Kisah Martheen, Menembus Keterbatasan hingga Tour de Borobudur

Kisah Martheen, Menembus Keterbatasan hingga Tour de Borobudur

Rifat Alhamidi - detikJabar
Senin, 14 Nov 2022 05:01 WIB
Martheen, anak autis Bandung yang menembus Tour de Borobudur dengan karya lukisannya
Martheen, anak autis Bandung yang menembus Tour de Borobudur dengan karya lukisannya (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar).
Bandung -

Rasa bangga sedang menyelemuti hati Agustina. Pasalnya gambar karya anaknya Matthew Martheen Kurnia (15) digunakan sebagai desain official jersey para peserta Tour de Borobudur di Magelang, Jawa Tengah akhir pekan lalu.

Tina, begitu ia disapa, amat bangga dengan Martheen lantaran sang anak mampu memaksimalkan bakat yang dimilikinya. Padahal, meski sudah beranjak menjadi seorang remaja, Martheen sejak kecil sudah divonis oleh dokter mengalami autisme dengan skala ringan.

Saat ditemui detikJabar, rasa bangga itu masih terlihat di wajah Tina. Bagaimana tidak, lukisan sederhana dari Martheen berupa gambar Candi Borobudur dengan warna dominan biru dan merah muda, itu dibuat menjadi desain kolase yang terpampang dalam 2 jersey official event nasional tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gambar Martheen terpilih bersama lukisan 7 anak berkebutuhan khusus (ABK) lain yang mayoritas berasal dari PKBM Puspa Terang Nusantara, Kota Bandung. Tak hanya itu saja, lukisan Candi Borobudur Martheen juga dibuat secara khusus menjadi merchandise resmi Tour de Borobudur berupa kaos berwarna hitam dengan tulisan 'BOROBUDUR'.

"Tentunya seneng, bangga juga pastinya. Apalagi kan Martheen ini anaknya autis, tapi dia bisa memaksimalkan bakatnya sampe akhirnya mendapat penghargaan," kata Tina saat ditemui detikJabar di tempat sekolahnya Martheen di PKBM Puspa Terang Nusantara belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Kata Tina, bakat Martheen sebetulnya sudah terlihat sejak sejak kecil. Ia sering menumpahkan imajinasinya di tembok rumah dengan beberapa coretan-coretan dari spidol, cat maupun alat lain yang bisa digunakan Martheen sewaktu kecil.

Namun saat beranjak di umur 3 tahun, Tina dan mendiang suaminya curiga dengan tumbuh kembang Martheen. Sebab saat itu, Martheen kecil belum lancar berbicara dan hanya bisa mengeluarkan satu demi satu kata yang diucapkan secara terbata-bata.

Kecurigaan Tina dan mendiang suaminya pun ternyata betul adanya. Begitu Martheen dibawa ke RS Santosa, dokter mendiagnosa anaknya Tina itu mengidap autisme dengan skala ringan.

Meski telah mengetahui kenyataan tersebut, Tina tak patah arang. Baginya, Martheen harus bisa tumbuh sebagaimana anak-anak biasanya. Hingga akhirnya, Tina dan sang mendiang suami direkomendasikan supaya Martheen mengikuti terapi untuk membantu pertumbuhan sang anak.

"Pas tahu dia autis, saya dianjurin ikut terapi. Akhirnya dibawa ke terapi, dan setelah beberapa lama, itu ada perawatnya yang suka sama gambarnya si Martheen. Katanya gambarnya bagus, hidup, terus dianjurin ikut les gambar. Dari situ, bakat Martheen jadi keasah," ungkapnya.

Bakat Martheen kecil perlahan mulai diarahkan ke hobinya untuk menggambar. Tak hanya itu saja, mendiang ayahnya juga turut membantu bakat itu tersalurkan dengan membelikan Martheen sebuah papan tulis supaya sang anak bisa menumpahkan imajinasinya.

Lambat laun, bakat Martheen makin terasah. Pada umur 9 tahun, tepatnya pada 2016, Tina akhirnya memilih PKBM Puspa Terang Nusantara yang berlokasi Jl Dr Djunjunan, Cicendo, Kota Bandung, sebagai tempat membina akademik anaknya sekaligus memantapkan bakat yang dimiliki Martheen.

Di sana, bakat Martheen mulai terlihat. Dengan pola ajar dari PKBM Puspa Terang Nusantara, Martheen perlahan tak hanya bisa mewarnai gambar-gambarnya supaya hidup, namun juga mampu membuat sketsa dari imajinasi yang ia bayangkan.

"Martheen masuk di 2016, angkatan pertama di sini. Dulu kami masih belum tahu bakatnya menggambar, masih menggali. Baru di 2017 akhir sampe 2018 awal, ibunya bilang kalauMartheen suka menggambar. Dari situ kita tahu dan mulai mengarahkan bakatnya," kata KetuaPKBM Puspa Terang Nusantara TineSimanjuntak.

