Suasana sejuk dengan langit berawan di Jalan Cihapit pagi itu mengundang beragam orang untuk duduk dan menyesap secangkir kopi. Toko Kue Muntilan-Kopi Trikuto pun menjadi tempat singgah sementara berbagai masyarakat.
Meski papan Kopi Trikuto di muka kiri toko tidak langsung kentara terlihat, bentuk bangunan serta interiornya yang terlihat "vintage" sangat menarik perhatian toko yang berlokasi tepat di seberang Polsek Bandung Wetan tersebut. Justru, kedai ini lebih mudah tercirikan dari plang dari rokok A-Mild dengan tulisan "SRC MUNTILAN".
Masuk ke dalam kedai, aroma kopi yang merebak langsung menggoda lidah. Pemandangan jajaran kue basah dan jajanan pasar dalam etalase kaca yang diberi lampu di bagian kanan toko pun membuat kerucuk perut yang belum diisi sarapan semakin menjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masuk kedai ini serasa kembali ke masa lalu. Etalase kaca, lantai berukuran 20 cm x 20 cm, pendaran lampu berwarna putih kekuningan, dan pajangan foto berwarna hitam putih dalam bingkai cokelat menghiasi pemandangan. Musik "Have You Ever Really Loved A Woman?" karya Bryan Adams pun melantun indah dari area sang peracik kopi.
"Silakan, kak. Mau pesan apa?" ujar barista tersebut pada wartawan seraya tersenyum hangat.
Butuh waktu sejenak untuk memilih kopi yang hendak di pesan karena terdapat lebih dari 30 menu minuman yang dapat dipilih, baik mengandung kopi maupun non-kopi. Pilihan wartawan pun jatuh pada menu Cappuccino panas.
Proses pembuatannya pun tidak lama dan tidak singkat. Pasalnya,Kopi Trikuto ini tidak menyimpan biji kopinya dalam wadah mesin penggiling kopi. Alhasil, seluruh biji kopi ditimbang terlebih dahulu, digiling, ditimbang kembali, baru kemudian diolah menjadi espresso. Setelah beberapa waktu, secangkir kopi susu panas pun tersaji di atas meja yang terbuat dari kayu.
Obrolan hangat antara pemilik usaha, barista, dan berbagai pengunjung toko pun melengkapi suasana hangat yang dibalut dengan alunan berbagai lagu pop tahun 80-90an dari pengeras suara kecil berwarna merah. Rasa kekeluargaan memang terasa kental dalam kedai ini.
Barista Kopi Trikuto, Fahmi Hamzah (24) bercerita pada wartawan tentang hangatnya suasana di toko ini setiap harinya. Baik pengunjung baru maupun pengunjung lama kerap bertukar cerita sembari menyeruput sedikit demi sedikit kopi yang diracik Fahmi.
"Kalau disini biasanya mau customer reguler ataupun customer baru, pada ngobrol-ngobrol aja gitu," kata Fahmi pada detikJabar, Kamis (4/8/2022).
Kedai tersebut memang kerap menjadi kawasan bertukar pemahaman dan pengalaman bagi berbagai kalangan, terutama orang tua. Namun, Fahmi menyampaikan anak muda pun mulai tertarik untuk nongkrong disini.
"Semua kalangan sih, mau bapak-bapak, ibu-ibu, yang masuk kesini biasanya orang tua sih. Tapi belakangan ini mulai ramai juga anak muda, mungkin karena konsepnya asik ya vintage gitu," ujar Fahmi sembari menimbang biji kopi untuk digiling.
"Disini tuh emang jadi kayak dunia tuh sempit. Secara ga sengaja bisa membentuk circle baru gitu, ada yang datang trus nyeletuk, 'eh, lu disini?' banyak lah yang gitu," pungkas Fahmi yang tengah melanjutkan proses manual brew dengan metode V60 itu.
Sebetulnya,Kopi Trikuto baru berumur empat tahun. Namun, nilai historis sangat kental di kedai tersebut. Pasalnya, kedai tersebut telah terkenal sejak 1965 sebagai Toko Kelontong dan Kue "Muntilan". Kue basah memang sudah menjadi ciri khas dari toko kelontong tersebut pada zamannya.
