Asa Penyandang Disabilitas Cimahi Berteman dengan Ladang

Asa Penyandang Disabilitas Cimahi Berteman dengan Ladang

Whisnu Pradana - detikJabar
Sabtu, 11 Feb 2023 11:00 WIB
Para petani Tuman Tumbuh Mandiri di Kota Cimahi
Para petani 'Tuman' Tumbuh Mandiri di Kota Cimahi (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Cimahi -

Beberapa orang nampak serius menggarap lahan pertanian yang ada di tengah-tengah Kota Cimahi. Berdampingan dengan kantor pemerintahan.

Tak ada yang berbeda dengan penampilan fisik mereka. Empat sampai lima orang perempuan berkerudung tekun mencabuti gulma. Sebagian lagi kaum pria sibuk mencangkul lahan yang sebagiannya sudah ditanami bibit sayuran.

Tapi seketika mata tertuju pada dua orang pria yang menggunakan tongkat kruk atau tongkat ketiak yang lumrah dipakai disabilitas untuk membantu mereka berjalan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua pria itu terampil menggunakan cangkul. Pemandangan yang semestinya mampu mengusik orang-orang berfisik normal namun berpangku tangan dan berharap keajaiban datangnya rezeki tanpa berusaha.

Namanya Permana Dwi Cahya. Pria bersahaja yang didapuk menjadi Ketua Kelompok Tani Tumbuh Mandiri. Sebuah kelompok yang mewadahi disabilitas di Kota Cimahi menggeluti dunia bercocok tanam.

ADVERTISEMENT

Senin (6/2/2023) siang, di bawah mendung dan embusan angin kencang, mereka melakoni aktivitas rutin mengurus lahan perkebunan seluas 5000 meter persegi. Tempatnya cukup tersembunyi, di balik deretan ruko dan lapak penjualan tanaman di Jalan Demang Hardjakusumah, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi.

"Ya seperti biasa, hari ini kita menggarap lahan perkebunan. Kebetulan sedang menanam pohon cabai," kata Permana membuka perbincangan dengan detikJabar.

Para petani 'Tuman' Tumbuh Mandiri di Kota CimahiPara petani 'Tuman' Tumbuh Mandiri di Kota Cimahi Foto: Whisnu Pradana/detikJabar

Hari itu Permana rada necis. Ia berkebun namun mengenakan kemeja berwarna biru muda. Tak lupa topi bertengger di kepala. Padahal siang itu sama sekali tak ada cahaya matahari menyembul di antara rapatnya awan mendung.

Pria 31 tahun itu bercerita, kelompok tani 'Tuman' atau singkatan dari Tumbuh Mandiri, lahir sejak awal 2020. Berangkat dari keyakinan seorang profesor yang sudah lama peduli pada ia dan disabilitas lainnya, kalau disabilitas juga bisa produktif di sektor perkebunan.

"Awal mulanya kita bekerjasama dengan seorang profesor yang ingin memberdayakan dan peduli dengan disabilitas. Dari situ kita tergerak untuk bertani dan berkebun, karena kita juga yakin kalau disabilitas itu mampu. Alhamdulillah sampai sekarang jalan," kata Permana.

Profesor itu juga yang meminjamkan lahan bagi Permana dan teman-temannya untuk digarap. Hampir tiga tahun berjalan, Permana sudah merasakan beberapa kali panen hasil berkebun.

"Alhamdulillah kalau hasil sudah banyak. Kita sudah panen kacang, bonteng (timun), ubi, timun suri, jagung. Untuk jagung kita lihat momen, kemarin kan tahun baru. Nah kita tanam 3 bulan sebelumnya. Jadi pas tahun baru itu panen jadi bisa terjual," ujar Permana.

Permana juga memegang peran penting, yakni merangkap sebagai marketing. Ia memasarkan produk perkebunan para disabilitas itu. Beruntung, ia sudah punya sasaran jelas untuk menjajakan produknya.

"Kalau penjualan kebetulan saya merangkap marketing. Tapi alhamdulillah sudah ada pasarnya. Kadang ke pasar, tapi lebih bagus ke end user. Kalau ke pasar kan ada tengkulaknya," tutur Permana.

Sempat Terkendala Komunikasi

Saat ini ada 26 orang penyandang disabilitas yang ambil bagian dalam aktivitas berkebun di lahan tersebut. Ada penyandang tuna grahita, tuna rungu, serta tuna daksa seperti ia dan seorang rekannya.

"Kita bagi-bagi tugas. Jadi yang tuna grahita itu bersih-bersih gulma, lahan, sama merawat tanaman. Nah mereka nggak terlalu berat. Kalau yang lain terlibat semua, dari menanam, merawat, dan panen," kata Permana.

Permana berbagi kisah saat ia dan teman-temannya penyandang tuna rungu sempat terkendala satu sama lain saat berkomunikasi. Sebab mereka yang menyandang tuna rungu, punya cara khusus untuk berkomunikasi yakni dengan bahasa isyarat.

"Tentu ada kendala antar sesama disabilitas dengan komunikasi yang berbeda. Tapi alhamdulillah, seiring berjalannya waktu dan seringnya kita bersama-sama, jadi komunikasi itu terjalin dengan sendirinya," tutur Permana.

Para petani 'Tuman' Tumbuh Mandiri di Kota CimahiPara petani 'Tuman' Tumbuh Mandiri di Kota Cimahi Foto: Whisnu Pradana/detikJabar

Misalnya, ia kini tak harus berteriak-teriak lagi saat mengobrol dengan penyandang tuna rungu. Apalagi ia terbantu dengan pelatihan khusus bahasa isyarat dari Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kota Cimahi.

"Dan manfaatnya terasa sampai sekarang. Jadi nggak usah seperti dulu teriak-teriak, sekarang tinggal lambaikan tangan ke tuna rungu nah mereka juga sudah mengerti," kata Permana.

Penyandang tuna rungu yang jadi salah satu petani disabilitas di kelompok tersebut yakni Nia. Perempuan cantik berkacamata itu sempat berkomunikasi dengan detikJabar. Menggunakan bahasa isyarat, ia mengenalkan diri.

"Nama saya Nia. Terima kasih sudah mau datang ke kebun ini," kata Nia dengan bahasa isyarat, sementara Permana mencoba menerjemahkan bahasa isyarat tersebut.

Ia terus berkomunikasi menjelaskan bahwa ia semangat berkebun di tempat itu. Sebab hasilnya bisa dijual lagi untuk kebutuhannya. Nia sendiri tak punya profesi lain, ia hanya seorang ibu rumah tangga.

"Tetap semangat kerja di sini dengan disabilitas yang lain. Ia mengaku merasa senang bisa berkebun," kata Nia dengan senyum merekah di wajah.

Terakhir, ia mengajarkan detikJabar bagaimana cara mengucap terima kasih dan sama-sama menggunakan bahasa isyarat.

(yum/yum)


Hide Ads