Beberapa tahun setelah bakat Martheen dan beberapa anak ABK lain diasah, PKBM Tine pada 2021 mendapat kerjasama dengan sebuah socialpreneur yang fokus menggarap urban sports apparel, Zoleka. Itu terjadi karena sang CEO Zoleka Irene Ridjab, tertarik begitu melihat lukisan-lukisan anak-anak PKBM yang bisa juga bernilai dari sisi ekonomi.

Setelah kerjasama itu diteken, Tine mulai fokus mengarahkan anak-anak asuhnya melalui workshop menggambar. Pada tahun itu, tema yang diangkat yakni tentang sampah dengan tujuan supaya anak-anak autis ini pun mampu berbicara banyak di lingkungan sosialnya.

"Akhirnya kami dari puspa masukin 8 orang anak, termasuk Martheen, ketika dilihat hasil gambarnya oke. Juli akhirnya lauching produknya, Zoleka yang kerjakan. Waktu itu tujuan kita, walaupun mereka ABK, tapi mereka bukan warga kelas bawah. Kasarnya mereka bukan sampah, karena mereka juga bisa berdaya, mereka juga bisa berkarya," ungkapnya.

Setelah projek itu rampung, rupanya animo yang diterima begitu besar. Kedelapan anak didik Tine kembali diminta untuk mulai menggarap projek desain Tour de Borobudur di tahun tersebut. Namun sayang, event nasional itu batal digelar karena pandemi COVID-19 yang belum mereda.

Namun meski gagal menggarap projek Tour de Borobudur edisi tahun 2021, Tine tetap mengasah bakat 8 anak didiknya dalam hal menggambar. Waktu itu, Tine punya trik jitu untuk memotivasi anak didinya, salah satunya Martheen, supaya terus bersemangat menuangkan imajinasi dalam menggambar.

"Seharusnya kan tahun lalu kita ikut TDB (Tour de Borobudur), tapi waktu itu masih belum jelas dan akhirnya batal ke sana. Waktu itu, Martheen kan udah kita push, karena masuk dalam program Zoleka. Tapi masalahnya, dia kadang suka bosenan kalau mau ngegambar. Akhirnya saya kasih motivasi, Martheen, kalau kamu menggambar, nanti kamu bisa dapet penghasilan. Dari situ dia semangat, karena mungkin yang ada di pikirannya saat itu dia pengen punya HP sendiri," ucap Tine menirukan kembali perbincangannya dengan Martheen kala itu.

"Karena anaknya juga mungkin punya motivasi, walaupun HP, bagi kita enggak apa-apa. Akhirnya begitu diarahkan, gambarnya semakin bagus. Jadi ketika kita nanya, Martheen mau gambar apa, dia sudah tahu apa yang mau dia gambar. Nanti dia cari sendiri refernsinya di internet. Terus sketsanya dia bikin sendiri, warnain sendiri, terus ditebelin juga sendiri. Karena secara teknis, dia masih inget semua," tambahnya.

Hingga akhirnya, waktu yang ditunggu pun tiba. April 2022, Tine kembali mendapat kepercayaan dari Zoleka untuk mengerjakan gambar dari karya anak-anak asuhnya yang rencananya bakal dipakai sebagai desain official Tour de Borobudur tersebut.

Projek itu pun mulai digarap. Dengan tema yang ditentukan, lahirnya sejumlah gambar yang salah satunya berupa lukisan Candi Borobudur berwarna biru dan merah muda dari hasil karya dari Martheen, sang anak autis tersebut.

Setelah diserahkan kepada Zoleka, Juni 2022, Tine mendapat kabar menggembirakan. Gambar 8 anak asuhnya itu diterima promotor Tour de Borobudur, bahkan mendapat apresiasi langsung dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Gambar-gambar itu kemudian digarap oleh Zoleka menjadi marchendise resmi Tour de Borobudur. Hasilnya, gambar tersebut dibuat menjadi kolase dan didesain untuk jersey official Tour de Borobudur. "Jadi desainnya dirapikan tim desain dari Zoleka. Pas dilihat, Pak Ganjar tertarik," katanya.

Lewat karya tersebut, 8 anak didik Tine mendapat undangan untuk datang langsung ke Magelang. Mereka juga diundang di acara Tour de Borobudur, yang nantinya bakal bertemu langsung dengan Ganjar di acara tersebut.

Kembali ke ibunya Martheen, Tina, begitu mendapat kabar tersebut, ia langsung mengabarkan kepada anaknya. Saat itu, Tina bilang kepada sang anak bahwa ia diundang datang ke Magelang dan bakal bertemu langsung dengan Ganjar.

