5 Fakta Unik Tahun Kabisat yang Jatuh di 2024, Sudah Tahu Belum?

5 Fakta Unik Tahun Kabisat yang Jatuh di 2024, Sudah Tahu Belum?

Tya Eka Yulianti - detikJabar
Kamis, 29 Feb 2024 09:59 WIB
Ilustrasi Kalender
Ilustrasi Kalender Februari 2024 Tahun Kabisat (Foto: detikcom/Dikhy Sasra)
Bandung -

Di tahun 2024 ini, jumlah hari di bulan Februari yang biasanya hanya 28 hari berubah jumlahnya menjadi 29 hari. Ini dikarenakan tahun 2024 termasuk dalam tahun Kabisat.

Tahun Kabisat adalah adalah sebutan untuk menyebut tahun yang jumlah harinya adalah 366 hari dalam setahun. Tak lain karena penambahan hari di bulan Februari.

Namun hingga kini masih banyak yang belum memahami konsep dari tahun kabisat. Sederhananya, planet bumi membutuhkan waktu sebanyak 365.25 hari untuk memutari matahari, gerakan ini disebut sebagai satu tahun matahari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun dalam kalender masehi angka tersebut dibulatkan menjadi 365 hari. Nah, tahun kabisat adalah ketika adanya penambahan sisa 0,25 dalam kalender masehi ditambah satu hari ke sistem penanggalan setiap empat tahun.

Fakta Unik Tahun Kabisat

Berikut ini fakta-fakta unik tentang Tahun Kabisat yang perlu kalian ketahui yang dirangkum detikJabar dari berbagai sumber.

ADVERTISEMENT

1. Pembulatan Hari

Penambahan satu hari pada tahun kabisat diberikan pada bulan Februari, jika pada tahun biasa Februari hanya memiliki 28 hari maka pada tahun kabisat menjadi 29 hari. Perhitungan tersebut memang dibuat demikian agar menggenapi perhitungan kalender dan menjadi akurat.

Jika setiap tahun dibulatkan maka dalam empat tahun nyaris kekurangan satu hari, tahun baru bisa lebih awal.

Bumi membutuhkan waktu sekitar 24 jam atau satu hari untuk berputar pada porosnya, dalam proses pergerakan bumi terhadap matahari, tahun tidak memiliki hari yang pasti.

Karena itulah hampir setiap tahun di kalender masehi dibulatkan menjadi 365 hari, meski demikian sisanya tidak hilang. Dan sebagai pengganti hari itu, Nasa menambahkan satu hari ke kalender masehi setiap empat tahun.

Jadi, Perhitungan Nasa dilakukan di tahun 2021, 2022 dan 2023 dengan mengurangi enam jam atau seperempat hari. Sementara Nasa menggantinya di tahun 2024.

2. Pencetus Tahun Kabisat

Tahun kabisat adalah tahun yang pertama kali dicetuskan oleh seorang astronom bernama Sosigenes Alexandria, yang saat itu sudah hidup di masa kepemimpinan Julius Caesar. Sosigenes menghitung jika bumi memerlukan waktu selama 365 hari, 5 jam, 48 menit dan 5 detik. Guna mengelilingi matahari dalam orbitnya dan untuk memudahkan perhitungan.

Sebelum tahun kabisat, masyarakat zaman dulu mengenal bulan kabisat sementara ahli sejarah masih belum meyakini cara bangsa Romawi mempertahankan dan menjaga sistem kalendernya. Bangsa Romawi seperti tidak terlalu yakin dengan seluruh sistem penanggalan, kalender Romawi sebelumnya memiliki 11 bulan ditambah dengan periode musim dingin.

Panjang musim dingin yang bervariasi ini menyebabkan kalender Romawi tidak dapat untuk dipatenkan, hingga bangsa tersebut menggantinya dengan bulan Januari dan Februari yang baru guna mengatasi kondisi tersebut. Romawi menerapkan bulan kabisat yang juga dikenal dengan Macedonius, fungsinya untuk membedakan sistem penanggalan dengan solar.

Macedonius tak diterapkan antara bulan namun di sela-sela bulan Februari dengan alasan berkaitan lunar cycles. Meski demikian, sistem ini justru membuat bingung hingga pada akhirnya di zaman Julius Caesar kalender Romawi dan solar tidak lagi sinkron.

