Tak jauh dari Pintu D atau biasa disebut Gerlam Universitas Padjadjaran kampus Jatinangor, terdapat satu kedai makanan berbahan dasar mi. Namanya Mie Ngasoan. Pelanggannya menyebut lokasi kedai mi ini dengan "ujung gerlam". Kedai mi ini selalu ramai meskipun hanya melayani pesanan dibawa pulang.
Namanya mungkin terdengar sedikit mirip dengan waralaba mi pedas terkenal yang cabangnya sudah tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Namun, Jatinangor belum masuk daftar cabang daerahnya. Mie Ngasoan pun kemudian hadir sebagai alternatif bagi warga Jatinangor, terlebih mahasiswa.
Mie Ngasoan didirikan oleh pemuda bernama Fajrul. Bisnis makanan ini bukan usaha pertama bagi Fajrul. Sebelumnya ia sempat memasarkan makanan berbahan dasar cokelat secara daring. Namun, bisnis tersebut kemudian tidak dilanjutkan akibat pandemi. Fajrul, akhirnya memutar otak untuk mencari ide lain. Pemuda yang menyelesaikan perkuliahannya pada 2020 ini kemudian resmi memulai bisnis kedai mi-nya pada September 2022.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun sempat merasa khawatir akan adanya brand besar yang dapat menjadi saingannya, Fajrul optimis bisnis makanan ini bisa bertahan hingga saat ini.
Optimisme Fajrul itu terbukti dengan Mie Ngasoan yang tetap bertahan di saat brand yang "lebih besar" yang juga sempat buka di Jatinangor tidak bertahan lama. Menurut Fajrul, salah satu faktor kebertahanan bisnisnya ini adalah cita rasa yang diberikan pada produknya, dan pemilihan lokasi.
Dipilihnya Gerlam Unpad sebagai lokasi berjualan dipengaruhi oleh target pasarnya, yaitu mahasiswa. Fajrul sebagai salah satu alumni Universitas Padjadjaran melihat peluang yang besar dalam mengembangkan bisnisnya di tengah-tengah mahasiswa. Kedai Mie Ngasoan dengan nuansa birunya dapat ditemukan tepat di sebelah kedai Haus Toppoki.
"Karena gerlam itu perputaran uang perhari itu besar," sebut Fajrul ketika ditanya alasan pemilihan lokasi kedainya.
Karyawan kedai mi ini hanya terdiri dari Fajrul dan Riki, temannya. Fajrul lebih fokus pada pekerjaan kontrol stok dan bahan-bahan. Sedangkan Riki bertugas langsung di kedai. Untuk memudahkan pekerjaan dan didukung dengan teknologi yang ada, Fajrul biasanya mendapatkan bahan-bahan yang dibutuhkan dengan membeli secara daring yang kemudian diantarkan ke rumahnya.
Dengan harga yang sangat terjangkau dan porsinya yang terbilang besar, banyak mahasiswa yang menyebutkan bahwa Fajrul bukan berdagang, melainkan bersedekah.
Sye, salah seorang pelanggan Mie Ngasoan menyebutkan hal yang serupa dengan pelanggan lainnya. Bahwa produk mi yang satu ini memiliki rasa yang enak, porsi yang besar, dan tingkat kepedasannya pas.
"Mie Ngasoan enak! Murah, porsinya banyak. Dan kalo pesen level itu pedesnya sesuai levelnya. Level 1 beneran level 1, gak kepedesan gitu," jelas pelanggan Mie Ngasoan yang biasanya memesan level 2 itu.
Tidak sampai di sana, kedai kecil milik pemuda asal Padang ini juga biasanya memberi satu porsi mie pada pelanggan yang berpuasa di hari Senin dan Kamis. Meskipun begitu, Fajrul tidak merasakan adanya pengaruh pada pendapatannya dengan memberi produknya secara cuma-cuma pada pelanggannya yang akan berbuka puasa.
"Itu cuma bentuk syukur saya dengan memberi. Nggak ngaruh sih karena saya nggak memperhitungkan kalau buat puasa gitu," kata pemuda tersebut.
Inovasi Mi Ngasoan
Belakangan sering terdengar bahwa bisnis seperti makanan sedang mengalami penurunan daya beli. Ini pun turut dialami oleh Mie Ngasoan, dengan alasan mahasiswa sebagai target pasarnya sedang dalam masa liburan.
"Karena kan sebagian besar pembelinya memang dari mahasiswa Unpad," jelas Fajrul.
Maka dari itu, untuk terus mempertahankan bisnisnya, Fajrul terus melakukan beberapa kali perubahan. Sebut saja perubahan topping yang semula keripik pangsit menjadi nugget dan pangsit ayam. Selanjutnya, Fajrul berencana menambahkan menu lainnya seperti minuman dingin dalam waktu dekat.
"Ya ke depannya saya pengen sih ada menu-menu baru. In Syaa Allah bentar lagi mau ngadain minuman dingin," katanya bersemangat.
Mie Ngasoan mengusung konsep open kitchen, di mana Riki biasa mengolah mi secara langsung di hadapan pelanggan. Di pinggir jalan kecil itu, terdapat beberapa kursi yang dapat diduduki pelanggan sembari menunggu pesanannya dibuat, sesuai urutan pada papan yang digunakan Riki untuk mencatat rincian pesanan, seperti varian, level, hingga jumlah porsi.
Dikemas dengan kotak karton cokelat dilengkapi sumpit, Mie Ngasoan memiliki dua varian mi. Di antaranya adalah Mie Nyantai, dan Mie Barbar yang tingkat kepedasannya tersedia dari level satu hingga delapan. Keduanya dibanderol dengan harga yang sama. Untuk menikmati satu porsi Mie Ngasoan hanya diperlukan uang sebesar sepuluh ribu rupiah.
(yum/yum)