Makna dan Filosofi Makan Pakai Tangan, Tradisi yang Sarat Nilai Spiritual

Andi Annisa Dwi R - detikJabar
Senin, 13 Okt 2025 06:00 WIB
Ilustrasi makan pakai tangan. Foto: Site News
Jakarta -

Makan dengan tangan sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia. Bagi banyak orang, kebiasaan ini bukan sekadar cara tradisional, melainkan aktivitas yang sarat makna dan nilai filosofis.

Hingga kini, masyarakat di berbagai daerah masih melestarikan kebiasaan makan pakai tangan. Mereka meyakini makanan yang disuapkan langsung terasa lebih nikmat dan memuaskan dibanding menggunakan sendok atau garpu.

Jejak Sejarah Muluk dalam Budaya Jawa

Wira Hardiyansyah, chef sekaligus pakar gastronomi Indonesia, menjelaskan kepada detikFood (30/9) bahwa dalam budaya Jawa, cara makan dengan tangan dikenal dengan istilah muluk atau puluk. Istilah ini merujuk pada cara makan tanpa perantara alat makan, melainkan langsung menggunakan tangan.

"Makan dianggap memiliki kaitan dengan nilai-nilai spiritual dan lahiriah. Makanya sebelum makan, kita disarankan cuci tangan lebih dulu. Ini sama seperti kita beribadah yaitu menyucikan dengan air," ujar Wira.

Dalam praktik muluk, lima jari tangan berperan penting. Kelimanya bergerak sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi untuk menyuapkan makanan. Namun, kebiasaan ini umumnya hanya diterapkan pada makanan tanpa kuah, biasanya ditemani sambal.

Filosofi di Balik Muluk

Konsep muluk menekankan dua nilai utama. Pertama, mengambil makanan secukupnya. Kedua, menghargai setiap makanan yang sudah diambil.
"Muluk memiliki dua nilai filosofis, yaitu mengambil makanan secukupnya dan menghargai apa yang sudah diangkat ke atas sebagai suatu bentuk ucapan syukur," jelas Wira.

Posisi tangan yang menengadah saat menyuapkan makanan juga dianggap sebagai simbol rasa syukur. Dengan begitu, setiap suap memiliki makna spiritual tersendiri.

Keterhubungan dengan Ajaran Ayurveda

Menariknya, tradisi makan dengan tangan juga ditemukan dalam kitab Ayurveda, kitab pengobatan tertua dari India. Ajaran ini meyakini tubuh manusia selaras dengan lima elemen alam, dan setiap jari tangan mewakili salah satu elemen tersebut.

Wira memaparkan, jempol sebagai perpanjangan ruang, telunjuk sebagai perpanjangan udara, jari tengah sebagai perpanjangan api, jari manis sebagai perpanjangan air, dan kelingking sebagai perpanjangan bumi. Dengan demikian, makan menggunakan tangan dianggap menyatukan seluruh elemen alam. Aktivitas ini sekaligus mengasah kesadaran penuh terhadap tekstur, rasa, aroma, dan suhu makanan.

"Dengan itu, kita menciptakan hubungan fisik dan spiritual dengan makanan. Kekayaan budaya Indonesia tak hanya terbatas pada tradisi, tarian, alat musik, maupun upacara adatnya, tapi juga berupa kebiasaan makan dengan tangan," tutup Wira.

Artikel ini telah tayang di detikFood.




(adr/sud)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork