Perjalanan Tim Indonesia di Homeless World Cup (HWC) 2024 menjadi salah satu cerita inspiratif yang patut diingat. Berawal dari persiapan yang singkat, tim ini berhasil mengukir prestasi gemilang dengan menempati posisi keempat.
Meski tak sampai ke podium juara, pencapaian itu menegaskan kekuatan mental dan tekad luar biasa para pemain Indonesia pada kejuaraan yang mengangkat isu-isu sosial tersebut. HWC 2024 sendiri diselenggarakan di Korea Selatan pada 21-28 September.
Pelatih Tim Indonesia Aulia Rahman mengungkap, perjuangan timnya berlaga di HWC 2024. Sejak menginjakkan kaki di Korea, Aulia menyebut banyak kendala dihadapi mulai dari jadwal padat, cuaca ekstrem hingga makanan yang tidak sesuai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita persiapan selama 4 bulan. Yang jadi masalah, kita kedatangan itu H-1, jadi terlalu mepet. Kemudian bus jemputan datangnya terlambat, kemudian antar tim lain dulu, baru kita jadi waktu istirahat kita kurang," ungkap Aulia saat syukuran Tim Homeless Indonesia di Kota Bandung, Sabtu (12/10/2024).
Selain itu, Aulia juga menyebut, salah satu kendala yang paling memusingkan Tim Indonesia adalah makanan yang tidak sesuai. Menurutnya, panitia HWC hanya menyediakan makanan non halal, sementara seluruh Tim Indonesia 100% muslim.
"Pola makan yang jadi rintangan, kita semua 100 persen muslim kan tapi yang disediakan panitia itu kebanyakan dari non halal. Jadi itu kita betul-betul mikirin (masalah makan ini)," ungkapnya.
Karena itu, setiap hari official Tim Indonesia selalu membeli makanan halal dari luar yang itupun sulit didapatkan. Sementara makanan dari panitia, Tim Indonesia hanya mengkonsumsi yang diperuntukkan bagi vegetarian.
"Untuk menyiasati itu, official beli sendiri ke luar. Makan junk food, yang gampang beli ayam. Kemudian nasi beli terpisah juga masak sendiri. Konsumsi seadanya dari panitia. Di sana itu cuma dibedakan vegan dan non vegan, jadi kita makan yang vegetarian," tegasnya.
Faktor cuaca yang panas semakin mempersulit kondisi Tim Indonesian. Aulia menuturkan, para pemain tidak bisa langsung menuju ke hotel usai bertanding. Sementara lokasi tunggu, tidak nyaman dan panas.
"Dari 8 kali bermain itu jadwalnya padat banget kemudian cuaca di sana panas banget, main di outdoor. Kita satu bus dengan jerman, misalkan sudah beres gak bisa langsung ke hotel untuk istirahat," kata Aulia.
"Kemudian tempat transit pemain kurang nyaman, cuaca panas. Itu yang menyerap energi. Waktu buat evaluasi malam juga kadang saya lewatkan fokus untuk istirahat pemain saja," lanjutnya.
Bisa Dapat Lebih
Lolos ke delapan besar, Indonesia berjumpa Irlandia. Di pertandingan itu, Indonesia menang dengan skor 7-1 dan lolos ke semifinal untuk berjumpa Inggris. Sayangnya melawan Inggris, Indonesia kalah 3-6.
Aulia kemudian mengungkap salah satu penyebab Indonesia kalah dari Inggris. Selain perbedaan postur, ada faktor non teknis yang membuat permainan Indonesia tidak berjalan semestinya.
"Pas lawan Inggris sudah sesuai game plan, tapi finishing kita gak terlalu baik. Di semifinal itu taktik memang berjalan baik tapi akhirnya kita kalah dan anak-anak di situ pasti kecewa dan timbul drama-drama," ujarnya.
Begitu juga dengan pertandingan di perebutan tempat ketiga melawan Lithuania. Lagi-lagi, faktor non teknis membuat Indonesia harus puas menempati urutan keempat di HCW 2024. Namun Aulia menyebut, seharusnya Indonesia bisa mendapat hasil lebih di ajang itu.
"Tinggal perebutan tempat ketiga, tapi Lithuania tim bagus. Jadi kita kalah 2-1 akhirnya menyamai prestasi 2012. Dari kacamata saya bisa lebih, melihat kekuatan tim lawan ini kesempatan kita untuk berprestasi. Tapi rezekinya cuma keempat," tutup Aulia.
(bba/mso)