3. Ciri Tahun Kabisat, Habis Dibagi Empat

Dimulai dari memilih tahun mana yang akan dihitung, kemudian periksa tahun tersebut apakah habis dibagi empat dan hasilnya adalah bilangan bulat tanpa sisa. Apabila hasilnya tidak demikian, seperti pada tahun 1997 maka tahun tersebut bukan tahun kabisat. Jika iya, seperti 2012 maka bisa dilanjutkan ke poin berikutnya.

Periksa kembali apakah tahun tersebut habis dibagi 100, jika habis dibagi empat tetapi tidak habis dibagi 100 maka tahun tersebut adalah tahun kabisat. Jika habis dibagi empat dan 100 seperti 2000 maka langkah perhitungan bisa dilakukan ke poin selanjutnya. Periksa kembali tahun tersebut, jika habis dibagi 100 tetapi tak habis dibagi 400 maka tahun itu bukan tahun kabisat.

Misalnya, tahun 2000 adalah tahun kabisat, tetapi tahun 2100 dan 2200 bukan tahun kabisat.

Ciri lain tahun kabisat adalah memiliki total atau jumlah hari pada bulan Februari sebanyak 29 hari, atau memiliki tanggal 29 Februari. Biasanya, bulan Februari hanya memiliki 28 hari saja. Untuk tahun 2024, pada bulan Februari memiliki 29 hari alias ada tanggal 29 Februari 2024.

4. Mereka yang Lahir di Tahun Kabisat

Mereka yang lahir di tahun kabisat disebut leaplings dan tak bisa merayakan hari lahir tiap tahun, meskipun usia mereka tetap dihitung per hari bukan per empat tahun, inilah istimewanya tahun kabisat.

Laman Brown and Toland Physicians menjelaskan bayi yang lahir pada tahun kabisat tergolong langka. Diperkirakan hanya 4,1 juta orang di seluruh dunia yang dilahirkan pada 29 Februari.

Perhitungan tersebut mungkin lebih rendah di berbagai negara. Contohnya di Massachusetts, Amerika Serikat (AS), hanya 164 bayi yang lahir pada 29 Februari pada 2020 (tahun kabisat terakhir sebelum tahun ini).

Padahal pada tahun tersebut, total kelahiran mencapai angka 67.220. Artinya, bayi tahun kabisat di Massachusetts pada 2020 hanya 0,2 persen dari seluruh kelahiran.

Karena kelangkaan ini, ulang tahun mereka dirayakan secara istimewa. Beberapa negara di AS melazimkan anak tahun kabisat merayakan ulang tahun pada 28 Februari, 1 Maret, atau keduanya di tahun nonkabisat.

5. Tradisi dan Mitos Tahun Kabisat

Leap day memiliki berbagai tradisi dan perayaan di berbagai negara dan budaya. Salah satu yang paling terkenal adalah tradisi yang memperbolehkan wanita untuk melamar pria pada leap day, yang berasal dari Irlandia pada abad ke-5.

Menurut legenda, Santa Brigid meminta Santa Patrick untuk memberikan kesempatan bagi wanita yang ingin menikah tapi belum dilamar oleh pria. Santa Patrick pun menyetujui permintaan itu dan menetapkan bahwa wanita boleh melamar pria pada leap day.

Jika pria menolak lamaran wanita, maka ia harus memberikan hadiah berupa cincin, uang, atau gaun kepada wanita tersebut. Tradisi ini kemudian menyebar ke Skotlandia, Inggris, dan Amerika Serikat, dan sering dijadikan tema film atau cerita romantis.

Selain itu, ada juga tradisi yang berkaitan dengan keberuntungan dan nasib pada leap day. Di Yunani, diyakini bahwa menikah pada tahun kabisat adalah pertanda buruk, dan banyak pasangan yang menghindari menikah pada tahun tersebut.

Di Italia, ada pepatah yang mengatakan "anno bisesto, anno funesto", yang berarti "tahun kabisat, tahun sial". Di Taiwan, ada kepercayaan bahwa orang tua lebih rentan sakit atau meninggal pada tahun kabisat, sehingga anak-anak harus lebih sering mengunjungi dan merawat orang tua mereka pada tahun tersebut.




(tya/tey)


Hide Ads