.webp)
Bagi masyarakat Indramayu dan sekitarnya, camilan renyah yang satu ini tentu tidak asing lagi. Bahkan, pada momen tertentu seperti Lebaran dan hari besar lainnya, keripik melinjo hadir memenuhi aneka variasi hidangan.
"Kalau usaha keripik melinjo suami saya dulu mulai sekitar tahun 1987," kata Tawinah (62), perajin keripik melinjo di Desa Benda, Kecamatan Karangampel, Kabupaten Indramayu, belum lama ini.
Usaha yang ditekuni suami Tawinah sejak 36 tahun lalu itu masih tetap bertahan meski produksi mulai berkurang lantaran harga bahan baku mahal. Sebab penikmat keripik melinjo masih cukup tinggi.
Dalam sebulan, Tawinah bisa memproduksi sekitar 2 ton keripik melinjo. Proses pembuatannya dilakukan selama 2-3 hari untuk setiap dua pekan.
"Selain di sini saya juga buka kios oleh-oleh di gang 1, masih di sekitar Karangampel dan penjualan stabil sesuai jumlah produksi aja, kadang kurang, kadang lebih," ujar Tawinah.
Keripik melinjo banyak dikenal dengan citarasa gurih dan sedikit rasa pahit yang khas. Namun, di tempat produksi milik Tawinah, keripik itu memiliki dua varian yaitu manis dan original.
Setelah melewati tahapan, perajin terlebih dahulu menyiapkan racikan bumbu yang dibuat Tawinah. Keripik yang sudah digoreng kemudian ditiriskan dan diaduk ke bersama bumbu rempah-rempah.
"Pakai bumbu racikan, seperti bawang putih, santan dan lainnya. Kalau rasa manis tinggal ditambahkan gula," kata Tawinah.
Biasanya, Tawinah menjual dengan harga sekitar Rp 70 per kilogram. Tak hanya keripik melinjo, kios oleh-oleh di sekitar Kecamatan Karangampel juga menyediakan aneka cemilan lainnya. Seperti kripik tike, emping, rengginang, rempeyek dan jenis makanan ringan lainnya. (iqk/orb)