Kini, konsep toko kelontong tersebut sudah ditinggalkan dan lebih berfokus pada kue basah saja. Pemilik Toko Kue Muntilan dan Co-Owner Kopi Trikuto, Anton Susanto (41) merupakan menantu dari pemilik Toko Kelontong dan Kue Muntilan tersebut.
"Sebetulnya dari tahun 65 itu toko kelontong lah, tapi jual kue2 juga, dari jaman mertua saya tuh," kata Anton pada detikJabar, Kamis (4/8/2022).
Pada 2008, toko kelontong Muntilan nyaris gulung tikar. Pasalnya, mertua Anton yang masih mengelola toko tersebut sudah memiliki bisnis lainnya bersama dengan saudara kandungnya. Alhasil, Anton pun mengambil alih toko legendaris di Jalan Cihapit ini.
Kebetulan, Anton dengan istrinya, seorang guru, memang memiliki keinginan untuk membangun bisnis. Anton yang kala itu masih bekerja untuk sebuah dealer mobil perlahan kembali mencoba membangkitkan toko kelontong Muntilan.
Di saat kritis tersebut, Anton mengingat persis tinggal empat jenis kue basah yang masih dijual. Anton dengan istrinya pun mencoba menghubungi berbagai pemasok-pemasok lamanya untuk kembali berbisnis bersama.
Tahun 2010, Anton merasa toko kelontong ini mulai kehilangan arah dan identitas. Berbagai toko kelontong lainnya yang menawarkan pembelian secara grosir pun bermunculan di Jalan Cihapit.
Setelah melakukan berbagai survei dan merasa yakin, Anton pun memutuskan untuk mengubah konsep toko tersebut menjadi toko kue. Berbagai barang jualan yang kurang relevan pun ia eliminasi perlahan.
"Setelah saya survei-survei itu, saya liat kue belum ada (yang menjual di Cihapit) nih, jadi fokus aja nih ke toko kue dan makanan. Karena perlahan mengeliminasi barang yang non-makanan, para salesnya pun bertanya-tanya. Untungnya mereka paham sih setelah saya jelaskan mau ubah konsep itu," ujar Anton.
LAHIRNYA KOPI TRIKUTO BESERTA 'WARGANYA'
Tahun 2018, temannya yang kebetulan salah satu roaster kopi tertua di Kota Bandung mengajaknya untuk berbisnis bersama. Menurut mereka berdua, perpaduan kopi dan kue basah dapat memberi warna baru bagi bisnis kopi di Kota Kembang.
Kopi yang kala itu sering dipadukan dengan roti dinilai menjadi monoton. Anton pun menilai masyarakat umumnya hanya membeli secangkir kopi dan sebuah roti.
"Karena kalau kopi sama roti gitu kan paling orang pesen kopi satu roti satu terus sudah gitu. Sedangkan, kalau jajanan pasar kan (orang ambil) macem-macem tuh," tuturnya antusias.
Menggunakan penggiling kopi bermerek Mahlkonig, Anton tidak menyangka orang bisa menjadi penasaran. Menurutnya, penggiling tersebut memiliki nilai tersendiri bagi pecinta kopi.
Berawal dari penggiling tersebut, pelanggan-pelanggan setia pun bermunculan. Bahkan,Kopi Trikuto sampai memiliki "warga" nya sendiri.
"Kita ngga pernah nyebut komunitas sih karena biasanya kalau komunitas kan ada satu hal yang membentuk dan menyatukan ya, jadi kami disini biasa nyebutnya warga gitu," ucap Anton.
Berbagai renovasi pun dibangun untuk meningkatkan pengalaman menyeruput kopi di kedai tersebut. Ternyata, area "bar" yang menjadi salah satu daya tarik utama di Kopi Trikuto sempat menjadi perdebatan serius antara Anton dengan rekan bisnisnya.
Melakukan renovasi pun menjadi upaya keras bagi Anton dan rekannya. Bahkan, mereka sempat menggunakan kayu bekas lemari tua untuk dijadikan sebuah meja panjang.
Akhirnya, daerah bar pun tercipta dan kini menjadi salah satu daya tarik utama bagi konsumen Kopi Trikuto. Anton merasa area bar yang memiliki enam kursi dan mengelilingi sang barista ini menjadi spot paling menarik untuk sekadar berbincang dan bergurau.
