Fitri Assiddikki (28) wanita asal Kota Sukabumi nekat banting setir menjadi pedagang daging iga bakar. Tentu itu bukan hal yang mudah. Dia keluar dari zona nyaman dan memilih untuk merintis usaha dari nol.
Kepada detikJabar, dia menceritakan perjalanannya memulai usaha Iga Bakar Sukabumi, usaha yang baru dimulainya itu. Fitri merupakan lulusan sarjana Universitas Jayabaya Fakultas Komunikasi. Saat ini, ia pun sedang kuliah pasca sarjana di universitas yang sama.
Keinginannya membuka usaha berawal dari hobinya mencicipi berbagai macam masakan. Iga bakar pun menjadi salah satu makanan kesukaannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awal mulanya karena saya dari sebelumnya dari saya kecil emang suka makan, waktu beranjak dewasa sering kuliner di Indonesia dimana pun di luar negeri juga. Kebetulan saya itu tertarik kuliner mencicipi hidangan iga ada di iga Bandung salah satunya yang terkenal," kata Fitri kepada detikJabar beberapa waktu lalu.
Dari ketertarikannya itu, Fitri mulai mengulik-ulik resep iga bakar sendiri. Dia melakukan sejumlah riset agar iga bakar yang disajikannya memiliki ciri khas. Penggunaan rempah-rempah seperti cengkeh, kapulaga, pala dan lain-lainnya digunakan agar daging iga bakar yang dijualnya memiliki cita rasa yang sesuai dengan keinginannya.
"Akhirnya saya mengulik-ulik resep sampai menjadi yang sekarang. Tentunya pasti ada kesulitan di awal tapi setelah berjalan ini sudah mau satu bulan, sudah mulai terbiasa karyawan di sini untuk mengolahnya. Kebetulan ada teknik yang kita pakai biar bisa jadi empuk, karena tricky (sulit) nya di situ kan," ujarnya.
Perjalanan Fitri untuk membuka usaha ini sudah dipersiapkan selama satu tahun lalu. Hingga akhirnya pada 11 November 2023, ia secara resmi membuka rumah makan Iga Bakar Sukabumi dengan menu favoritnya iga bakar jumbo.
Sebelum memutuskan untuk menjadi pengusaha berdagang makanan iga bakar, Fitri pernah bekerja di Production House selama dua tahun. Bahkan ia sempat menjadi tenaga ahli DPR RI di Jakarta.
"Sebelumnya saya pernah kerja di production house, PH Layar Production, selain itu saya pernah menjadi tenaga ahli di DPR. Akhirnya banting setir jadi pengusaha, insyaallah masih fokus di satu ini karena kita pengen mantepin dulu terus punya loyal customer, baru mungkin ditambah di beberapa kota lain," jelasnya.
Alasannya menjadi pengusaha lantaran ia ingin memajukan Kota Sukabumi, tempat kelahirannya. Menurutnya, makanan yang menjadi ciri khas Sukabumi masih minim dan hanya berfokus pada cemilan mochi saja.
"Jadi kan emang di Sukabumi ini masyarakatnya termasuk yang konsumtif, terus banyak yang pendatang dari luar kota datang ke Sukabumi pasti mencari kulinernya, sedangkan saya sendiri yang mengalami di Kota Sukabumi itu kuliner nggak ada yang bertahan lama hanya musiman," tuturnya.
![]() |
"Jadi saya ada inspirasi pengen buka tempat rumah makan untuk jangka panjang bukan musiman aja, makanya namanya Iga Bakar Sukabumi. Jadi pas ke Sukabumi 'oh apa nih selain mochi, oh ada Iga Bakar Sukabumi," sambungnya.
Bahan-bahan yang ia gunakan pun masih dari petani lokal. Misalnya untuk daging iga sapi, ia bekerjasama dengan distributor dari Bogor dan Jakarta. Sedangkan rempah-rempah yang digunakan, ia beli dari pasar di Sukabumi.
![]() |
"Kalau rempah Indonesia pasti banyak di pasaran kaya cengkeh, biji pala, kapulaga, banyak ditemukan di pasar. Kalau iga kita ada distributor dari Bogor, ada beberapa sebenernya cuma kita harus mempertahankan kualitasnya, jadi kalau misalnya di distributor satu lagi kosong kita cari ke yang lain sekitar Jakarta," katanya.
Baca juga: Seroja Bakery: Bakery Unik di Pasar Cihapit |
Fitri berpesan, bagi anak-anak milenial yang ingin memulai usaha baru harus menguatkan niat. Hal itu pun yang diterapkannya untuk membuka rumah makan.
"Kebetulan saya juga baru terjun ke dunia F&B (Food and Beverage) di umur 28 tahun ini, jadi sekalian belajar, sekalian juga langsung terjun mempraktekan. Jadi intinya apa yang kita niatkan harus dilakukan, tapi harus dengan berbagai perspektif dari perhitungannya juga harus matang," tutupnya.
(yum/yum)