ikut KIM Plus. Meski batu sandungan itu terjadi di Jakarta, hal ini tetap memungkinkan PKS kehilangan pemilih untuk Syaikhu-Ilham.

"Mereka tadinya opisisi, tapi setelah itu memutuskan berkoalisi. Citra antidinasti politik itu ditunjukkan PKS dengan sikap yang berbeda, yakni gabung KIM. PR PKS harus meyakinkan para pemilihnya yang kebanyakan rasional," ucap Fuad.

"Ada parpol yang pragmatis misalnya PDIP atau PKB, pemilihnya itu relatif fleksibel, lentur di politik. Maaf, pemilihnya bukan pemilih rasional, jadi mau PKB pragmatis atau gimana ya nggak masalah. PKS ini pemilihnya rasional yang melihat track record," imbuhnya.

Dedi Mulyadi-Erwan

Komposisi tim pemenangan pasangan yang diusung oleh sembilan partai ini, punya personel yang cukup banyak. Tim pemenangan itu terdiri dari dewan penasihat sebanyak delapan orang, dewan pengarah sebanyak 11 orang, dewan pakar sebanyak sembilan orang, dewan pertimbangan sebanyak sembilan rang, tim pemenangan sebanyak 251 orang, dan koordinator daerah sebanyak 214 orang.

Di dalamnya, ada pensiunan TNI dan Polri yang menjadi Ketua dan Wakil Ketua Barisan Gawe Rancage Jabar Istimewa. Beberapa artis, penyanyi, hingga komedian juga masuk dalam komposisi tim pemenangan Dedi Mulyadi-Erwan. Menurut Fuad, tim pemenangan paslon 04 memang punya kekuatan besar.

"Demul-Erwan yang disokong banyak partai itu punya kekuatan luar biasa dan mencerminkan mereka punya sumber daya dan logistik besar. Mereka punya kemampuan meraih suara besar karena tokoh nasional sampai lokal ada. Artis sampai tokoh-tokoh politik juga tak terhitung," kata Fuad.

Fuad mengibaratkan siapapun yang melawan tim pemenangan Dedi Mulyadi-Erwan, diibaratkan sebagai pertarungan 'David vs Goliath' atau Daud lawan Goliat. Dalam penggunaan modern, frasa ini menunjukkan suatu kontes lawan yang lebih kecil dan lebih lemah, menghadapi musuh yang jauh lebih besar dan lebih kuat.

Jika berhasil, maka berarti ada kemungkinan musuh lebih kecil bisa menang dengan cara yang tidak biasa atau mengejutkan. Nyatanya, frasa ini memang pernah terjadi di Pilgub Jabar periode-periode sebelumnya.

"Tim pemenangan ini tidak mudah ditaklukkan, tapi tidak juga menjadi harga mati ya. Dedi ini juga punya kekuatan karena dia sebagai politisi sudah investasi popularitas sejak lama. Jadi memang sangat kuat, ibaratnya David vs Goliath ya. Mungkin saja yang tidak dijagokan nanti malah menang," tutur Fuad.

"Jadi paslon 04 harus hati-hati pada paslon 03. Apalagi kalau selain popularitas dan ketokohan, juga di Jawa Barat ini penting unsur religiusitas dan pesan. Paslon 03 membawa pesan IPTEK dan imtaq yang lekat dengan istilah zaman baby boomers yang dipopulerkan BJ Habibie. Selain itu, tiap paslon juga pasti ada tim pemenangan yang tidak di-publish publik. Istilahnya operasi senyap," sambung dia.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Agenda Pilkada 2024

Peraturan KPU 2/2024 tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2024
2024
22 September 2024
Penetapan Pasangan Calon
25 September 2024- 23 November 2024
Pelaksanaan Kampanye
27 November 2024
Pelaksanaan Pemungutan Suara
27 November 2024 - 16 Desember 2024
Penghitungan Suara dan Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara

Hide Ads