Membangun sebuah usaha memang bukan hal yang mudah. Umumnya, sebuah usaha membutuhkan proses yang cukup memakan waktu untuk mulai dikenal publik. Hal inilah yang juga dialami oleh merek sepatu asal Bandung, NAH Project.
NAH Project lahir dari tantangan untuk membuat pivot atau perubahan strategi bisnis pada Brodo, merek sepatu yang lebih dulu berjaya. Menyasar target pasar anak muda dengan segmentasi youth and fashion, mereka memutar otak agar mampu tampil beda dengan kualitas wahid.
"Kami hadir dan tak mau main aman, karena mati-matian memikirkan strategi kreatif baik dari siluet (desain), kualitas, dan inovasi. Kami mau punya ciri khas dan beda," jelas San Theresia Penglipurati atau biasa disapa Sante, Creative Director NAH Project.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menjadi punggawa dalam lahirnya konsep setiap produk NAH Project, ia mengaku kesulitan terbesar yang dihadapi adalah saat menggodok ide di awal merintis. Lahir pada tahun 2017, NAH Project berusaha untuk menemukan siluet yang cocok, mampu diterima pasar, dan memberi inovasi di produk lokal yang jarang dilakukan.
"Berkali-kali kami trial and error mengeksplor banyak bahan dan desain. Kami konsisten berusaha menjawab permintaan publik. Kebanyakan mencari yang nyaman namun desain engga membosankan. Kami berusaha wujudkan tapi dengan limited stock untuk menjaga authentic product," ujar Ajeng Tria, Brand Activity Manager NAH Project saat ditemui detikJabar di kantornya Jumat (20/5/2022).
Soal kualitas, merek ini menggandeng pabrik pembuat sepatu yang memang sudah langganan ekspor ke mancanegara. Keduanya punya visi yang sama, yakni menciptakan merek Indonesia yang berkualitas dan terkenal di negara sendiri. NAH Project pun mulai menemukan ikatan dengan para peminat sneakers.
"Selain kreatif soal desain dan kualitas, kami memainkan narasi. Saat memperkenalkan produk kami ceritakan filosofi sepatunya, teknis pembuatan sepatu, bahkan transparency pricing. Kami jabarkan biaya produksi, buruh, keuntungan, ternyata ini membangun ikatan dengan konsumen," terang Sante.
Hal tersebut terbukti saat Sante dan kelima rekan kerja NAH Project membuat kolaborasi dengan ilustrator Indonesia, Kevinswork. Mengusung tema "Don't Keep It To Yourself", sepatu tersebut membawa pesan agar jangan mudah putus asa.
"Sepatu itu diluncurkan saat pandemi, membawa pesan agar kita semua jangan menyimpan rasa stress sendirian hingga putus asa. Ternyata dalam waktu tak sampai 30 menit, 500 pasang sepatu langsung habis terjual. Sehingga kami tak begitu merasakan penurunan yang drastis saat pandemi," ujar perempuan yang telah menekuni bidangnya selama empat tahun tersebut.
Berawal dari menembus komunitas sneakers, skateboard, perlahan merambah ke influencer hingga Presiden. Tak terhitung berbagai nama-nama kondang yang telah mengenakan produk buatan wargi Bandung tersebut. Siapa yang sangka, bermula dari hanya membuat empat model sepatu kini atas permintaan pasar berkembang menjadi lebih dari 20 koleksi model sepatu.
"Tak terhitung dan kami juga jarang perhatikan, seringnya dikasih tau netizen kalau sepatunya dipakai artis. Ada Najwa Shihab, dokter Tirta, Andre Taulany, Sandiaga Uno, bahkan baru-baru ini owner kami dihubungi Menteri BUMN Erick Thohir yang ikut pesan sepatu kami," cerita Sante.
Kini, NAH Project semakin viral setelah sepatunya kembali dikenakan Presiden Jokowi saat menemui Elon Musk pada 15 Mei 2022 kemarin. Warganet dari negeri jiran pun turut mengelu-elukan produk asli Indonesia ini.
"Ini jadi kesempatan emas, kami kemarin akhirnya mampu mengirim produk sampai Malaysia. Target tahun ini jelas rilis produk dan buka gerai di kota sendiri yakni Bandung, karena kebetulan gerai perdana kami justru di Malang. Tahun depan mungkin buka gerai di kota lain dan 2025 harus bisa tembus pasar global," pungkas Sante dengan mantap.
(aau/tey)