Kendati demikian, ia juga berpendapat area tersebut menjadi titik mematikan, terutama bagi para barista. Pasalnya, semua konsumen jadi dapat melihat dan menilai cara barista tersebut menyiapkan dan menyajikan kopi. Oleh karena itu, Anton selalu berpesan pada baristanya.
"Kedai boleh kecil, tapi rasa harus bintang 5, attitude kitanya harus bintang 5," ucapnya sembari meniru caranya berbincang pada baristanya.
Pelayanan dan cita rasa kopi di Kopi Trikuto memang menjadi magnet kuat bagi para warganya. Melihat kedai ini sering ramai dengan warga lama tetapi jarang kedatangan pelanggan baru, Anton pun melakukan renovasi lagi dengan memperbesar kedainya.
Setelah melakukan survei dan tes pasar, Anton pun tetap mempertahankan beberapa barang yang dijual sedari masih menjadi toko kelontong seperti aneka minuman, makanan ringan, dan utamanya rokok. Baginya, rokok dan kopi memiliki hubungan kuat tersendiri bagi masyarakat sekitar.
Saat survei, Anton menyadari terdapat fenomena unik sekaligus kocak di sekitarnya. Pasalnya, jarak itu sangat penting bagi masyarakat Cihapit. Meskipun toko kelontong lain menjual rokok dengan harga lebih murah, banyak masyarakat masih berlangganan di toko Muntilan dengan satu alasan: dekat.
"Sampai bingung saya, mas. Kalau saya nih ada yang lebih murah ya saya cari yang lebih murah dong, toh jarak juga cuma berapa ratus meter. Tapi bagi orang-orang sekitar sini, mereka ngga masalah sedikit lebih mahal seperti di toko ini, asalkan dekat," ucapnya sembari tertawa.
"Pernah saya sampai ditanyain sama polisi di seberang juga karena tutup lebih awal. Waktu itu saya memang tutup setengah jam lebih awal karena kedai sudah sangat sepi. Alasan polisi itu nanya karena dia mau beli rokok. Saya bilang, dong 'kan disitu ada warung juga, pak. Lebih murah pula.' Eh, dia bilang kalau kesana jauh. Lucu juga dipikir-pikir, sepenting itu jarak disini," lanjut Anton.
BABAK BARU: 'DISTRIK CIHAPIT'
Pada mulanya Kopi Trikuto berdiri, Anton juga sempat menjadi bahan tertawaan penjual disekitarnya. Pasalnya, Anton menjadi satu-satunya toko yang masih buka sampai jam 9 malam.
Saking sepinya, kedai tersebut pernah tidak memiliki pelanggan dari jam 3 sore hingga jam 9 malam. Tidak patah semangat, Anton pun yakin suatu saat Cihapit akan bangkit dan menjadi ramai.
"Pernah saya dibilangin, 'ngapain buka sampai malam, Cihapit mah udah malam juga setan gamau lewat, udah kayak kuburan,' ya saya becandain aja sih kan kuburan jg ada yg jaga," ujarnya dengan tatapan sembari mengingat-ingat masa lalunya. Gelak tawa pun muncul sesekali.
"Cuma, saya yakin nih suatu saat Cihapit pasti rame. Orang belum menemukan aja apa yang bisa diangkat dari Cihapit ini," lanjutnya.
Ternyata, apa yang dipikirkan Anton pun menjadi kenyataan. Kedatangan Grammars dan Bakmie Tjo Kin sontak mendorong pamor Jalan Cihapit. Tidak hanya itu, aneka kuliner di dalam Pasar Cihapit pun bermunculan.
Anton membanggakan relasi yang sehat antar pemilik usaha-usaha tersebut. Bagi mereka, tidak ada persaingan, hanya kebersamaan. Sebagai contohnya, Anton selalu memperbolehkan orang-orang untuk ngopi di Kopi Trikuto meski membawa semangkuk bakmie dari Tjo Kin.
Hingga kini, Anton menjadi salah satu pemain utama dalam kebangkitan Jalan Cihapit menjadi salah satu tempat terpopuler di Kota Bandung. Anton pun berharap Cihapit dapat semakin ramai dan memunculkan berbagai warga baru bagi Toko Kue Muntilan-Kopi Trikuto.
Simak Video "Video: Kopi Panas atau Dingin, Mana yang Lebih Sehat?"
[Gambas:Video 20detik]
(dir/dir)