Peuyeum Bendul merupakan makanan khas Kabupaten Purwakarta. Makanan asal Kampung Bendul, Desa Sukatani, Kecamatan Sukatani itu banyak di produksi oleh wilayah sekitar dan di jadikan ladang usaha.
Tidak jauh berbeda dengan peuyeum lainnya di sejumlah wilayah Jawa Barat, peuyeum Bendul berbahan dasar singkong. Peuyeum diproduksi selama 1 sampai 2 hari, dengan sejumlah tahapan pembuatannya.
Salah satu pembuat peuyeum Bendul, Cici (31) mengatakan, dia sudah memproduksi peuyeum Bendul sejak 10 tahun lalu. Ia bercerita bagaimana proses mengolah tape diawali dengan membeli bahan baku singkong dari petani tak jauh dari rumahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Singkong dikupas kulitnya kemudian daging singkong dicuci hingga bersih. Singkong lalu dimasukkan ke dalam wadah seperti drum untuk proses perebusan di atas perapian menggunakan kayu bakar selama satu jam lamanya.
Jika singkong telah mengambang, itu artinya harus segera diangkat dan masuk pada proses berikutnya, yaitu pendinginan. Biasanya pendingin dilakukan di atas seperti meja selama 30 menit. "Setelah proses pendinginan, kemudian singkong itu ditaburi ragi, terus dikemas ke dalam keranjang beralaskan daun pisang," ujar Cici, Minggu (06/11/2022).
Cici menyebutkan, setelah proses ragi selesai, maka singkong didiamkan selama 1 sampai 2 hari sebagai proses fermentasi. Jika semua proses sudah selesai, singkong itu bisa disebut sebagai peuyeum atau tape karena sudah matang (kenyal) dengan proses fermentasi. "Saya jual tape Rp5.000 per kilogram," katanya.
Tape yang Cici produksi memiliki ciri khas yang menjadi daya tarik pembeli, selain kenyal tape ini juga rasanya berbeda dengan tape lain. Sebab singkong yang menjadi bahan dasar tape Bendul berkualitas baik.
"Selain rasa, yang membedakan tape Bendul dengan yang lain adalah ujung pada bagian atas ada cupatinya (hanya dikupas sedikit di bagian pangkal dan ujung)," ungkap Cici.
Peuyeum Bendul merupakan makanan khas Purwakarta sejak dulu. Sebagian besar masyarakat di kampung tersebut produksi tape bahkan sudah menjadi usaha turun temurun yang tetap dipertahankan.
(iqk/iqk)