Tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Sukabumi jika tak mencicipi atau membawa Mochi Lampion sebagai oleh-oleh. Apa sih istimewanya Mochi Lampion?
Direktur Operasional Mochi Lampion Rudi Witarasa mengatakan Mochi Lampion punya ciri khas tersendiri dibandung mochi lain. Yang paling kentara adalah dari sisi tekstur dan pengemasan.
"Itu akan keliahatan 'oh ini Mochi Lampion,' karena dari teksturnya lebih lembut dan rasanya nggak berubah," ujar Rudi saat ditemui detikJabar, Sabtu (23/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ciri khas Kedua dari logo dan kemasan. Seperti diketahui, Lampion digunakan menjadi simbol mochi ini sehingga mudah diingat oleh konsumen.
Sedangkan dalam kemasan, kata Rudi, sudah food grade alias menggunakan plastik mika, baik pada kemasan boks maupun besek. Kedua jenis mochi itu dijual dengan harga mulai dari Rp45 ribu sampai Rp55 ribu.
"Sekarang alhamdulillah Mochi Lampion sudah makin maju. Banyak artis dan pejabat yang datang, Ketua DPR, Ketua MPR sampai Wakil Presiden Ma'ruf Amin," tuturnya.
![]() |
Mochi Lampion sendiri punya beragam rasa. Bahkan, bisa dibilang rasanya kekinian karena dipadukan dengan ragam rasa yang siap memanjakan lidah. Mulai dari rasa Nutella, Milo, keju, dan lain-lain. Sampai hari ini total ada 18 varian rasa.
"Sekarang lebih kekinian. Produk ini masih tetap diminati dan jadi ikon Kota Sukabumi. Jadi kita pertahankan dan kita tingkatkan lagi, terutama dari sisi kualitas dan varian baru," tutur Rudi.
Dampak Pandemi dan Menyesuaikan Diri
Perjalanan Mochi Lampion menjadi salah satu kuliner khas Sukabumi cukup berliku. Bahkan, sama seperti usaha sektor lain, Mochi Lampion juga sempat dihantam efek pandemi.
"Kemarin-kemarin awal 2020 pandemi, itu sampai 50% karyawannya di rumahkan, disini hanya sisa 10 orang untuk jaga toko dan pabrik," imbuh Rudi.
Kemudian sempat membaik, namun kembali terdampak di pandemi gelombang kedua. Wisatawan dari luar kota yang biasanya menjadi konsumen utama mochi berkurang drastis karena perjalanan dibatasi.
![]() |
"Turun lagi di pandemi kedua, itu turun lagi karena pembatasan orang-orang dari luar kota terutama di destinasi wisata," kata dia.
Akhirnya mereka dapat bangkit dari pandemi dengan kemajuan teknologi. Mochi Lampion mulai diedarkan secara online di berbagai platform.
"Dimaksimalkan penjualan online. Pertama jualan online pas pandemi, pandemi kita mulai masuk ke Shopee Mall, Grab dan Go-Food," sambungnya.
Mochi Lampion sendiri sudah ada sejak tahun 1983 yang berawal dari sebuah perkampungan Kaswari, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi. Mochi Lampion ini dibuat warga pribumi asli Sukabumi, yaitu almarhum Engkus Kuswandi.