Cari tempat nongkrong di Kota Bandung sekaligus mempelajari sejarah perjuangan masyarakat Palestina dalam merebut kemerdekaan dari Zionis Israel? Yuk ke Seven October Coffee saja. Lokasinya ada di Jalan Logam Nomor 39 Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung.
detikJabar berkesempatan berkunjung ke Seven October Coffee pada Minggu, 12 Oktober 2025. Tempatnya strategis dan memiliki parkiran luas untuk motor dan mobil. Ada area outdoor dan area indoor, buat kamu yang ingin nongkrong di area indoor jangan takut kepanasan karena rindang oleh pepohonan.
Menariknya kafe satu ini, memiliki banyak properti bertemakan Palestina, dari mulai peta, bendera, buku-buku tokoh dan perjuangan rakyat Palestina dalam merebut kemerdekaan, hingga mural yang menggambarkan perlawanan rakyat Palestina terhadap Zionis Israel demi melindungi Masjid Al-Aqsa.
Dalam kunjungan ini, detikJabar menemui Noni yang merupakan istri dari Owner Seven October Coffee. Suami Noni merupakan pria kelahiran Palestina yang kini sudah menjadi warga negara Indonesia. Namanya Haitham atau karib disapa Abu Jad.
"Seven October Coffee, soft opening 13 September, grand openingnya di tanggal 7 Oktober," kata Noni membuka perbincang dengan detikJabar.
"Tempat ada yang indoor dan outdoor. Indoor ada yang AC, terus juga di lantai dua itu ada meeting room untuk corporate, kalau misalkan orang-orang yang butuh tempat eksklusif, butuh infokus dan lain sebagainya juga ada. Tambahannya ada playground buat anak-anak," tambahnya.
Meski kafe ini bertemakan Palestina. Noni menyebut untuk menu makanan dan minuman umum seperti kafe lainnya dan cocok di lidah warga Indonesia khsusnya warga Bandung dan sekitarnya.
"Nah kebetulan kita ini rencananya jadi base campnya orang-orang Arab, tapi kita tidak fokus di makanan Arab sebetulnya karena memang target kita itu orang Indonesia. Walaupun mungkin ke depan kita akan prepare itu. Tapi memang untuk saat ini kita masih banyak menu Nusantara, Western dan Italy. Pokoknya makanan yang biasa dimakan sama orang Indonesia karena memang kelihatan juga ada beberapa yang tanya," ungkapnya.
"Tapi mungkin ini akan jadi PR kita ke depan. Kita sudah punya kayak Palestinian Dessert yaitu yang biasa dibikin sama ibu-ibu warga Palestina di rumah, jadi kalau ada orang Palestin ke sini namanya rusuh thalib. Itu artinya nasi yang dicampur sama susu, rasanya manis dan dingin dimakannya. Itu adalah makanan yang dibuat ibu-ibu Palestina kalau anaknya pulang sekolah dikasih itu. Kita cuma punya itu aja," tambahnya.
Asal-usul Nama Seven October Coffee
Noni pun menjelaskan alasannya memilih nama Seven October Coffee. "Kebetulan, karena owner ini orang Palestina asli. Jadi kita itu asalnya memang tidak mau terlalu banyak angkat tentang Palestina, cuma touch-touch saja. Tapi kebetulan bapak itu memiliki konsep lain yakni konsep edukasi," ujarnya.
Noni menuturkan edukasi yang dimaksud yakni meluruskan pandangan orang-orang yang selalu mengira jika Palestina itu identik dengan muslim, padahal tidak. "Kita ingin mengedukasi untuk semua orang, warga Indonesia terutama. Apapun agamanya, apapun rasnya, baik muslim, Buddha, Kristen dan lainnya, kita ingin mengundang semua agama tersebut untuk belajar tentang Palestina," tuturnya.
Begitupun terkait penamaan kafe ini, yang membawa nama Seven October Coffee. Peneamaan itu tidak terlepas dari sejarah perlawanan rakyat Palestina terhadap Zionis Israel.
