Erni (42) berbagi kisah soal manfaat layanan publik berbasis digital yang diterapkan Pemkot Bandung. Warga Lengkong ini menyematkan aplikasi Bandung Sadayana di ponselnya.
Dia mengetahui aplikasi tersebut saat akan melihat situasi arus lalu lintas di Kota Bandung. "Saya install (aplikasi Bandung Sadayana), ya sebelumnya kan saya lihat dari sosial media saja pantauan kemacetan. Tapi kan nggak update ya," ucap Erni kepada detikJabar, belum lama ini.
"Sampai akhirnya, saya lihat Instagram ATCS itu. Saya juga mau pantau, ya saya install (Bandung Sadayana). Jadi sekarang kalau mau berangkat, bisa lihat dulu titik yang mau dilewati macet nggak sih. Terus di sini (fitur aplikasi) ternyata banyak juga layanan lainnya, jadi bisa dipakai kalau butuh," tutur Erni yang juga merupakan pedagang di Lengkong Culinary.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Raup (25), warga Kota Bandung lainnya, ikut mengunduh aplikasi Bandung Sadayana. Raup menggunakan aplikasi ini untuk melihat rute Teman Bus atau Trans Metro Pasundan (TMP). Teman Bus Bandung memiliki total 85 unit dengan rute layanan di 5 Koridor.
"Iya kan nggak punya kendaraan pribadi, tapi kerja di kota. Kalau pergi-pergi di kota gitu misalnya itu naik TMP. Lumayan sering lah gitu, tapi nggak hapal-hapal rutenya. Pernah dikasih tahu sopirnya ada aplikasi ini, ya saya install. Kalau mau lihat tinggal ke sini (aplikasi Bandung Sadayana), kadang mau lihat vaksin juga coba lihat ke sini dulu," ujar Raup.
Cerita serupa diungkapkan Sri (21). Dia merasa terbantu dengan salah satu aplikasi bernama Salaman (Selesai Dalam Genggaman) saat akan mengurus keterangan Penduduk Non Permanen. Aplikasi Salaman ini digulirkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Bandung.
"Jadi kan kerja di Bandung, tinggalnya di sini juga di Pasirkoja. Saya kan aslinya Nagreg (Kabupaten Bandung). Terus diminta sama RT coba urus dulu, ya sudah jadi diminta install dan ternyata gampang, tinggal upload saja gitu," ujar Sri.
Dia semula sempat ragu karena merasa tak punya waktu untuk mengurus surat kependudukan. "Iya kirain harus datang langsung, kan saya harus jaga bantu-bantu di sini. Nggak bisa ditinggal. Ternyata (pengurusan dokumen kependudukan) bisa lewat HP (handphone)," ucap Sri yang berprofesi sebagai Asisten Rumah Tangga (ART).
Soal kemudahan membuat dokumen kependudukan via aplikasi Salaman itu diungkapkan juga oleh Euis (40). Dia mengetahui aplikasi tersebut dari ketua rukun warga (RW) di tempat tinggalnya.
"Kan saya mau urus akta kelahiran anak. Dulu waktu anak yang pertama belum tahu ada aplikasi Salaman. Nah terus dibilang sama pak RW, bisa urus sendiri akta kelahirannya. Awalnya sih sempat gagal karena foto dokumen kurang jelas, terus bisa setelah (pengambilan fotonya) butuh cahaya yang terang gitu," ucap Euis.
Bandung Sadayana
Akses internet yang mumpuni di Kota Bandung memudahkan warganya beraktivitas dan berinteraksi melalui ruang digital dengan beragam platform. Sekadar diketahui, jumlah penduduk Kota Bandung pada tahun 2021 mencapai 2.500.965 jiwa. Survei dilakukan APJII mencatat pengguna aktif internet di Kota Bandung jumlahnya 2.130.822 jiwa atau 85,2 persen dari total populasi penduduk Kota Bandung.
Kota Bandung jadi salah satu kota yang gerak cepat melakoni transformasi digital dalam bidang pelayanan publik. Caranya dengan menciptakan sejumlah aplikasi guna memudahkan layanan bagi warga.
Pada tahun 2013-2018, Pemkot Bandung mulai menggaungkan program Bandung Smart City. Program ini memberikan layanan berbasis online yang diharapkan memudahkan para warga dalam mengurus dokumen kependudukan, bayar pajak, lapor kondisi darurat, dan info bagi para pencari kerja.
Berbagai sumber daya kota bisa diketahui secara efektif dan efisien, serta mengurus administrasi seperti dokumen dan lainnya bisa hanya dari rumah. Bahkan warga juga bisa mengetahui kondisi kemacetan, lokasi taman kota yang membuka akses internet gratis, angkutan kota, pengelolaan sampah dan lainnya.
