Hikayat Kopi Ekselsa Sumedang Berumur 130 Tahun, Kini Tersisa 5 Pohon

Hikayat Kopi Ekselsa Sumedang Berumur 130 Tahun, Kini Tersisa 5 Pohon

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Sabtu, 25 Mei 2024 07:00 WIB
Pohon kopi ekselsa tua di dalam area SMK PPN Tanjungsari, Sumedang yang diukur diameter dan lingkar batangnya oleh sejumlah pengajar di sekolah tersebut, Rabu (22/5/2024)
Pohon kopi ekselsa tua di dalam area SMK PPN Tanjungsari, Sumedang yang diukur diameter dan lingkar batangnya oleh sejumlah pengajar di sekolah tersebut, Rabu (22/5/2024) (Foto: Dian Nugraha Ramdani/detikJabar)
Sumedang -

Kopi ekselsa dari Kabupaten Sumedang, khususnya dari Sukawangi, Kecamatan Pamulihan menjadi tenar setelah dibawa ke kancah seduhan kopi dunia.

Sebanyak 10 persen kopi ekselsa Sukawangi mewarnai campuran kopi yang disajikan Ryan Wibawa, barista dari Indonesia kepada para juri pada ajang World Brewers Cup Championship 2024, di Chicago. Ryan menjadi juara ketiga.

Kopi ekselsa sendiri selain di Sukawangi, dapat ditemukan pula di daerah lain di Sumedang. Meski, jumlahnya tidak semasif perkebunan kopi arabika. Jumlah yang sedikit ini memungkinkan kopi ekselsa hanya digunakan sebagai "seni", bukan untuk industri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Kecamatan Tanjungsari, ada pohon kopi ekselsa yang diduga telah berumur lebih dari 130 tahun. Tanaman kopi ini terdapat di dalam area SMK Pertanian Pembangunan Negeri (PPN) Tanjungsari, Sumedang.

Pohon kopi ini jumlahnya tinggal lima. Sebelumnya ada tujuh. Namun, pada tahun 2020 dua pohon ditebang. Pohon kopi ekselsa ini tingginya rata-rata 4-6 meter. Batangnya besar dengan ukuran lingkaran antara 80 centimeter-1,3 meter dan diameter batang antara 24-43 centimeter.

ADVERTISEMENT
Pohon kopi ekselsa tua di dalam area SMK PPN Tanjungsari, Sumedang yang diukur diameter dan lingkar batangnya oleh sejumlah pengajar di sekolah tersebut, Rabu (22/5/2024)Pohon kopi ekselsa tua di dalam area SMK PPN Tanjungsari, Sumedang yang diukur diameter dan lingkar batangnya oleh sejumlah pengajar di sekolah tersebut, Rabu (22/5/2024) Foto: Dian Nugraha Ramdani/detikJabar

Daunnya lebar, melebihi lebar telapak tangan orang dewasa. Dalam sisi besarnya, daun ini mirip dengan daun kopi liberika. Namun, jika liberika ujungnya bundar, daun kopi ekselsa lebih meruncing.

Meski tua, kelima pohon kopi ini masih produktif. Buahnya juga masih diolah sebagai bahan ajar pengolahan kopi bagi siswa-siswa di SMK ini.

"Paling tidak dari 5 pohon itu dihasilkan 10 kilogram ceri kopi (buah kopi matang) setiap musim panen," kata Wasis Maryanto, Pengajar di SMK PPN Tanjungsari, kepada detikJabar, Rabu (22/5/2024).

Berumur 130 Tahun

Wasis Maryanto pernah berbincang dengan alumni SMK PPN Tanjungsari, Sumedang tahun 1960-an. Kesaksian alumni tersebut menyebutkan pohon kopi ekselsa sudah ada di sekolah itu dan kondisinya sudah besar ketika dia bersekolah.

Lahan yang ada kopi ekselsanya tersebut adalah milik Pangeran Aria Soeria Atmadja, Bupati Sumedang periode 1883-1919 yang dihibahkan untuk sekolah pertanian pada 1914.

"Kami menghitungnya begini, waktu pemberian lahan itu 1914. Sampai sekarang tahun 2024 berarti sudah 110 tahun. Jika sebelum waktu tersebut pohon kopi ekselsa ini sudah ada, kami kira-kira melebihkan hitungannya 20 tahun ke belakang dari masa tersebut, jadi umurnya sekitar 130 tahun," kata Wasis.

Situs Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Bandung menjelaskan, pada tahun 1905, seorang botanis August Chevalier, menemukan jenis kopi tersebut tumbuh di sekitar aliran Sungai Chari, tidak jauh dari Danau Chad di Afrika Barat.

Wasis mengatakan, ekselsa termasuk tanaman kopi yang kuat karena batangnya besar dan kokoh juga tahan terhadap hama dan penyakit tanaman.

Diketahui, kopi Java atau kopi arabika yang ditanam di Jawa oleh VOC hancur akibat jamur yang menyerang pohon-pohon kopi itu. Penyakitnya adalah karat daun (Hemileia vastatrix). Cendawan yang menyerang daun kopi sejak abad ke-19 itu hingga kini masih ada. Namun, tanaman kopi ekselsa cenderung lebih kuat terhadapnya.

Pohon kopi ekselsa tua di dalam area SMK PPN Tanjungsari, Sumedang yang diukur diameter dan lingkar batangnya oleh sejumlah pengajar di sekolah tersebut, Rabu (22/5/2024)Pohon kopi ekselsa tua di dalam area SMK PPN Tanjungsari, Sumedang yang diukur diameter dan lingkar batangnya oleh sejumlah pengajar di sekolah tersebut, Rabu (22/5/2024) Foto: Dian Nugraha Ramdani/detikJabar

Ekselsa cocok ditanam pada ketinggian 0-750 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dikutip dari situs Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Bandung, dari satu hektare perkebunan kopi ekselsa dihasilkan 1,2 ton ceri kopi.

"Yang membuatnya kuat di antaranya adalah perakaran yang dalam, dan lebih tahan terhadap segala kondisi. Kecuali itu, kandungan kafein yang cukup tinggi, meski di bawah robusta, juga menyebabkannya anti-karat daun," katanya.

Melihat masa depan ekselsa yang cerah setelah ada yang membawanya ke kancah dunia, Wasis mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan buah-buah kopi dari pohon tua itu dijadikan benih kembali untuk menjaga agar jenis pohon tersebut tetap ada di SMK PPN Tanjungsari, sehingga bisa menjadi bahan studi lebih jauh.

(yum/yum)


Hide Ads