Mi Instan yang Beda dari Tukang Soto 'Gila'

Mi Instan yang Beda dari Tukang Soto 'Gila'

Nur Khansa Ranawati - detikJabar
Minggu, 02 Feb 2025 08:00 WIB
Soto ayam Mas Jaw.
Menu mi instan soto ala Mas Jaw. (Foto: Nur Khansa Ranawati/detikJabar)
Bandung -

Mi instan jadi salah satu makanan 'sejuta umat' yang disukai berbagai kalangan. Kegemaran masyarakat terhadap mi instan ini membuat beragam kreasi olahannya bermunculan. Mulai dari diberi topping keju, dijadikan martabak, digulung dengan sosis, dan banyak lagi.

Namun pernahkah Anda terpikir memasak mi instan dengan bumbu dan kuah soto? Selayaknya nasi, mi instan ini dibanjur kuah gurih soto yang ditaburi koya dan dilengkapi irisan daging ayam.

Kuliner unik tersebut sudah lama dijajakan Sukti di Jalan Burangrang, Kota Bandung. Gerobak dan tenda warung milik Sukti telah menjadi bagian dari keramaian kawasan tersebut selama tiga dekade.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Siang itu, Jumat (31/1/2025) warung tenda miliknya cukup sepi. detikJabar berkesempatan mencicipi mi kuah soto andalannya, yang konon merupakan favorit para siswa SMA Badan Perguruan Indonesia (BPI). Pasalnya, warung Sukti terletak persis berseberangan dengan pintu masuk sekolah tersebut.

Dengan cekatan, ia membuka bungkus mie instan rasa ayam bawang dan menaruhnya ke dalam kuali berisikan kuah soto. Setelah masak, mi diangkat dan diberi kuah, ditaburi koya serta irisan daging ayam. Bila ingin, pelanggan juga bisa memesan nasi tambahan sebagai pelengkap.

ADVERTISEMENT
Soto ayam Mas Jaw.Soto ayam Mas Jaw. (Foto: Nur Khansa Ranawati/detikJabar)

Ketika disantap, rasa khas bumbu mi instan terasa padu dengan bumbu soto yang disajikan. Kuahnya cukup kental, gurih dan sedap. Selain mi instan kuah, terdapat juga pilihan mie goreng yang dicampurkan dengan koya dan daging ayam, plus sedikit kuah sesuai selera.

"Soto pakai mi itu awalnya dari anak-anak (SMA BPI) yang suka bawa mi sendiri ke sini, mereka rebus sendiri dicampur pakai soto," ungkap Sukti yang juga akrab disapa 'Mas Jaw'.

Kebiasaan tersebut, ia mengatakan, sudah berlangsung dari sekitar tahun 2000-an. Akhirnya, Sukti memutuskan membuat khusus menu mi instan yang disajikan seperti layaknya soto. Menu tersebut laris manis.

"Dulu sehari bisa habis sampai tiga dus mi," kenangnya.

Soto ayam Mas Jaw.Soto ayam Mas Jaw. (Foto: Nur Khansa Ranawati/detikJabar)

Ia juga bisa menyajikan hingga 50 mangkok soto mi dalam satu sesi makan, biasanya di jam istirahat sekolah.

Namun, kondisi perlahan berubah ketika pandemi Covid-19 menyerang. Sekolah yang diliburkan dan kegiatan masyrakat yang dibatasi membuat dagangannya sepi.

Meski aktivitas kini kembali normal, dagangan Sukti sayangnya belum beranjak dari sepi. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh tradisi nongkrong di warung Mas Jay yang berangsur hilang. Sehingga, siswa sekolah tersebut saat ini mungkin tak lagi familiar dengan warungnya.

"Dulu kan anak kelas 3 bawa anak kelas 1 ke sini, berlanjut lagi ke angkawan bawahnya. Setelah pandemi udah enggak begitu lagi," jelasnya.

Sekarang, Sukti rata-rata hanya menghabiskan 15 bungkus mi instan. Selain soto, pria asli Madura tersebut juga menjual sate ayam bumbu kacang dan bumbu pedas, serta aneka minuman.

Soto ayam Mas Jaw.Mas Jaw. (Foto: Nur Khansa Ranawati/detikJabar)

Satu-satunya di Bandung

Sukti berani mengklaim bahwa soto mi instannya hanya satu-satunya di Kota Bandung. Pasalnya, rekan-rekan sesama tukang soto yang dikenalnya pun merasa tak yakin dengan idenya.

"Saya dibilang tukang soto gila sama teman, karena aneh pakai mi," ungkapnya seraya tertawa.

Dia mengatakan bahwa banyak pedagang soto yang tahu menu mi instan tersebut, namun tak tertarik untuk coba berjualan hal serupa. "Enggak ada, cuma saya yang bikin pakai mi," ujarnya.

Dia juga mengaku sudah tidak asing dengan wajah pelanggan baru yang keheranan begitu hendak memesan soto. Sukti mengatakan bahwa alumni SMA BPI banyak yang masih suka mampir untuk membeli soto mi instannya. Meski tak seramai dulu, rasa syukur masih terus meliputi Sukti karena dagangannya telah berhasil menghidupi selama 30 tahun.

"Alhamdulillah sudah enggak ngontrak lagi," katanya.

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads