Arfi Rafnialdi dan Yena Iskandar telah ditetapkan sebagai pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Bandung. Mereka membawa tagline khusus untuk mengikuti kontestasi yakni LIVE LOVE BDG. Apa maknanya?
Tagline LIVE LOVE BDG diusung Arfi-Yena sebagai upaya membuat Kota Bandung menjadi kota yang layak dihuni dan dicintai warganya. Tagline itu akronim dari liveable dan lovable.
Masalah kelaikan tempat tinggal di Bandung memang jadi sorotan utama Arfi. Karenanya, Arfi membawa visi untuk mewujudkan Kota Bandung yang nyaman, inklusif, maju dan berkelanjutan untuk mendukung kehidupan yang berkualitas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain kelaikan tempat tinggal, pria yang akrab disapa Kang Arfi itu juga memberi perhatian lebih terhadap kesenjangan ketersediaan rumah di Kota Bandung.
Menurutnya, hunian laik perlu memenuhi berbagai indikator, seperti akses sanitasi, ketahanan bangunan, kecukupan luas, ketersediaan saluran air. Kemudian sirkulasi udara memadai, dan terkena sinar matahari termasuk hal penting pada hunian yang laik.
"Bagi warga yang memenuhi kriteria, bisa menjadi penerima manfaat rehabilitasi sosial rutilahu untuk beroleh hunian laik. Terdapat langkah lain dengan cakupan lebih luas, yakni menata ulang kawasan untuk membantu warga beroleh hunian laik. Kepadatan penduduk merupakan salah satu tantangan untuk kota modern seperti Bandung," ucap Kang Arfi, Senin (23/9)2024).
Berdasarkan data dari Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPKP) Kota Bandung, terdapat 1.719 unit rumah yang terjangkau rehabilitas sosial rutilahu sepanjang 2024.
Dia juga mengungkapkan, masalah kelaikan tempat tinggal memilliki tantangan lain yakni backlog atau kesenjangan di antara jumlah rumah terbangun dengan angka kebutuhan masyarakat.
Menurutnya, mesti ada penambahan unit hunian pada infrastruktur yang sudah ada saat ini, seperti di kompleks rusunawa Rancacili.
"Bisa juga menghadirkan unit-unit hunian laik bagi warga di lokasi lain yang masih bisa dikembangkan. Pemerintah kota perlu membuka diri untuk berkolaborasi dengan sektor swasta, membangun hunian laik nan menarik yang mengusung konsep mixed-use building. Saat itu terwujud, saya yakin, investasi berdatangan yang kemudian memberi manfaat untuk membantu warga beroleh hunian lebih laik," tuturnya.
Masih berdasarkan data DKPP, Kota Bandung masih memerlukan 120 ribu unit rumah. Untuk memenuhi kebutuhan itu, Arfi berpandangan, pemenuhan hunian di Kota Bandung tidak memungkinkan dengan pembangunan rumah-rumah tapak atau landed house.
"Kota Bandung sudah sangat padat. Kalau pun ada yang menjual tanah, harganya tinggi. Hunian vertikal sebagai solusi untuk menanggulangi backlog merupakan keniscayaan di Kota Bandung," ucap Arfi.
Berkenaan dengan pembangunan secara umum, Kang Arfi mendengar persepsi masyarakat, belum merata di antara Kota Bandung di wilayah tengah-utara dengan selatan-timur.
"Pada dasarnya, memahami berbagi sisi dari Kota Bandung dari kacamata masyarakat. Dengan berinteraksi, kami (Arfi-Yena) mendengar langsung aspirasi dari warga," ungkapnya.
(bba/dir)