Tren anyar tengah ramai di media sosial, yakni makan tahu goreng dalam keadaan panas. Tren ini berawal dari influencer asal China, kemudian diikuti sejumlah masyarakat Indonesia.
Mengutip dari detikEdu, dalam beberapa video, mereka yang mengikuti tren ini memakan tahu yang baru diangkat dari penggorengan. Sebelumnya mereka taburi terlebih dahulu dengan bubuk cabai.
Pakar sekaligus dosen Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Dede Nasrullah angkat bicara. Menurutnya, suhu panas saat mengkonsumsi tahu dengan cara demikian dapat memicu risiko berbahaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inflamasi Tenggorokan
Dede mengatakan mengonsumsi makanan panas dapat memicu inflamasi pada saluran pencernaan atas seperti rongga mulut atau kerongkongan. Jika inflamasi ini dibiarkan, maka bisa menyebabkan kanker tenggorokan.
"Inflamasi ini yang akan memicu terjadinya kanker kerongkongan," katanya, dikutip dari laman UM Surabaya, Jumat (22/12/2023).
Selain itu, tenggorokan adalah organ penghubung antara mulut dan perut. Sehingga, tahu panas yang dilahap bisa menyebabkan luka pada tenggorokan, sehingga proses pencernaan akan terganggu.
Iritasi Lambung
Tak hanya tahu, semua makanan yang dikonsumsi saat suhunya masih panas dapat menyebabkan peradangan pada perut. Khususnya pada dinding lambung, Dede menyebut makanan panas dapat meningkatkan produksi asam HCl dan bisa mengiritasi dinding lambung.
"Makanan panas juga bisa menyebabkan peradangan dan nyeri di perut," imbuhnya.
Efek tersebut akan membuat seseorang merasa kembung dan begah. Risiko parahnya adalah lambung akan lebih rentan terkena kanker lambung.
Lidah Mati Rasa
Risiko dari mengonsumsi tahu panas ini bisa juga terjadi pada gigi. Makanan panas bisa menyebabkan email gigi terkikis. Email gigi adalah lapisan terluar gigi yang fungsinya untuk melindungi gigi.
"Terakhir, lidah bisa melepuh dan mati rasa, lidah sebagai organ tubuh pertama yang merasakan panasnya makanan ataupun minuman sehingga menyebabkan lidah akan mati rasa dan pecah- pecah saat mengkonsumsi makanan panas," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di detikEdu dengan judul Soal Tren Makan Tahu Panas, Pakar UM Surabaya Ungkap Risikonya bagi Kesehatan.
(sud/sud)