Bakal calon wakil gubernur Jawa Barat Ilham Habibie menanggapi santai hasil survei yang menempatkan elektabilitasnya di posisi kedua. Ilham mengatakan waktu sekitar dua bulan menjelang pemungutan suara Pilgub Jabar 2024, cukup baginya untuk mengejar ketertinggalan.
"Ini masih sangat dini, saya kira kalau kita bandingkan analisa saat ini dengan yang terlebih dahulu, saya terus terang belum membaca. Tapi saya sudah banyak dengar dari teman-teman, bahwa kita dinomorduakan memang, yang paling atas itu ada Dedi Mulyadi dan Erwan, kemudian kita nomor dua, setelah dua pasangan lain ya," kata Ilham usai menggelar diskusi dengan sejumlah alim ulama dan tokoh masyarakat Tasikmalaya, Kamis (12/9/2024) malam.
Ilham kembali menegaskan saat ini masih terlampau dini meneropong hasil Pilgub Jabar, karena calon belum ditetapkan dan masa kampanye pun belum dilakukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kira ini masih di awal sekali dari proses pilkada, karena kita memang masih harus melalui satu proses kampanye yang sekarang baru mulai, bahkan secara resmi belum dimulai," ungkap Ilham.
Dia mengatakan perubahan situasi politik dan elektabilitas kontestan pasti terjadi. Beberapa jam setelah pemungutan suara nanti, menurut Ilham semua akan mengetahui hasilnya.
"Perubahan itu pasti akan terjadi dan kita akan lihat nanti bagaimana dengan perkembangan elektabilitas itu dan juga nanti pada hari H, kalau kita sudah nyoblos, seberapa banyak perolehan suaranya," ujar Ilham.
Putra mantan Presiden RI BJ Habibie ini menyatakan optimisme bisa meraih kemenangan. Peluang untuk menggapai kemenangan masih terbuka.
"Selain dari itu saya kira yang kita bisa simpulkan dari itu (hasil survei) bahwa peluang untuk kita menang ada, pasti dong masih ada peluang," ucap Ilham.
Dia mengatakan akan memaksimalkan waktu sekitar dua bulan sebelum hari pemungutan suara untuk bisa menjadi pemenang Pilgub Jabar. "Ya harus begitu (maksimalkan waktu) untuk mengejar ketertinggalan," ungkapnya Ilham.
Terkait hasil diskusi dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama Kota Tasikmalaya, Ilham mengatakan keberadaan pesantren yang begitu banyak di Tasikmalaya adalah sebuah potensi besar. Selain lembaga pendidikan, pesantren juga menjadi bagian dari denyut ekonomi masyarakat.
Dia menekankan soal keseimbangan antara keimanan dan ketaqwaan (imtaq) dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
"Ya soal keseimbangan imtaq dan Iptek. Bayangan saya ke depan, di Tasik banyak pesantren. Ini institusi pendidikan sekaligus ekonomi. Kedua potensi ini perlu teknologi, baik kurikulum atau alat belajar. Ya intinya kita lakukan program pemberdayaan pesantren," kata Ilham.
Dia juga menambahkan soal komitmennya terkait masalah lapangan pekerjaan, baik menyediakan lapangan pekerjaan maupun memproteksi para pekerja agar tak kehilangan pekerjaannya.
"Program khusus saya, terkait lapangan pekerjaan, itu paling urgen di Jabar. Misalnya mencari solusi untuk industri tekstil kita, karena puluhan bahkan ratusan ribu orang terancam pekerjaannya. Itu bukan main-main," kata Ilham.
Menurut dia sudah saatnya pemerintah pusat melindungi industri tekstil dan kebutuhan sandang di Indonesia. Bahkan dia meminta agar pemerintah protes ke WTO agar impor pakaian dari luar negeri harganya tak menghancurkan pengusaha lokal.
"Ini karena kita terlalu permisif terhadap impor baju dari luar negeri, banyak yang ilegal, banyak juga yang menurut pelaku usaha tekstil kewajaran harganya sudah tidak bisa kita terima. Harus diprotes di WTO, itu kalau ada harga tidak wajar disebut dumping, dan itu sepertinya sudah terjadi," papar Ilham.
Meski bukan kewenangan pemerintah provinsi, Ilham mengatakan hal itu harus diperjuangkan karena banyak sekali warga Jabar yang menjadi bagian industri tekstil. "Jangan industri kita dan pekerjanya, menjadi korban. Proteksi produk lokal," kata Ilham.
(orb/orb)