Alan sendiri merupakan warga dari Kampung Cijoged, Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Ia menjajaki dunia bisnis menjual hasil pemanfaatan dari serat daun nanas sejak tahun 2013.
Dirinya mengungkapkan, selain telah menembus berbagai daerah di Indonesia, hasil olahan serat daun nanas tersebut telah diekspor ke Jepang, Singapura, Malaysia, dan Jerman.
"Untuk pasar mancanegara, kami memenuhi pasar serat atau benang dari serat daun nanas. Sedangkan untuk pasar dalam negeri berupa kerajinan tangan, seperti kain, rompi, tas, dan lampu hias," ujar Alan kepada detikJabar belum lama ini.
Untuk ekspor ia mengirim sebanyak 1,2 ton serat ke Singapura pada Bulan Mei 2021 hingga Bulan April 2022. Meski demikian, untuk kiriman ke daerah lain serta ekspor terkendala karena tidak adanya pasar yang tetap dan rutin memesanan serat daun nanas tersebut.
"Kalau pasaran lokal paling mengirim ke Jakarta, Bandung, Surabaya paling maksimal 20 sampai 50 kilogram saja pemesanannya. Kalau ke luar negeri selain Singapur, kita juga pernah mengirim ke Malaysia, Jepang dan juga Jerman," katanya.
![]() |
Alan menjelaskan, untuk harga dalam bentuk seratnya ia menjual Rp 200 ribu per satu ikat dengan berat 1 kilogram. Sementara untuk pembelian benang ia jual dengan harga Rp 10 ribu per kilogram
"Untuk serat daun nanas dalam negeri kita menjual dari harga Rp 200 ribu itupun belum di sisir dan Rp 215 ribu itu yang sudah kami sisir. Kalau untuk bentuk gulungan benang kecil itu kita jual Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu. Sedangkan kalau kain itu yang lebar kita jual Rp 200 ribu sampai Rp 250 ribu per meternya. Tapi ada juga yang sesuai dengan pesanannya," tuturnya.
Saat ini Alan mengaku kewalahan dengan pesanan dari serat daun nanas. Pasalnya dalam setiap bulan ia mendapatkan permintaan pesanan sebanyak 1 ton dalam satu bulan. Sedangkan dirinya hanya mampu memproduksi 200-300 kilogram dalam satu bulannya.
"Mereka (pemesan) ada yang minta 1 ton per bulan tapi belum bisa karena kapasitas produksi mesin masih terbatas. Bahan baku banyak 1 hektare bisa 10-15 ton, sedangkan di subang ada 3.000 hektar lahan pertanian buah nanas," ungkapnya.
Di sisi lain, dari hasil pemanfaatnya daun nanas ini, Alan dinilai telah membuka lapangan pekerjaan bagi tetangganya. Salah seorang pekerja Imas Fitriani mengaku sangat terbantu dengan adanya produksi serat daun nanas di wilayah Kampung Cijoged tersebut.
"Allhamdulilah bisa sedikit menambah penghasilan saya. Kebetulan rumah saya di daerah sini juga, awalnya diberi dulu pembinaan dan pelatihan. Akhirnya bisa sampai sekarang," ungkap Imas. (orb/orb)