"Jadi dengan banyaknya propaganda-propaganda yang ada tentang 7 Oktober, banyak propaganda dari Zionis bilang bahwa 7 Oktober itu pihak dari Palestina yang menyerang duluan, Itu yang selalu dijadikan propaganda utama dari Israel. Nah namun karena mungkin kurang literasi dan tidak tahu tentang Palestina mereka selalu percaya dan ditelan mentah-mentah begitu, padahal penjajahan itu sudah terjadi semenjak 77 tahun yang lalu di tahun 1948," jelasnya.
Menurut Noni, sejak 77 tahun yang lalu Zionis Israel terus menyerang Palestina hingga hari ini yang tak kunjung merdeka. Noni juga menerangkan, mengapa pada 7 Oktober tahun 2023 lalu sayap miiter Palestina melakukan serangan, hal itu dilakukan demi membangunkan dunia.
"Nah 7 Oktober tersebut, orang Palestina itu kenapa menyerang duluan? Jadi mereka itu menyerang duluan itu untuk membangunkan dunia sebenarnya. Bahwa mereka ngasih tahu bahwa mereka masih dijajah dan penjajahan itu kan tidak sesuai Undang-undang kita, penjajahan memang harus dihapuskan, di seluruh dunia, di bagian manapun," terangnya.
"Mereka itu tidak mendapatkan kehidupan yang layak, entah itu makanan, entah itu supply dari luar, tidak punya bandara sendiri, mereka tidak bisa hidup dengan tenang, karena kembali lagi, disclaimer-nya adalah Yahudi yang baik itu banyak contohnya kalau misalkan lihat di USA sana Itu banyak sekali Yahudi yang pro sama Palestina. Tapi yang salah dan yang jahat adalah pemikiran zionis," tambahnya.
Noni menyebut kehadiran kafe yang dibangun bersama suaminya itu sebagai bentuk dukungan perlawanan Palestina terhadap Zionis Israel.
"Tentunya memang itu goal kami semua. Sebenernya kalau misalkan mau detail, mereka klaim itu sebagai tanah suci mereka. Tapi memang di ideologi orang Palestina itu penjajahan tidak boleh ada," ujarnya.
Tak Hanya Muslim, Umat Krstiani Juga Jadi Sasaran Zionis Israel
Noni tegaskan, kehadiran Seven October Coffee bisa dijadikan sebagai tempat berkumpul semua ras, agama dan lainnya dalam mempeljari sejarah Palestina. "Alhamdulillah beberapa hari ini sudah ada teman-teman kita dari Kristiani. Mereka datang benar-benar untuk nanya gimana sebenarnya sih? Saya takut salah, kenapa? Karena mungkin kalau di barat sana mereka sudah march dan itu mereka lakukan setiap hari seperti di USA gitu. Apalagi kayak di Jerman mereka sampe gontok-gontokan sama polisi ya. Mereka sudah lakukan itu setiap hari. Nah mereka ini yang di Indonesia mungkin sebagian karena belum tahu, belum ngerti gimana alurnya jadi mereka nanya ke sini, emang benar pengen belajar harena humanity mereka tergerak," ujarnya.
Menurut Noni, banyak pengunjungnya yang mau boikot takut salah dan juga mendukung takut salah, atas alasan itu banyak pengunjung yang datang untuk mendapatkan edukasi itu. "Nah sampai kemarin tuh ada satu teman kita orang Kristen, juga saudara kita, dia itu datang dan dia baru tahu bahwa di Palestina itu ada orang Kristen, mereka gak tahu sebelumnya. Mereka tahunya oh kalau Palestine itu orang-orang Islam, negara Arab, negara Islam," tuturnya.
Padahal menurut Noni, seperti penyerangan Rumah Sakit Al-Ma'madani yang merupakan rumah sakit Kristen, turut dihancurkan oleh Zionis Israel. "Ada yang viral juga waktu itu di Palestina namanya Rumah Sakit Al-Ma'madani, itu rumah sakit kristen dan dia belakangnya itu gereja. Itu dihancurin sama Zionis, 500 orang meninggal dalam satu waktu dan mereka itu campur muslim sama kristen," pungkasnya.
(wip/sud)