Cerita Yadi Pernah Angkat Sampah di Cikapundung hingga 1,5 Ton

Cerita Yadi Pernah Angkat Sampah di Cikapundung hingga 1,5 Ton

Rifat Alhamidi - detikJabar
Minggu, 15 Jan 2023 15:00 WIB
Yadi sang penjaga Sungai Cikapundung.
Yadi sang penjaga Sungai Cikapundung (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar).
Bandung -

Sungai Cikapundung tak bisa dilepaskan dari aktivitas warga Kota Bandung. Sungai sepanjang 28 kilometer sudah sejak lama berdampingan dengan kehidupan warga mulai dari aktivitas sanitasi hingga pemanfaatannya untuk kehidupan sehari-hari.

Namun, pada medio tahun 2000-an, kondisi Sungai Cikapundung sudah berubah signifikan. Sudah sedikit warga yang memanfaatkan Sungai Cikapundung untuk kebutuhan sehari-hari mulai dari tempat pemandian, hingga aktivitas berenang anak-anak sembari bermain di sungai.

Kondisi itu lah yang membuat Yadi Supriyadi tergerak menjaga Sungai Cikapundung. Bersama komunitasnya, Yadi sudah 14 tahun konsisten melakukan aksi pembersihan sungai mulai dari hulu, tengah hingga hilir Sungai Cikapundung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yadi pun masih ingat betul satu pengalamannya saat melakukan aksi pengangkatan sampah dari Sungai Cikapundung. Itu terjadi pada 2019, di mana 1,5 ton sampah berhasil diangkat dari sungai yang memakan waktu hingga 4 hari lamanya.

"Itu tahun 2019 kalau nggak salah, barengan sama DLHK Provinsi Jawa Barat turunnya. Jadi malamnya kebetulan habis hujan deras. Debit air jadi naik, terus sampah hampir semua masuk ke hilir sungai," kata Yadi saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Pengangkutan sampah dilakukan melalui teknik penyisiran dari hulu sungai. Sampah-sampah itu kemudian dialirkan hingga ke area hilir di wilayah Bojongsong, Kabupaten Bandung, sebelum diangkut menggunakan alat berat.

Setelah diangkat, total 1,5 ton dikumpulkan pada operasi pembersihan tersebut. Sebanyak 30 relawan ikut terlibat yang dibagi menjadi 2 kelompok. Bagi Yadi, operasi ini pun menjadi rekor pengangkatan sampah yang pernah ia lakukan waktu itu.

"Jadi dari hulu, kita sisir sampahnya terus dilairkan sampai ke bawah. Sampai di Bojongsoang, itu kan ada jembatan penghalau sampah yang mau masuk ke Citarum. Di situ kita angkut sampahnya, terkumpul itu 1,5 ton," ungkapnya.

Sebelum aksi ini, Yadi dan komunitasnya juga pernah menggelar kegiatan dengan mengajak masyarakat masuk ke Sungai Cikapundung pada 2011. Berbagai aktivitas lalu dilakukan mulai dari pembersihan sampah, berenang di sungai hingga menjajal rafting menyusuri Cikapundung.

Kegiatan tahun itu juga membekas di benak Yadi. Pasalnya, selain membuat warga Kota Bandung bernostalgia kembali dengan Sungai Cikapundung, kegiatan itu juga berhasil memecahkan rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

"Itu kita lakukan kegiatan yang sifatnya global, seluruh warga Kota Bandung turun ke sungai dengan terfasilitasi ban bekas membersihkan sungai. Sampai nyetak rekor MURI waktu itu. Akhirnya kan membekas, banyak warga ingin melakukan lagi, pengen beraktivitas lagi ke sungai," kata Yadi.

Meski sekarang sudah tak ada lagi aktivitas edukasi serupa, Yadi dan komunitasnya masih tetap konsisten menjaga kelestarian Sungai Cikapundung. Sepekan sekali, Yadi dan beberapa relawan sungai kerap turun ke Cikapundung untuk membersihkan sampah dari wilayah hulu, tengah hingga ke hilir.

Tak hanya itu saja, Yadi juga turut berkolaborasi dengan pemerintah daerah dalam melestarikan Sungai Cikapundung. Selain ikut mendampingi pembentukan komunitas lokal penjaga sungai di sepanjang aliran Cikapundung, beberapa proyek edukasi sungai juga ikut lahir dari buah pemikiran Yadi beserta komunitas tersebut di beberapa tempat.

"Banyak, itu awalnya digagas komunitas yang sekarang sudah diadopsi sama pemkot. Nah kalau enggak ada pergerakan masyarakat sekitarnya seperti itu, enggak akan jadi pemkot juga, termasuk provinsi ngebangun beberapa proyek edukasi sungai," pungkasnya.

(ral/mso)


Hide Ads