Voice of Baceprot (VoB) kini jadi band cadas yang diperhitungkan dunia. Mereka datang dari pelosok negeri dan bisa membuktikan kapasitasnya dalam bermusik.
Grup band yang digawangi trio hijabers Firdda Kurnia (vokalis), Widi Rahmawati (bassis) dan Euis Siti (drummer) itu berasal dari sebuah daerah bernama Banjarwangi. Kecamatan yang berada di pelosok Kabupaten Garut, Jabar.
Meskipun berasal dari daerah terpencil, namun nama Voice of Baceprot kini sampai hingga ke telinga bassis Red Hot Chili Peppers, Flea dan berbagai grup musik cadas dunia lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertanyaan kemudian timbul atas semua prestasi Voice of Baceprot yang kini mendunia. Siapa yang membentuk mereka? Bukan pemusik andal atau orang orang terkenal. Ternyata, pencipta mereka adalah seorang guru bimbingan konseling.
Beliau adalah Cep Ersa Eka Susila Satya, atau pria yang akrab disapa Abah Erza. Bah Erza adalah seorang guru di SMPN 2 Singajaya, tempat ketiga personel VoB bersekolah dulu.
detikJabar berkesempatan berbincang dengan Abah Erza, Sabtu (25/3/2022). Dalam perbincangan itu, Erza bercerita awal mula Voice of Baceprot tercipta. Kisah itu bermula di sekitar tahun 2013 silam.
Kala itu, Erza yang mengampu mata pelajaran bimbingan konseling kerap dicurhati pelajar soal keresahan remaja. Dari sekian banyak pelajar yang curhat, di antaranya adalah ketiga personel VoB.
"Misalkan keresahan soal kenapa kita sebagai pelajar tidak boleh kesiangan, sedangkan guru sering kesiangan. Tentu itu jadi tamparan bagi saya sebagai guru," kata pria yang diangkat menjadi ASN tahun 2014 setelah mengabdi jadi guru sejak 2005 itu.
Erza melihat sebagian curhatan para pelajar yang dianggapnya sebagai teman itu sebagai tamparan keras bagi dia, yang notabene berprofesi guru di sekolah itu. Dari situ, Erza kemudian berupaya mewadahi keresahan para pelajar melalui karya seni.
Sebuah grup band pengiring teater kemudian diciptakannya dan dihuni belasan siswa tersebut. Band yang menjadi cikal bakal Voice of Baceprot itu awalnya memiliki jumlah personel 15 orang.
Namun skuad tak bertahan lama. Jumlah personel dalam grup band tersebut menyusut setidaknya dalam 2 tahun hingga tahun 2015 kala itu. Mulai dari 15 orang, menjadi 7 orang dan terakhir dihuni 3 orang yang bertahan hingga kini. Banyak alasan yang melatarbelakanginya.
"Salah satunya adalah izin orang tua. Sebenarnya bukan salah orang tua, tapi salah saya yang tidak bisa meyakinkan orang tua," katanya.
![]() |
Ayah dua anak tersebut mengajari para personel dari nol. Para personel Voice of Baceprot yang dikenal lewat karya-karyanya yang hebat saat ini diajarinya memetik bass, menggebuk drum hingga olah vokal yang mantap.
Perjalanan Abah Erza dalam membimbing anak-anaknya ini tidaklah mudah. Banyak kendala yang harus dihadapinya membawa Voice of Baceprot ke puncak kejayaan. Mulai dari fasilitas yang tak mendukung, akses jalan yang jauh dari perkotaan hingga dapat surat peringatan (SP) dari sekolah gegara mengantar VoB mengikuti kompetisi.
Namun, semuanya dilalui dengan ikhlas dan semangat, hanya untuk satu nama, Voice of Baceprot yang kini luar biasa. Usai melalui badai dan jalan terjal dalam membimbing para personel menemukan karirnya, Abah Erza kini tersenyum lega.
Jerih payah dan air mata Abah Erza kini terbayar. Dia kini tersenyum lebar lantaran Voice of Baceprot yang dirintisnya kini melesat hingga dikenal seantero dunia. Voice of Baceprot yang kini dikelola manajemen profesional pun mulai sering diundang mengikuti acara musik tingkat dunia.
Meskipun begitu, Abah Erza selalu enggan jika dikatakan sebagai aktor di balik kesuksesan Voice of Baceprot. Menurutnya, VoB sukses karena para personelnya yang mampu menjadi manusia merdeka.
Meskipun kini masih termasuk ke dalam jajaran pengurus VoB, namun Abah Erza jarang mendampingi para personel. Hal itu lantaran para personel kini menetap di ibu kota dan memiliki segudang jadwal manggung. Sedangkan Abah Erza memilih tetap menjadi guru di sekolah tersebut.
![]() |
Kisah Abah Erza sang guru BK yang berhasil menciptakan VoB ini dianggap sebagai bukti kesuksesan peran guru bimbingan konseling dalam membentuk pelajar. Tapi lagi-lagi, Abah Erza menampiknya.
"Sangat berat ketika disebut kesuksesan, karena secara kuantiti, hanya VoB yang bisa saya ciptakan," ungkap Abah Erza.
Di akhir perbincangan, Abah Erza menyampaikan pesan kepada para guru. Agar para pelajar lebih bisa menikmati proses hidupnya, guru harus bisa lebih baik dalam mendengar.
"Pelajar itu sudah capek dinasihati, tapi tidak pernah didengar. Maka itu, guru harus lebih bisa untuk mendengar," kata pria yang juga menyukai musik cadas itu.
Terima kasih pak guru, karena telah menciptakan Voice of Baceprot. Terima kasih pak guru, karena berkatmu kini Indonesia dikenal lagi dengan grup musik berprestasi. Gasskeun!
(yum/bbn)