Sendal Kelom Cantik dan Elegan Karya Perajin Sumedang

Sendal Kelom Cantik dan Elegan Karya Perajin Sumedang

Nur Azis - detikJabar
Minggu, 14 Mei 2023 20:00 WIB
Sendal kelom cantik dan elegan dari Sumedang.
Sendal kelom cantik dan elegan dari Sumedang. (Foto: Nur Azis/ detikJabar)
Sumedang -

Kelom atau sandal perempuan ber-hak tinggi berbahan kayu menjadi salah satu kerajinan andalan yang dibuat oleh warga satu ini. Lewat tangan dinginnya, kelom yang berkesan jadul menjadi tampil lebih elegan dan berkelas.

Dia adalah Asep Burhan (40), Warga Desa Cibeusi, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Usahanya tersebut pun mulai dirintisnya kembali setelah porak poranda akibat dihantam pandemi Covid19.

Beragam jenis sandal kayu dilukisnya begitu cantik dengan mengangkat motif-motif batik daerah dan beberapa di antaranya bermotifkan tribal ala negara Afrika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asep mengungkapkan, kerajinan kayu sudah menjadi tradisi di kampungnya dari sejak zaman Hindia Belanda.

"Kerajinan kayu itu sebenarnya sudah ada dari sejak zaman Belanda di kampung saya itu cuma kalau dulu itu kerajinan kayunya buat-buat patung seperti patung asmat dan patung daerah lainnya," ungkap Asep saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Namun untuk kerajinan kelom geulis sendiri atau sebutan kerajinan kelom tersebut, sambung Asep, keluarganya memulai dari sekitar tahun 2004.

"Jadi awalnya, saat itu ada namanya ibu Maria dia itu meminta dibuatkan kelom untuk dikirim ke Jepang, pesanan itu jumlahnya adalah satu kontainer. Namun saat itu bahan termasuk cat semua dari dia, jadi saya dan keluarga saat itu cuma melukis saja," terangnya.

Sendal kelom cantik dan elegan dari Sumedang.Sendal kelom cantik dan elegan dari Sumedang. Foto: Nur Azis

Asep kala itu hanya diminta melukis dengan dua motif, yaitu motif bunga sakura dan motif bunga matahari. Pekerjaannya ini pun terhitung tidak begitu lama atau hanya berjalan dua hingga tiga tahunan.

Namun berbekal dari pengalamannya itu, ayah Asep bernama Dayat Supriatna yang kala itu masih memegang usahanya itu pun melanjutkannya.

Beragam kelom pun dibuatnya dengan mengangkat tema motif-motif batik khas daerah dan beberapa di antaranya bermotifkan tribal ala Afrika.

"Dari sana, ayah saya lalu melanjutkan usaha kelom ini dengan motif-motif batik daerah dan bahan-bahannya dari mulai kayu dan bahan lainnya berasal dari sekitaran Sumedang dan Bandung Raya, kalau dulu itu bahannya berasal dari Tasikmalaya," ujarnya.

Sebelum ayahnya meninggal pada 2022, kata Asep, produk kerajinan kelom ayahnya pernah laris manis mengisi pangsa pasar lokal. Bahkan beberapa di antaranya ada yang sudah diekspor ke negara Cina, Jepang dan India.

"Kalau saat masih dipegang sama bapak, itu kalau ada pameran-pameran di daerah, kerajinan kelom ini cukup laku sekali, bahkan kerajinan kelom ini itu dulu itu sempat mengisi di sejumlah tenant di lokasi wisata di Bandung Raya," paparnya.

Asep menyebut, dengan mengangkat karakter daerah, kelom yang dibuat keluarganya itu biasanya digunakan perempuan yang peruntukannya pada saat menghadiri acara resmi atau spesial.

Namun sayang, kejayaan kerajinannya itu harus carut marut akibat datangnya pandemi Covid19. Bahkan saat itu tidak hanya menimpa usaha keluarganya saja namun juga menimpa warga kampungnya yang dikenal sebagai sentra perajin ukiran kayu.

"Pas datang covid19 semua usahakan mati, dari mulai tempat wisata dan sektor lainnya dan itu berimbas juga ke usaha keluarga kami, bahkan di kampung saya sekarang perajin ukiran kayu yang tersisa hanya tinggal 10 persen saja," paparnya.

Kini lewat kepiawaiannya dalam seni ukir kayu, Asep pun mulai meniti kembali puing-puing usaha peninggalan ayahnya tersebut. Seperti saat detikJabar temui di salah satu tenant pameran pada salah satu acara ulang tahun ke-445 Sumedang.

Di sana, Asep memajangkan beragam jenis kelom dan sandal kayu biasa dari hasil kreasinya. Selain itu, ia pun memajangkan beragam seni ukiran kayu seperti di antaranya patung harimau, patung abstrak dan ukiran kayu lainnya.

Sendal kelom cantik dan elegan dari Sumedang.Sendal kelom cantik dan elegan dari Sumedang. Foto: Nur Azis

Satu pasang kelom dihargainya Rp150.000. Sementara untuk bentuk sandal biasa dikisaran harga Rp70.000 - Rp80.000.

"Kalau untuk seni ukiran kayu lainnya itu harganya yang paling murah dari mulai Rp50.000 sampai Rp2.500.000," terangnya.

Asep berharap kerajinan kayu yang diusungnya bisa bergeliat kembali seperti semula. Ia pun berharap kepada pemerintah bisa kembali menghidupkan kampungnya yang dikenal sebagai sentra para perajin kayu.

"Harapan saya pemerintah bisa menghidupkan kembali kampung saya yang dari dulu dikenal sebagai kampung perajin kayu, sebab sekarang ini kondisinya mengkhawatirkan, kalau dulu rata-rata sebagai perajin, kini yang tersisa paling hanya tinggal 10 persen," terangnya.




(tya/tey)


Hide Ads