Menjajal Cita Rasa Mochi Autentik di Pojok Gang Sempit Sukabumi

Menjajal Cita Rasa Mochi Autentik di Pojok Gang Sempit Sukabumi

Siti Fatimah - detikJabar
Minggu, 24 Jul 2022 07:00 WIB
Mochi A Yani yang telah hadir di Sukabumi sejak 1970
Toko Mochi A Yani (Foto: Siti Fatimah/detikJabar)
Sukabumi -

Siapa yang tak kenal mochi? Panganan mungil dan kenyal ini populer sebagai oleh-oleh khas Sukabumi.

Di Kota Sukabumi ada banyak toko yang menjajakan mochi, salah satunya Mochi A Yani yang telah berdiri sejak tahun 1970 an atau setengah abad lalu. Lokasinya berada di dalam gang kecil, bahkan sekilas tidak terlihat jika ada toko mochi di situ.

Jika masuk ke dalam gang, ternyata hanya ada satu rumah sekaligus satu toko yang mengarah ke tempat pembuatan mochi autentik. Kini mochi A Yani itu sudah dikelola oleh Hendry, generasi ketiga. Kepada detikJabar, Hendry menceritakan awal mula kakeknya merintis usaha mochi di Sukabumi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi dulu kakek saya asli Tionghoa datang ke Sukabumi dengan kemampuan membuat mochi. Mochi A Yani ini rintisan beliau," kata Hendry saat ditemui di tokonya di Jalan Ahmad Yani nomor 170A, Kota Sukabumi, Sabtu (23/7/2022).

Mochi A Yani yang telah hadir di Sukabumi sejak 1970Mochi A Yani yang telah hadir di Sukabumi sejak 1970 Foto: Siti Fatimah/detikJabar

Dia mengatakan, zaman dahulu mochi tidak setenar sekarang. Hanya beberapa orang yang tertarik untuk mencicipi mochi atau hanya pada saat momen tertentu saja seperti misalnya perayaan tahun baru.

ADVERTISEMENT

"Dulu bangunannya nggak kaya sekarang, dulu ditawarin ke toko-toko, tempat depan itu pintu ketutup, jadi orang yang tahu aja, orang mesti pencet bel. Pas awal tahun 2000-an mulai dibuka pintunya," ujarnya.

"Mungkin ya, zaman dulu masih susah yang minat, soalnya wisatawan kota nggak sebanyak sekarang," sambungnya.

Selama 50 tahun lebih berdiri, jatuh bangun dalam mempertahankan produksi mochi sangat ia rasakan. Hendy menjadi saksi hidup saat keluarganya mengalami kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa.

"Pasti jualan ada naik turun, sepi ramai udah biasa. Apalagi kemarin akibat COVID-19 anjlok banget. Yang paling saya ingat tahun 1998, zaman kerusuhan itu sepi nggak ada yang beli sama sekali, orang pada takut," ungkapnya.

Meski begitu, keluarganya mampu bangkit kembali dari keterpurukan. Perlahan namun pasti, mereka kembali mengembalikan kualitas otentik mochi secara turun temurun.

"Motivasinya jaga kualitas sama harga jangan terlalu mahal. Soalnya makanan enak nggak mesti mahal, orang kecil biar tetap bisa cicip," kata Hendry.

Orisinal mochi sejak dirintis kakeknya itu tetap ia pertahankan. Menurutnya, itu menjadi kelebihan dari Mochi A Yani selain menjaga kualitas bahan yang digunakan.

"Saya prinsipnya jaga autentik, dulu itu mochi isinya kacang tanah. Di sini cuman ada kacang tanah sama original polosan, kadang ada orang yang nggak suka kacang tanah," tuturnya.

Mochi A Yani yang telah hadir di Sukabumi sejak 1970Mochi A Yani yang telah hadir di Sukabumi sejak 1970 Foto: Siti Fatimah/detikJabar


Selain dua rasa yang ia pertahankan, Hendry juga memutuskan untuk tidak membuka cabang di tempat lain. Hal itu dilakukan untuk mempertahankan kualitas mochi yang dibuatnya.

Dari usahanya tersebut, kini ada sekitar 4 sampai 5 orang pegawai yang hidup dari toko Mochi A Yani. Pembuatannya pun sebagian menggunakan mesin dan manual.

"Saya ngejaga kualitas makanya nggak buka cabang. Pegawai ada 4-5 hari biasa. Ada yang pakai alat, kalau ngebuletinnya manual. Jadi pengennya buka usaha ini ada dampak buat orang-orang sekitar," tutupnya.

(yum/yum)


Hide Ads