Elektabalitas Acep-Gita 2,24% di Survei, PKB: Insentif Kesemangatan

Jawa Barat

Kenali Kandidat

Elektabalitas Acep-Gita 2,24% di Survei, PKB: Insentif Kesemangatan

Bima Bagaskara - detikJabar
Sabtu, 14 Sep 2024 16:00 WIB
Pasangan bakal calon Gubernur Jawa Barat dan Wakil Gubernur Jawa Barat Acep Adang (kanan) bersama Gitalis Dwi Natarina (kedua kiri) memberikan keterangan kepada awak media sebelum menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (31/8/2024). Pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat Acep Adang - Gitalis Dwi Natarina dan Jeje Wiradinata - Ronal Surapradja menjalani pemeriksaan kesehatan gelombang kedua sebagai syarat untuk menjadi calon pada Pilgub Jawa Barat. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/wpa.
Acep Adang-Gita saat pemeriksaan kesehatan (Foto: ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI).
Bandung -

PKB merespon hasil survei Indikator Politik Indonesia terkait elektabilitas pasangan calon pada Pilgub Jawa Barat 2024. PKB menghormati hasil survei itu dan berterimakasih kepada Indikator Politik Indonesia.

Dalam survei yang dilakukan pada periode 2-8 September 2024 dan melibatkan basis 1.200 orang dari seluruh Provinsi Jabar, pasangan Dedi Mulyadi-Erwan Seriawan memiliki elektabilitas tertinggi dengan angka 77,81 persen.

Posisi berikutnya ada Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie dengan 10,98 persen dan Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwi Natarina serta Jeje Wiradinata-Ronald Surapradja dengan masing-masing 2,24 persen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wakil Ketua DPW PKB Jabar Oleh Soleh mengatakan, pihaknya menghormati hasil survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia. Oleh Soleh juga menyebut, tidak aneh jika pasangan Dedi-Erwan menempati urutan tertinggi soal elektabilitas.

"Iya tentunya PKB menghormati hasil survei itu. Tentu Dedi Mulyadi ini pasti sudah cukup dikenal karena pernah mencalonkan dulu, kemudian dia konsolidasi sudah puluhan tahun, sehingga tidak aneh bagi kami," ucap Oleh Soleh, Sabtu (14/9/2024).

ADVERTISEMENT

"Kalau misalkan dia (Dedi Mulyadi) tidak punya elektabilitas (tinggi), justru aneh," sambungnya.

Meski begitu, Oleh Soleh menyebut, dalam politik tidak ada yang pasti apalagi jika mengukurnya dengan hasil survei. Dia kemudian mencontohkan pertarungan di Pilgub Jakarta 2017 antara Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) vs Anies Baswedan. Saat itu kata Oleh, Ahok unggul dalam hal elektabilitas namun kalah saat pemilihan.

"Namun demikian politik tidak pasti, bagaimana yang terjadi di DKI ketika Ahok di atas 70 persen (elektabilitas), Anies tertinggi 20, faktanya (Ahok) kalah. Artinya bahwa tentang perkiraan asumsi siapa yang menang yang kalah ini masih belum pasti," tuturnya.

Justru sebaliknya, Oleh Soleh mengungkap, jika hasil survei Indikator Politik Indonesia justru memecut semangat PKB untuk melakukan sesuatu dan mengejar ketertinggalan pasangan Acep-Gita.

"Ini menjadi sebuah insentif kesemangatan, kemudian kita memformulasikan bagaimana mengejar ketertinggalannya di angka presentase itu. Justru terimakasih (atas survei itu), sehingga kami lebih tahu bagaimana mematangkan strategi," katanya.

"Justru semakin tahu dimana mereka dan dimana kita. Bukan malah takut, malah semangat," tutup Oleh Soleh.




(bba/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Agenda Pilkada 2024

Peraturan KPU 2/2024 tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2024
2024
22 September 2024
Penetapan Pasangan Calon
25 September 2024- 23 November 2024
Pelaksanaan Kampanye
27 November 2024
Pelaksanaan Pemungutan Suara
27 November 2024 - 16 Desember 2024
Penghitungan Suara dan Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara

Hide Ads