Semua aplikasi layanan masyarakat, terintegrasi dalam satu aplikasi Bandung Sadayana atau melalui laman https://smartcity.bandung.go.id. Aplikasi tersebut menjadi pelayanan satu pintu untuk mengakses beragam layanan online yang disediakan semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Bandung.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kadiskominfo) Kota Bandung Yayan Ahmad Brilyana menjelaskan aplikasi Bandung Sadayana telah menggunakan lima fitur teknologi yang mampu membantu pelayanan setiap OPD kepada masyarakat.
"Kami ingin memberikan kemudahan kepada masyarakat yang merasa bingung dengan banyak layanan digital, sehingga kami integrasikan dan jadikan satu platform kolaborasi di Bandung Sadayana, karena Bandung Kota Kolaborasi," kata kata Yayan pada detikJabar.
![]() |
Menurut Yayan, pengguna Bandung Sadayana saat ini sudah menembus 10 ribu. "Para warga bisa memanfaatkan aplikasi melalui lima fitur utamanya yaitu chatbot, event, forum, form, dan SSO," ucapnya.
Pemkot Bandung, kata Yayan, serius soal upaya mendigitalisasi layanan publik. Tiap OPD diminta untuk selalu menjaga agar aplikasinya real time.
"Kami jaga, harus ada kesinambungan antar stakeholder dan OPD terkait. Kami membangun kebijakan satu data dan berbagi data Kota Bandung. Selain itu, dalam ekosistem platform Bandung Sadayana, secara infrastrukturnya telah di-support Google Cloud. Sehingga secara teknologi, kami telah standardisasi dengan teknologi saat ini," tutur Yayan.
Bicara soal digitalisasi memang tak bisa dipandang sepele. Sebab, teknologi kadang punya keterbatasan seperti kesalahan dan kendala lainnya yang tak bisa diprediksi. Yayan mengakui hal tersebut. Menurutnya, memang perlu proses untuk menjaga semua fitur bisa digunakan optimal.
"Ada salah satu fitur kami itu chatbot, di-support oleh teknologi dari perusahaan Amerika. Namun tentunya chatbot harus terus di-update kontennya agar bisa semakin pintar menjawab berbagai layanan dan pertanyaan masyarakat. Pengumpulan konten ke dalam satu database ini masih on process, yang jadi kendala agar nanti cara memanfaatkannya bisa maksimal dirasakan oleh masyarakat," ujar Yayan.
Tidak Perlu Antre
Pemkot Bandung mengklaim layanan paling banyak digunakan masyarakat yakni aplikasi 'Salaman' yang diluncurkan pada 5 September 2022. Jenis layanannya beragam. Antara lain layanan Kutipan Akta Kelahiran, Kartu Identitas Anak (KIA), Kutipan Akta Kematian, serta Kepengurusan Data Kependudukan.
"Melalui layanan ini, masyarakat bisa mengurus dari rumah sehingga tidak perlu antre atau datang ke kantor Disdukcapil. Hingga saat ini, tercatat ada 248.391 pengguna yang sudah menggunakan layanan digital kami," kata Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Kadisdukcapil) Kota Bandung Tatang Muhtar.
![]() |
Menurut Tatang, layanan dengan permohonan paling banyak adalah Kutipan Akta Kelahiran dengan jumlah 66.766 (28%) dari total pengajuan sebanyak 235.755. Tatang memastikan pihaknya betul-betul memperhatikan integrasi data dalam aplikasi Salaman, yang dirasa mampu mempermudah masyarakat dan tentunya tak membuat antrean kepengurusan dokumen semakin mengular.
"Jadi kami juga terus berupaya dalam mensosialisasikan semua aplikasi tersebut melalui media cetak yang ditempatkan di semua titik lokasi pelayanan, media sosial, beberapa saluran radio, hingga terjun ke lapangan untuk mensosialisasikan langsung kepada pengurus RT-RW setempat," ujarnya.
"Tapi tak cuma itu, kita juga harus melakukan optimalisasi, baik pada hardware maupun software, agar terus ditingkatkan dan dilakukan maintenance. Sehingga aplikasi tersebut bisa maksimal dan tentunya untuk menjaga stabilitas dan integrasi dari aplikasi tersebut," tutur Tatang mengakhiri wawancara dengan detikJabar.
Berkat pelayanan publik berbasis digital, Kota Bandung mendapat sederet prestasi. Sejumlah torehan positif yang diraih Pemkot Bandung yaitu:
- Top 99 Inovasi Pelayanan Publik (2018)
- Penghargaan dari Kemenpan RB kepada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTS) dengan Kategori Pelayanan Prima (2020)
- Eden Strategy Institute pada 2021 merilis data Top 50 Smart City Government Rankings. Dari 230 kota besar di dunia, Bandung berada di peringkat 28.
- Pelayanan Publik Terbaik (2022)
- Penghargaan kota dengan predikat kepatuhan tinggi dalam standar pelayanan publik oleh Ombudsman (2022)
- Kota Terbaik dari 100 Smart City di Indonesia berdasarkan hasil evaluasi dari Kemenkominfo RI (2022)