Martheen yang memang bertipikal punya rasa penasaran cukup kuat, atau istilah kekiniannya kepo, langsung mencari refensi tentang Ganjar di media sosial. Setelah tahu siapa sosok Gubernur Jawa Tengah itu, rasa penasaran Martheen makin memuncak lantaran tak sabar ingin bertemu dengan Ganjar.

"Jadi pas dapat undangan itu, saya bilang ke si Martheen. Kamu nanti di sana bakal ketemu sama Pak Ganjar. Dia langsung browsing tuh, nyari-nyari di YouTube di TikTok. Seminggu sebelum berangkat, dia udah antusias banget pengen ketemu," kata Tina.

Puncaknya, saat sudah berada di venue Tour de Borobudur, Martheen pun bertatap muka langsung dengan Ganjar. Rasa penasarannya pun meledak-ledak, bahkan langsung memeluk Gubernur Jawa Tengah itu dengan erat lantaran sudah begitu antusias ingin bertemu dengan Ganjar.

"Ya itu, karena udah antusias anaknya juga, akhirnya pas ketemu, Pak Ganjar-nya langsung dipeluk-pelukin. Dan bagi saya memang ini menjadi kebanggaan, anak saya yang punya kekurangan, karyanya bisa diapresiasi bahkan dihargai begitu tinggi sama orang lain," tuturnya.

Mengkahiri perbincangan dengandetikJabar, Tina pun merasa bangga memiliki anak sepertiMartheen. Meskipun tumbuh dengan keterbatasan, Tina tak pernah lelah memberikan kasih sayang kepadaMartheen hingga melalui karyanya, sang anak bisa diakuikeberadaannya oleh orang lain.

Pertemuan Martheen dengan Ganjar

Anak autis asal Bandung itu bisa bertatap muka langsung dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, setelah karya lukisannya digunakan menjadi kolase gambar pada jersey resmi Tour de Borobudur akhir pekan lalu.

Pertemuan Martheen sang anak autis dari Bandung dengan Ganjar terjadi pada Minggu (6/11/2022). Martheen diundang bersama 7 anak berkebutuhan khusus (ABK) lainnya ke Magelang, setelah mendapat apresiasi atas karyanya hingga digunakan pada event nasional tersebut.

Antusias Martheen yang mau bertemu dengan Ganjar sudah terlihat sepekan sebelum ia berangkat ke Magelang. Kata Tina, ibunda Martheen, anaknya berulang kali menanyakan kapan bisa bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah tersebut.

"Jadi seminggu pas masih di Bandung, anaknya itu udah ngomong terus. Mah kapan ketemu sama Pak Ganjar, aku mau report Pak Ganjar, mah. Mungkin kalau kayak kita mah yah, aku mau yang disampaikan ke Pak Ganjar, gitu," kata Tina saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.

Waktu yang dinanti itu pun akhirnya tiba. Martheen dan Ganjar bertemu di Magelang. Kebetulan, Martheen diundang promotor Tour de Borobudur untuk menggambar bersama 7 ABK lain, dan hasilnya nanti akan dilihat secara langsung oleh Gubernur Jawa Tengah tersebut.

Saat Ganjar tiba di booth menggambar para anak berkebutuhan khusus, ia mulai menyalami satu per satu anak-anak yang tengah sibuk dengan kuas lukisannya. Tak ada hal yang aneh sebelum Ganjar tiba di mejanya Martheen, yang merupakan tempat duduk terakhir para ABK.

Ketika Martheen berjumpa dengan Ganjar, dengan polosnya, anak autis berumur 15 tahun ini tidak mengenali sang Gubernur Jawa Tengah. Masalahnya, saat itu Ganjar mengenakan topi Tour de Borobudur dan menutup ciri khas rambut putihnya.

Kepolosan Martheen sontak mengundang gelak tawa. Hingga akhirnya Ganjar membuka topi yang ia kenakan, rasa Bahagia Martheen meledak-ledak dan langsung memeluk Ganjar dengan eratnya. Momen keduanya itu juga turut Ganjar bagikan di unggahan Instagram resminya.

"Yang lebih diingat sama Martheen itu rambut Pak Ganjar. Jadi kalau anak-anak seperti ini, mereka punya kekakuan. Hanya mengenal objek yang mereka ingat itu saja. Nah mungkin sosoknya Pak Ganjar itu berambut putih di ingatannya Martheen," ungkap Tina.

Tina pun bangga anaknya yang autis bisa mendapat apresisasi langsung dari seorang Ganjar Pranowo. Sebab, kesempatan untuk bertemu langsung dengan Ganjar, bagi Tina, hanya bisa didapat segelintir orang. Dan anaknya, Martheen, menjadi anak yang bisa mendapatkan kesempat tersebut.

"Sata bangga tentunya. Apalagi kan Martheen ini anaknya autis, tapi dia bisa memaksimalkan bakatnya sampe akhirnya mendapat penghargaan," ujarnya.

Halaman 2 dari 3
(ral/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads