Warga Dusun Yudomulyo, Desa Ringintelu, Bangorejo, Banyuwangi protes jalan rusak. Caranya, mereka menanam pohon pisang di sepanjang jalan yang rusak.
Aksi menanam pohon pisang ini dilakukan di jalan yang rusak sepanjang 10 kilometer. Mereka melakukan protes itu sejak sepekan ini.
Bukan hanya satu batang pohon, dalam satu lubang bahkan muat untuk ditanam dua hingga tiga batang pohon. Meski pohon-pohon tersebut tidak diharapkan untuk tumbuh subur di jalanan yang merupakan akses utama antar desa, warga berharap aksi tersebut mendapatkan perhatian dari pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu pengguna jalan Akbar mengungkapkan jalan tersbeut rusak sudah sejak 5 tahun ini. Karena hal itu, pengendara kerap mengalami kecelakaan akibat banyaknya jalan berlubang besar.
"Sudah lama sekali itu, ada kalau 5 tahun itu. Sejak waktu masih Bupati Anas," kata Akbar, Kamis (27/2/2025).
Ia pun heran, lantaran jalan rusak tersebut juga menjadi akses menuju kantor Kecamatan Bangorejo, namun, tak ada perhatian dari pemerintah kecamatan ataupun desa untuk mengajukan perbaikan.
Lebih-lebih, banyak pelajar yang bersekolah di SMPN Sembon dan satu sekolah PGRI di kecamatan tersebut yang mengakses jalan yang rusak itu.
"Belum ada perhatian dari pemerintah, padahal banyak anak sekolah ada SMP negeri Sembon dan sekolah PGRI juga yang lewat jalan itu," tambahnya.
Saat malam hari, potensi kecelakaan akibat jalan rusak tersebut semakin tinggi, lantaran tidak ada penerangan jalan, sehingga lubang tidak terlihat jelas oleh pengguna jalan.
"Tidak ada penerangan, gelap di situ. Pasti tidak bisa lihat lubang dan rawan kecelakaan," tegas Akbar.
Sementara salah seorang warga Desa Ringintelu Sumarmi mengaku setuju dengan penanaman pohon pisang tersebut, menurutnya itu bisa jadi tanda kalau ada lubang.
"Gak papa, ditanami jadi tahu kalau ada lubang," jelasnya.
Ia mengaku pernah hampir jatuh saat melintasi jalan tersebut, terjadi sekitar 2 bulan lalu saat mengantar anaknya ke sekolah.
Ia berharap segera ada perbaikan jalan, karena jalan tersebut juga menjadi akses bagi sejumlah warga dari desa lainnya.
"Pernah mau jatuh, padahal tidak ngebut. Memang lubangnya itu banyak jadi susah menghindar waktu itu. Anak saya untungnya gak papa," tandas Marmi.
(abq/iwd)