Pemerintah Kabupaten Indramayu menurunkan angka stunting di tahun 2022 ke angka 14,4% dari sebelumnya 29,9% di tahun 2019. Bupati Indramayu Nina Agustina Da'i Bachtiar mengungkapkan percepatan penurunan stunting menjadi konsen serius yang dilakukan Pemkab Indramayu.
Menurut Nina, perhatian terhadap stunting atau gagal tumbuh kembang anak akibat kekurangan gizi ini dilakukan bersama sejumlah kepala perangkat daerah melalui berbagai program dan inovasi. Tujuannya yakni menciptakan generasi yang unggul dan berdaya saing.
Nina mengatakan hal ini sesuai amanat Presiden RI Joko Widodo yang meminta pemerintah daerah memberikan penanganan stunting yang lebih baik. Dalam Rakornas Kepala Daerah dan Forkopimda tahun 2023, Jokowi mengatakan tujuan penanganan stunting diharap membantu pemerintah mengoptimalkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) serta menikmati periode bonus demografi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nina yang mengikuti Rakornas di Sentul International Convention Centre, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini pun mengungkap ragam inovasi yang dilakukan pihaknya dalam mengurangi angka stunting. Salah satunya Inovasi Gerakan Penurunan Stunting Indramayu Terpadu (Gesit) yang terdiri dari unsur kesehatan, kecamatan, desa, hingga Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK).
Ia pun berterima kasih dan mengapresiasi semua pihak yang telah berhasil menurunkan angka stunting di Indramayu.
"Terima kasih banyak untuk semuanya. Apresiasinya ini untuk Indramayu atas keberhasilan penurunan stunting hingga mencapai angka 14,4%," kata Nina dalam keterangan tertulis, Selasa (17/1/2023).
Nina menambahkan dirinya akan memantau secara langsung perkembangan penurunan angka stunting di Kabupaten Indramayu menggunakan berbagai komponen yang menjadi satu kesatuan sistem aplikasi.
"Dengan sebuah aplikasi, kini dapat secara langsung memonitor langsung kasus stunting di Kabupaten Indramayu. Ini terwujud berkat kerja sama yang dilakukan antara eksekutif, legislatif, dan juga unsur-unsur posyandu dan PKK," tambahnya.
Selain itu, Pemkab Indramayu telah menggerakkan program Jum'at Berkah berupa pemberian santunan untuk keluarga kurang mampu. Nina juga menggagas program gerakan orang tua asuh balita stunting.
Ia menjelaskan program gerakan orang tua asuh balita stunting ini melibatkan para pejabat setingkat eselon II, III, IV. Para pejabat di lingkungan Pemkab Indramayu diminta menjadi orang tua asuh anak stunting dengan memberikan bantuan makanan tambahan bergizi kepada balita yang terindikasi stunting.
Selain itu, Nina memerintahkan camat dan kuwu untuk memanfaatkan lahan pekarangan sebagai pusat pangan (Puspa). Lahan pekarangan kecamatan dan desa disulap menjadi kebun aneka tanaman pangan dan juga tempat pemeliharaan ikan.
Ia berharap program Puspa dapat diikuti oleh seluruh masyarakat agar dapat memenuhi sebagian kebutuhan pangan secara mandiri. Menurutnya, program ini secara tidak langsung dapat mengurangi inflasi daerah karena masyarakat dapat memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya tanpa harus membeli.
Nina juga mengimbau masyarakat memelihara ikan konsumsi di lahan pekarangan. Hal ini bertujuan menggemarkan masyarakat untuk makan ikan setiap hari karena ikan memiliki gizi yang sangat baik untuk tumbuh kembang anak agar terhindar dari stunting.
Melalui berbagai inovasi tersebut, Nina mengungkapkan Kabupaten Indramayu didapuk sebagai daerah paling inovatif dalam pelaksanaan aksi konvergensi penurunan stunting tahun 2021.
Sebagai informasi, angka stunting di Kabupaten Indramayu sebelum tahun 2021 adalah 29,19 persen. Kemudian, hasil survei kasus gizi balita versi Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) sampai akhir tahun 2021 mencatat angka stunting menurun drastis di angka 14,4 persen.
Nina menegaskan pihaknya akan terus melakukan terobosan program menuju Indramayu Zero Stunting. Untuk itu, ia berharap seluruh pihak termasuk masyarakat berkomitmen dan berupaya menurunkan angka stunting.
Komitmen Penanganan Stunting dari Berbagai Pihak
Melihat kendala tersebut, dr. Deden berharap adanya peningkatan koordinasi antara pemerintah daerah, desa, dan unsur masyarakat. Pihaknya pun membangun sistem manajemen data dan memaksimalkan pemanfaatan dana APBD, Dana desa, dan Dana Alokasi khusus.
Selain itu, dilakukan peningkatan kualitas layanan, pemantauan dan evaluasi, serta akselerasi program dan kegiatan. Pemerintah Kabupaten Indramayu dan lembaga non pemerintah serta masyarakat menyepakati program dan kegiatan dengan prioritas kelompok sasaran berada di desa sebagai prioritas pencegahan dan penanggulangan stunting Kabupaten Indramayu.
Menurutnya, stunting dapat menjadi salah satu indikator rendahnya kualitas SDM yang berpengaruh terhadap produktivitas dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Oleh karena itu, pencegahan dan penanggulangan stunting dinilai penting dan harus dioptimalkan.
"Kita harus berkomitmen dalam pencegahan stunting dan siap mendukung maupun menyukseskan setiap program serta kegiatan dalam rangka pencegahan dan penurunan stunting secara terintegrasi di Kabupaten Indramayu," tegas dr. Deden.
Adapun salah satu upaya yang dilakukan ialah program Gerakan Penurunan Stunting Indramayu Terpadu (GESIT). Artinya seluruh perangkat daerah dan seluruh stakeholder di Kabupaten Indramayu terlibat dalam integrasi penurunan angka stunting.
Sementara itu, Kepala Diskominfo Indramayu, Aan Hendrajana mengatakan program Pemkab Indramayu dalam rangka penurunan stunting sudah disosialisasikan melalui seluruh kanal yang dimiliki Diskominfo Indramayu.
Ia menjabarkan program Gemarikan (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan) yang dimiliki Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Kabupaten Indramayu, serta Budi Daya Ikan dalam Ember (Budikdamber) Ikan Lele sebagai upaya memenuhi kebutuhan gizi anak.
"Kami melalui jejaring yang dimiliki telah menyosialisasikan berbagai program kegiatan dan pemberitaan kepada publik terkait dengan diseminasi informasi pencegahan stunting," jelas Aan.
Aan mengungkapkan dalam satu tahun terakhir, Kabupaten Indramayu dinilai berhasil melaksanakan 8 aksi konvergensi stunting. Aksi Konvergensi Stunting merupakan intervensi yang dilakukan secara terkoordinasi, terpadu, dan bersama-sama menyasar kelompok sasaran prioritas untuk mencegah stunting.
Simak Video "Video BKKBN: 8,6 Juta Keluarga di RI Berisiko Stunting"
[Gambas:Video 20detik]
(prf/ega)