Pesona Musim Durian Bukit Sagara, dari Kebun hingga Meja Makan

Kabupaten Sukabumi

Pesona Musim Durian Bukit Sagara, dari Kebun hingga Meja Makan

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Minggu, 26 Jan 2025 11:00 WIB
Musim panen durian di Bukit Sagara Sukabumi.
Musim panen durian di Bukit Sagara Sukabumi. Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar
Sukabumi -

Suasana pagi terasa segar di Desa Sukamaju, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi. Udara bercampur aroma khas durian yang menguar dari kebun-kebun di lereng Bukit Durian Sagara.

Di kejauhan, panorama Teluk Palabuhanratu menjadi latar sempurna untuk para pengunjung yang berburu pengalaman menikmati durian langsung dari sumbernya. Terakhir detikJabar menjejak lokasi ini adalah sekitar tiga tahun yang lalui, masih seperti dahulu, Bukit Durian Sagara bukan sekadar kebun durian biasa. Tempat ini menyuguhkan perpaduan antara cita rasa durian unggulan dan keindahan alam.

Karina Larasati (27), putri pemilik Bukit Durian Sagara, menyambut dengan senyum ramah, ia kemudian menceritakan bagaimana menikmati pengalaman panen durian, cerita yang selalu memikat para pengunjung yang datang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di sini, pengunjung tidak hanya makan durian, tapi juga belajar langsung dari pohonnya," ujar Karina mengawali ceritanya kepada detikJabar, Kamis (23/1/2025).

Karina berkisah soal perbedaan akses jalan menuju Bukit Sagara yang kini sudah lebih baik dibandingkan tiga tahun lalu. Kala itu, kepada detikJabar Karina mengeluhkan soal buruknya akses infrastruktur menuju lokasi Bukit Durian Sagara.

ADVERTISEMENT

"Alhamdulillah, jalannya sudah diaspal, meski sekarang perlu perbaikan lagi karena hujan terus-menerus," jelas Karina. Kendati begitu, perjalanan menuju bukit ini tetap menjadi bagian dari petualangan yang dinikmati banyak pengunjung.

Musim panen durian di Bukit Sagara berlangsung dari Januari hingga Februari. Selama periode ini, kebun dipenuhi wisatawan, baik lokal maupun dari luar provinsi. "Kalau musim panen, kunjungan bisa meningkat dua kali lipat. Banyak yang datang jauh-jauh hanya untuk mencicipi durian langsung dari pohonnya," tambah Karina.

Bukit Durian Sagara dikenal dengan durian unggulan seperti D24 alias "Si Sultan," serta Musang King dan Blackthorn. Durian-durian ini adalah varietas asal Malaysia yang ditanam dengan metode khusus di tanah Indonesia.

"Harganya memang premium, mulai dari Rp200 ribu per kilogram untuk D24 dan Rp300 ribu untuk Musang King atau Blackthorn, tapi kualitasnya sebanding," kata Karina.

Musim panen durian di Bukit Sagara Sukabumi.Musim panen durian di Bukit Sagara Sukabumi. Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Salah satu keunggulan durian Bukit Sagara adalah proses panennya. Karina menjelaskan bahwa durian hanya dipetik saat sudah matang di pohon.

"Ini membuat rasanya lebih manis dan aromanya lebih kuat. Pengunjung bisa langsung melihat prosesnya dan mencicipi durian jatuhan yang baru dipetik," jelasnya.

Selain durian, daya tarik Bukit Sagara adalah restoran dan area wisata alamnya. Dari puncak bukit, pengunjung bisa menikmati pemandangan perbukitan hijau yang bertemu dengan birunya laut.

"Kami sengaja menata lokasi ini agar orang tidak hanya datang saat musim panen. Setiap hari, mereka tetap bisa menikmati suasana dan kuliner khas kami," jelas Karina.

Saat musim durian berlalu, pengunjung disebut Kirana tidak usah khawatir, ada berbagai menu yang juga berbahan durian siap menyambut. Di restoran yang berada di puncak bukit, pengunjung bisa menikmati berbagai olahan durian, seperti pancake durian, es krim, hingga jus durian segar. "Kami juga punya menu lokal seperti nasi liwet dan ikan bakar, jadi pengunjung punya banyak pilihan," tambah Karina.

Suasana di Bukit Sagara semakin semarak menjelang sore. Beragam tanaman, kursi-kursi berjajar rapi di area terbuka menjadi tempat favorit pengunjung untuk bersantai sambil menunggu matahari terbenam.

Karina mengungkapkan bahwa Bukit Durian Sagara bukan hanya tentang bisnis, tetapi juga cara melestarikan budaya bertani durian yang sudah turun-temurun. "Ayah saya memulai kebun ini dari nol. Sekarang, kami ingin menjadikannya tempat edukasi sekaligus rekreasi," jelasnya dengan nada bangga.

Namun, di balik keberhasilan itu, ada tantangan besar yang dihadapi, seperti cuaca ekstrem dan hama. "Kadang panen tidak maksimal karena cuaca tidak menentu. Tapi kami terus berinovasi agar kualitas tetap terjaga," tambah Karina.

Karina juga mengajak masyarakat Indonesia untuk memanfaatkan musim panen ini dengan datang langsung ke Bukit Sagara. "Di sini, pengunjung bisa mencicipi durian terbaik tanpa perlu impor. Selain lebih murah, mereka juga dapat pengalaman yang tak bisa didapatkan di tempat lain," katanya.

Dengan tiket masuk hanya Rp 5.000 per orang, Bukit Durian Sagara menawarkan pengalaman yang tak sebanding dengan biayanya. Area parkir luas, musala, dan fasilitas lainnya semakin memanjakan pengunjung.

Saat malam tiba, lampu-lampu temaram mulai menyala, menciptakan suasana magis di tengah kebun durian. Pengunjung yang memilih menginap di homestay sekitar bukit dapat menikmati keindahan langit malam Cikakak yang bertabur bintang.

Musim durian di Bukit Sagara bukan sekadar tentang rasa, tetapi juga cerita. Cerita tentang kerja keras petani, keindahan alam, dan bagaimana durian bisa menyatukan orang-orang dari berbagai penjuru.

"Saya percaya, setiap durian yang tumbuh di sini membawa cerita tersendiri," kata Karina sambil menatap kebun durian yang membentang di depannya. Bagi mereka yang ingin merasakan kisah itu, Bukit Sagara selalu siap menyambut.

Sementara itu salah seorang pengunjung , Calista (34), mengungkap pengalaman menikmati durian di Bukit Sagara adalah sebuah perjalanan rasa yang tak terlupakan.

"Rasanya beda banget kalau makan di kebunnya langsung. Suasananya mendukung, ditambah lagi pemandangannya luar biasa," ujarnya sambil menikmati potongan durian D24.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads