Kisah Abdul, Ingin Jadi Tahfiz Usai Penglihatannya Hilang gegara Diabetes

Hari Santri 2022

Kisah Abdul, Ingin Jadi Tahfiz Usai Penglihatannya Hilang gegara Diabetes

Bima Bagaskara - detikJabar
Sabtu, 22 Okt 2022 16:30 WIB
Semangat Abdul untuk jadi Tahfiz Quran.
Semangat Abdul untuk jadi Tahfiz Quran (Bima Bagaskara/detikJabar).
Bandung -

Kisah hidup seseorang pasti berbeda-beda. Ujian yang datang pun tak sama. Namun semua orang harus bisa menghadapi ujian tersebut dengan semangat dan optimisme tinggi. Hal itulah yang sedang dilalui Abdullah Abdul Jawad (28).

Abdul, sapaannya adalah santri di Pesantren Tahfiz Quran Tuna Netra Sam'an Darushudur, yang berlokasi di Cimenyan, Kabupaten Bandung. Ia satu dari 27 santri yang mengalami tunanetra dan sedang menimba ilmu di pesantren ini untuk menjadi seorang Tahfiz Quran.

Abdul memang merupakan santri yang baru di pesantren ini. Ia masuk pada Agustus 2022 kemarin. Kisah Abdul berawal saat ia lulus S1. Penyakit diabetes yang diidapnya mengakibatkan penglihatannya hilang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Baru bulan Agustus kemarin, dari Jakarta. Saya lahir di Mekah, 18 tahun di sana. Tahun 2013 pindah ke Jakarta. Tunanetra dari tahun 2020," kata Abdul.

"Saya diabetes, kemudian menyerang retina mata," ungkap dia.

ADVERTISEMENT

Divonis tak bisa melihat, Abdul tentunya merasa hancur. Mimpi-mimpi yang ia bangun selama ini seakan runtuh begitu saja. Dari situ, Abdul mulai sering mendengarkan ayat-ayat suci Al-Quran. Ia pun mulai berkeinginan untuk bisa menghafal Al-Quran.

"Saya lumayan down, pas saya lulus kuliah S1 dua bulan setelah wisuda saya operasi, malah jadi total (gabisa melihat). Saya denger Al-Quran itu tenang rasanya, nggak lama pengen menghafal. Makanya saya masuk sini," ujarnya.

Dari situ Abdul sadar, menjadi tunanetra bukan berarti hidupnya selesai. Hal itu kata dia merupakan salah satu ujian yang harus bisa dilalui.

"Bangkit jadi kita harus tawakal ke Allah, kuatin iman. Mungkin pas pertama saya bingung gak tau mau apa, gak lama sadar bukan saya satu-satunya di dunia yang tunanetra, hidup nggak berhenti di sini. Tunanetra ini tahap yang harus saya lewati, ujian," ucap Abdul.

Berada di Pesantren Tahfizh Quran Tuna Netra Sam'an Darushudur, Abdul merasa bersyukur. Ia bisa bertemu dengan teman-teman yang satu tujuan dengannya. Apalagi, di sini Abdul bisa mempelajari braille dan komputer.

Tidak hanya itu, Abdul juga merasa seperti orang-orang pada umumnya. Kegiatan yang pondok inklusi membuatnya nyaman karena bisa berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.

"Alhamdulillah asik, searah ya jadi sesuai pemahaman dan saling mengerti. Berbaur dengan masyarakat kayak menganggap nggak ada beda kita. Biasanya pas acara majelis taklim, pengajian dan kalau ada acara masyarakat 17 Agustus kita ikutan," ujar Abdul.

Mimpinya pun terbangun kembali. Setelah lulus nanti dan menjadi Tahfiz Quran, Abdul berencana melanjutkan kuliahnya ke jenjang S2. Ia pun ingin membahagiakan keluarganya di Jakarta.

"Mau lanjut S2 di jurusan tafsir," singkat Abdul.

(bba/mso)


Hide Ads