WSDK Indonesia, Ajak Perempuan Berani dan Bisa Berdaya

WSDK Indonesia, Ajak Perempuan Berani dan Bisa Berdaya

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Senin, 04 Jul 2022 15:01 WIB
WSDK Indonesia
Foto: Anindyadevi Aurellia
Bandung -

Sore itu sebuah kafe di kawasan Dago Pakar sedang ramai diisi oleh sekelompok orang berpakaian warna dominan hitam dan ungu. Mayoritas perempuan, namun ada pula laki-laki. Usianya pun beragam, ada yang nampak masih berusia 20 tahunan, ada pula yang nampak berusia di atas 30 tahun dan membawa serta anaknya.

Tidak terlihat bahwa mereka-mereka merupakan jagoan bela diri di kelasnya, seperti hanya sedang melakukan pertemuan biasa. Namun jangan ditanya, jika ada ancaman datang mereka akan sigap melawan. Orang-orang ini merupakan anggota dari Woman Self Defense of Koporyu (WSDK) Indonesia, sebuah wadah bela diri praktis khusus perempuan yang berasal dari Kopo, Bandung, Jawa Barat.

Terbentuk sejak tahun 2006 oleh Sofyan Hambally yang resah akan peningkatan kejahatan pada perempuan. Gerakan teknik yang diajarkan diadopsi dari Karate dan Ju-Jitsu, yang kemudian dimodifikasi dengan gerakan dan benda sehari-hari yang biasa dibawa. Ia berpegang teguh pada kutipan yang diciptakannya, "Lembut bukan berarti lemah. Didalam kelembutan tersimpan kekuatan".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hingga saat ini, concern kami masih sama yakni menguatkan perempuan dengan bela diri praktis melalui pelatihan reguler, workshop, serta senam. Pembekalan bela diri dari barang-barang yang ada di sekitar kita dan teknik-teknik bela diri dengan mengetahui titik lemah lawan adalah yang paling utama," ujar Shinta Ratna Sari, Ketua WSDK Indonesia saat ditemui di 372 Kopi Dago Pakar, usai agenda pelatihan WSDK Indonesia.

Ita, begitu ia biasa disapa, telah sembilan tahun mengemban tugas untuk melatih para peserta. Dirinya mengaku bersyukur menjadi bagian dari WSDK Indonesia yang menjadi wadah bagi siapa saja yang ingin membekali diri. Ia merupakan seorang ibu rumah tangga yang ingin membekali diri dan putrinya dengan ilmu bela diri untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

ADVERTISEMENT

"Kami terkumpul dari berbagai macam latar belakang. Ada yang tergabung karena ingin belajar bela diri di usia yang tidak muda lagi, ada yang memang punya dasar bela diri sebelumnya, ada pula yang memiliki latar belakang pernah mendapatkan kekerasan. Tentu tidak semua peserta bercerita, tapi apapun itu alasannya kami dampingi," tuturnya.

Diskusi WSDK IndonesiaDiskusi WSDK Indonesia Foto: Anindyadevi Aurellia

Menurut data pemaparan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3KB) saat sedang mengadakan workshop dengan WSDK, kekerasan pada rumah tangga justru meningkat sejak pandemi ini. Kemungkinan disebabkan oleh banyaknya konflik mulai dari ekonomi hingga lainnya.

"Satu hal yang membuat saya semakin tergerak untuk membantu perempuan yang lain untuk bangkit adalah saat saya menerima telepon dari teman yang sudah 21 tahun mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Malam itu, saya tidak menyangka bahwa gerakan sederhana yang saya ajarkan bisa membuatnya berterimakasih dan tahu bahwa ternyata dirinya mampu melawan," kenangnya.

Ita mengatakan bahwa inti dalam ajaran WSDK tidak mengajarkan untuk berkelahi, namun mengajarkan perempuan untuk lebih kuat, tangguh, dan percaya diri. Perempuan harus mampu membela diri dan berani bersikap demi menjaga martabat diri tanpa menghilangkan kodratnya sebagai perempuan.

"Kami ada empat konsep bela diri di WSDK yakni 4P. Pray, Predict, Prevent, Protect. Berdoa selalu pada Tuhan YME untuk memohon perlindungan, prediksi jika ada tanda-tanda bahaya dengan selalu memperhatikan dari ujung mata, hindari bahaya, baru langkah terakhir kalau memang harus menghadapi dengan fisik barulah harus menyerang untuk melindungi diri," jelas Ita.

Diungkapkan olehnya bahwa memprediksi dan menghindari ancaman itu bukanlah soudzon atau berprasangka buruk, namun mengubah rasa takut menjadi waspada. Perempuan tidak perlu takut kemudian selalu menundukkan kepala, tapi justru harus waspada dan siap menghadapi ancaman.

"Tentu dalam beraktivitas kita akan jauh lebih yakin dan nyaman saat sudah siap. Sehingga kami menciptakan supaya perempuan lebih percaya diri. Banyak peserta yang datang tanpa latar belakang bela diri atau olahraga, namun akhirnya bisa mengikuti. Karena banyak teknik yang mudah dipahami dan tanpa senjata," papar Ita.

WSDK menjadi wadah bela diri yang banyak digemari sebab menggunakan benda-benda yang memang selalu dibawa sehari-hari. Seperti handphone, kartu ATM, tas, botol, benda apapun diajarkan bisa menjadi senjata selama mengetahui apa titik lemah pelaku.

Tak hanya untuk wanita, tetapi WSDK menjadi wadah untuk siapa saja yang butuh memahami konsep dasar bela diri dari ancaman. Membekali buah hati pun bisa melalui WSDK Kids.

"Kami selalu mendampingi peserta. Kalau dari anak-anak, kami berikan pendekatan melalui cerita dahulu. Kenapa harus begini, mana bagian yang tidak boleh disentuh orang lain, kapan harus berteriak. Kalau untuk teman-teman perempuan, kami dampingi apapun yang dibutuhkan. Support, bantuan jika ingin visum, psikolog, LBH, kami sediakan jika memang membutuhkan," terangnya.

Mereka berharap, dengan adanya WSDK dapat menjadi bekal untuk perempuan masa kini agar tidak lagi takut mengambil sikap dan mampu membicarakan jika ada sesama perempuan yang sedang mengalami kekerasan.




(aau/tya)


Hide Ads