Belajar Mencintai Lingkungan Ala Siswa SD di Cimahi

Belajar Mencintai Lingkungan Ala Siswa SD di Cimahi

Whisnu Pradana - detikJabar
Selasa, 01 Okt 2024 16:30 WIB
Kegiatan Siswa SDN Sukamaju 2 Cimahi dalam Menjaga Lingkungan
Kegiatan Siswa SDN Sukamaju 2 Cimahi dalam Menjaga Lingkungan (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar).
Cimahi -

Banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi produksi sampah hingga akhirnya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Salah satunya edukasi pemilahan dan pengolahan sampah di sekolah.

Langkah nyata mencintai lingkungan itu sudah dilaksanakan oleh siswa dan guru SD Negeri Sukamaju 2, Kota Cimahi. Sekolah yang ada di Jalan Panembakan Utara itu sadar akan pentingnya mengajarkan cinta lingkungan pada murid sejak dini.

Mereka mengawali langkah Sekolah Ramah Lingkungan Kota Cimahi itu dengan membiasakan siswa kelas 1 sampai kelas 6 membawa tempat makan dan tempat minum dari rumah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari awal tahun 2024 dibiasakan bawa misting sama tumbler. Biasanya kalau dari rumah kosong, nanti kalau jajan di sekolah baru diisi misting sama tumbler-nya," kata Siti Alya (11), siswa kelas 5 saat berbincang dengan detikJabar, Selasa (1/10/2024).

Menurutnya, lebih nyaman membawa misting dan tumbler untuk wadah makanan mereka saat istirahat. Tentu alasan utamanya karena kebersihannya lebih terjamin.

ADVERTISEMENT

"Ya lebih bersih, soalnya kan dicuci di rumah. Terus enggak harus buang sampah, jadi enggak ribet nantinya," kata Siti Alya.

Hal senada diceritakan Saelan Lemena (11). Menurut Saelan, membeli makanan dengan misting dan tumbler lebih nyaman daripada menggunakan bungkus plastik dari penjaja makanan di sekolah.

"Soalnya kalau dulu pakai plastik itu biasanya kotor ke tangan, terus suka kotor ke baju juga. Kalau pakai misting sama sendok lebih enak, seperti makan di rumah," kata Saelan.

Tak cuma soal mengurangi sampah plastik dengan misting dan tumbler, anak-anak di SDN Sukamaju 2 juga dibiasakan untuk mengumpulkan sampah organik terutama dedaunan yang gugur dari pohonnya untuk diolah menjadi kompos.

"Awalnya itu kita kumpulin dulu daunnya, terus dimasukkan ke lubang yang dibikin di halaman sekolah. Buat dibikin jadi pupuk kompos," kata Sauqi Sirottol Mustakim (11), siswa kelas 5.

Praktik seperti itu, kata Sauqi, meskipun tak melulu merupakan materi pembelajaran namun penting untuk diketahui supaya bisa dipraktikkan juga di kemudian hari pada tempat yang berbeda.

"Lebih seru gini, jadi praktik langsung. Jadi tahu kalau daun, bekas makanan, terus sampah organik bisa diolah jadi pupuk kompos," kata Sauqi.

Membiasakan Cinta Lingkungan Sejak Dini

Sementara itu, Kepala SDN Sukamaju 2 Ade Nurhaenah menyebut, tujuan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan di sekolahnya itu demi memupuk rasa cinta siswanya pada lingkungan.

"Jadi ini supaya anak-anak kami cinta terhadap lingkungan. Kemudian ini juga demi penghijauan di sekolah jadi suasana sekolah nyaman buat mereka juga ya. Di sini kita juga menanam tanaman obat-obatan di sekolah," kata Ade.

Sementara soal kebijakan siswa harus membawa tumbler dan misting, kata Ade, demi mengurangi sampah plastik dari jajanan siswa di jam istirahat.

"Jadi untuk siswa menang setiap hari harus membawa tumbler dan misting. Bisa untuk menjaga gizi karena kan ada yang sudah dibekali orangtuanya, kemudian itu juga agar mengurangi sampah plastik, karena kita tahu sampah plastik susah terurai," ujar Ade.

Tak cuma itu saja, Ade juga mengkreasikan beberapa barang tak berguna untuk didaur ulah menjadi beberapa benda yang fungsional, seperti pot bunga.

"Terus kita mengajarkan daur ulang. Kita ada beberapa pot yang dibuat dari bekas galon, kemudian membuat pot bunga di kelas dari kertas yang sudah tidak terpakai. Itu seperti origami disusun menjadi pot, nanti wadah tanaman dari bekas air mineral dimasukkan ke situ," ujar Ade.

Selain sebagai program penghijauan dan cinta lingkungan, apa yang dilakukan ia dan warga sekolah juga karena keterlibatan dalam Sekolah Adiwiyata.

"Memang ini juga karena sekolah kami sebagai salah satu peserta Sekolah Adiwiyata. Penilaiannya di bulan Oktober ini, tapi apapun hasilnya, program ini memang akan terus berjalan karena sudah berjalan sejak lama juga," kata Ade.




(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads